politik

Kenaikkan BBM, Novi Anggriani : Kebijakan tak Bijak

Rabu, 7 September 2022 | 08:50 WIB
Petugas mengubah papan harga BBM di SPBU Senen, Jakarta, Sabtu (3/9/2022). Pemerintah menetapkan harga Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter, Solar subsidi dari Rp 5.150 per liter jadi Rp 6.800 per liter, Pertamax nonsubsidi naik dari Rp12.500 jadi Rp14.500 per liter berlaku pada Sabtu 3 September 2022 mulai pukul 14.30 WIB. FOTO: FEDRIK TARIGAN/ JAWA POS

RADARDEPOK.COM – Pemerintah telah mengeluarkan keputusan resmi menaikkan harga BBM bersubsidi, yaitu Pertalite menjadi Rp10.000 dan Solar menjadi Rp6.800 per Sabtu (9/3). Pemerintah beralasan kenaikan harga tersebut terkait dengan peningkatan subsidi dari APBN, yaitu mengalihkan subsidi sehingga kedua jenis BBM tersebut mengalami penyesuaian.


Namun, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Novi Anggriani menilai keputusan pemerintah itu menjadi kebijakan tak bijak di saat masyarakat masih memulihkan perekonomiannya dari badai pandemi Covid-19.


“Tentu ini menjadi kebijakan yang kita nilai tidak bijak. Sebab, masyarakat masih berjibaku memulihkan perekonomian mereka. Sudah dua tahun lebih kita dihantam Covid-19, sekarang Covid-19 sudah melandai dan masyarakat sedang memulihkan diri,” kata Novi Anggriani kepada Radar Depok, Selasa (6/9).


Meskipun demikian, ia memahami bahwa saat ini beban subsidi dan kompensasi energi terlampau menjadi beban. Namun, ia menilai masih banyak alternatif solusi yang dapat diambil menjawab hal tersebut. Sebab, kenaikan BBM hingga 30 persen ini akan jadi penyebab utama naiknya harga komoditas lainnya


“Kenaikan ini akan membuat masyarakat merana. Untuk itu jelas sikap kita, tolak kenaikan harga BBM, terutama yang bersubsidi,” katanya.


Selain itu, Pemerhati Perempuan dan Anak asal Depok ini menilai menilai kenaikan BBM dapat memicu tingginya kenaikan inflasi dan angka kemiskinan di Indonesia, karena akan menimbulkan efek domino di mana harga sejumlah komuditi kebutuhan pokok juga akan terkatrol.


“Sekarang sudah beberapa komuditi naik, seperti cabai, telur. Ini baru beberapa hari, kedepannya akan lebih tinggi lagi,” ujar Novi.


Karenanya, Novi meminta agar pemerintah, khususnya kementerian dan Pemda di daerah untuk menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok agar tidak terkatrol terlalu tinggi, dengan mengadakan operasi pasar.


“Pengawasan distribusi kebutuhan pokok hingga operasi pasar harus rutin dilaksanakan, agar Sembako tidak melampaui daya beli masyarakat,” ucap Novi Anggriani.


Diketahui, pemerintah telah memutuskan menaikkan harga Pertalite, Solar, dan Pertamax pada 3 September 2022 lalu. Harga Pertalite resmi dinaikkan menjadi Rp 10.000 per liter dari Rp 7.650 per liter, harga Solar naik menjadi Rp 6.800 per liter dari Rp 5.150 per liter, dan Pertamax naik menjadi Rp 14.500 per liter dari Rp 12.500 per liter.


Meski ada kenaikan harga BBM, subsidi energi hingga akhir tahun ini diperkirakan masih melonjak menjadi sekitar Rp 650 triliun dari asumsi awal Rp 502,4 triliun. (cky)


Editor : Ricky Juliansyah

Tags

Terkini