politik

Pengurus DPP Golkar Didesak Gelar Rapat Pleno

Rabu, 4 September 2019 | 19:58 WIB
PENJELASAN : Konferensi pers sejumlah pengurus Golkar yang mendesak agar DPP menggelar rapat pleno di Hotel Sultan, Jakarta Pusat. FOTO : JPNN.COM   JAKARTA - Mewakili suara ratusan pengurus daerah dan pusat Partai Golkar, Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar Nusron Wahid mendesak partainya segera menggelar rapat pleno. Menurut Nusron, hal itu penting bagi Golkar. Semua itu mengacu Surat Keputusan (SK) 148 tahun 2016 Partai Golkar, rapat pleno wajib dilaksanakan setidak-tidaknya dua bulan sekali. Namun, lanjut dia, sejak Desember 2018 rapat pleno Golkar tidak pernah terlaksana. "Sampai hari ini, di bulan September 2019, sudah 10 bulan tidak ada rapat pleno, padahal banyak agenda agenda urgen dan agenda penting yang membutuhkan keputusan bersama di dalam pleno," ucap Nusron ditemui di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (4/9). Nusron menuturkan, rapat pleno memungkinkan Golkar untuk menetapkan kadernya untuk menempati posisi alat kelengkapan di DPRD tingkat Kabupaten dan Kota. Penetapan alat kelengkapan DPRD Kabupaten dan Kota tidak bisa melalui mekanisme keputusan ketua umum dan sekretaris jenderal. "Perlu dicatat, pengertian pengesahan DPP itu bukan hanya tanda tangan ketum dan sekjen. Tanda tangan ketum dan sekjen atas nama. Pengertian bahwa itu disetujui dalam satu majelis permusyawaratan. Majelis Permusyawaratan dalam lingkup DPP Golkar yang paling tinggi itu pleno," lanjut dia. Selain itu, lanjut dia, rapat pleno memungkinkan Golkar untuk menetapkan kadernya di kursi pimpinan DPR dan MPR. Sosok ketua umum dan sekretaris jenderal tidak memiliki wewenang menunjuk kader Golkar di kursi pimpinan DPR dan MPR. "Tidak bisa main asal keputusan Ketum dan Sekjen saja. Itu melalui lembaga permusyawaratan yang namanya di Partai Golkar itu pleno," ungkap dia. Kemudian, lanjut Nusron, rapat pleno memungkinkan Golkar melakukan evaluasi terhadap kerja partai saat Pileg 2019. Sebab, pria asal Kudus itu menilai terdapat kejadian saat Golkar menang Pileg di daerah tertentu, tetapi capres dan cawapres yang diusung justru kalah. "Kalau dikatakan PDI Perjuangan dan PKB itu kan linier. Di mana pun PDIP dan PKB menang, di situ Pak Joko Widodo dan Kiai Ma'ruf Amin menang. Namun di daerah Golkar menang saat Pileg, itu kok Jokowi tidak menang. Itu kenapa? Apa karena mesinnya tidak jalan? Itu yang harus dievaluasi," pungkas dia. (jpnn/rd)   Editor : Pebri Mulya

Tags

Terkini