Minggu, 21 Desember 2025

Gerindra Ogah Menjadi Tumpangan Saja

- Senin, 3 April 2017 | 08:50 WIB
SALAM KOMANDO: (dari kiri ke kanan) Ketua Dewan Penasehat DPC Partai Gerindra Kota Depok Nuroji, Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Barat Mulyadi, dan Ketua DPC Partai Gerindra Kota Depok Pradi Supriatna. Foto: Irwan /Radar Depok. RADAR DEPOK.COM  DPC Partai Gerindra Kota Depok sukses menghelat Rapat Pimpinan Cabang (Rapimcab), Sabtu (1/4). Ribuan kader partai berlambang Burung Garuda itu memadati Hotel Bumi Wiyata, lokasi Rapimcab digelar. Seperti diketahui,ada tiga agenda besar yang dibahas dalam gelaran tersebut. Antara lain, Pilkada Jawa Barat 2018, Pileg 2019, serta persiapan Pilpres 2019. Dari tiga bahasan tersebut, menarik disinggung langkah Partai Gerindra Kota Depok dalam Pilkada Jawa Barat 2018. Ketua DPC Partai Gerindra Kota Depok, Pradi Supriatna melontarkan komentar tajam tentang ini. Ia menegaskan bila tidak ingin partainya menjadi 'tumpangan' saja. Makanya ia ingin agar Gerindra bisa memajukan kader internal guna bersaing menjadi Gubernur Jawa Barat. “Partai Gerindra ogah menjadi tumpangan saja,” ungkap Pradi kepada  Radar Depok. Makanya dari Rapimcab ini, kata dia, pihaknya ingin duduk bersama dengan seluruh kader guna menetukan sikap politik. Disinggung menyoal rencana koalisi, hal tersebut masih dalam pembahasan. "Di daerah lain (Rapimcab) di Jawa Barat sudah. Tinggal di Kota Depok ini saja. Rapimcab untuk membahas, calon yang diusung dalam Pilkada Jawa Barat, mekanisme Pileg 2019, dan Pilpres,” tegasnya. Ketua Dewan Penasehat DPC Partai Gerindra Kota Depok, Nuroji menuturkan, dari Rapimcab ini, partai ingin menjaring aspirasi dari tingkat ranting (kelurahan) sampai DPC (kota). Intinya, Gerindra ingin mendengar keinginan kader tentang calon yang diinginkan dalam Pilkada Jawa Barat. “Apa aspirasinya. Kader sendiri atau dari luar. Nanti bakal dikerucutkan dalam Rapimda (tingkat provinsi),” beber dia. Ia tak menampik bila mayoritas kader di Jawa Barat berkeinginan agar Gerindra dapat mengusung calon internal. Dalam hal ini, salah satunya, Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Barat, Mulyadi. “Di beberapa DPC (di Jawa Barat) sudah arah kesitu (mendukung Mulyadi). Masih ada juga yang belum,” ungkapnya. Ditanya tentang langkah koalisi, Nuroji bertutur bila yang utama ialah menentukan calonnya dahulu. Selain itu melihat pula calon-calon yang diusung partai lain. “Baru nanti dikaitkan dengan partai pengusung calon itu,” jelasnya. Nuroji pun secara khusus menyinggung nama Walikota Bandung, Ridwan Kamil (RK). Ini berkaitan dengan munculnya wacana penolakan terhadap RK oleh Gerindra. Ia menjelaskan bila secara formal partainya belum menolak pria yang akan disapa Kang Emil itu. Semuanya masih dinamis. “Arus besar hendaki kader sendiri (maju di Pilkada Jawa Barat),” ucapnya. Sementara itu, saat ditanya kemungkinan berkoalisi (di Pilkada Jawa Barat) dengan PKS. Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Barat, Mulyadi mengatakan jika harus berdasarkan kesepakatan dulu antara PKS dan Gerindra. “Formasi itu menentukan sebelum dan setelahnya. Sebelum itu berarti komposisi perjuangan, lalu setelah kemudian bagimana melaksanakan tugas di pemerintah,” ungkapnya. Kata dia, bila memang harus berkoalisi dengan PKS, maka tentu jumlah kursi (DPRD Jawa Barat) yang dibutuhkan guna mengusung calon sudah cukup. Batas minimal kursi guna mengusung adalah 20 kursi. “Gerindra ada 11 kursi, PKS ada 12 kursi. Sudah cukup koalisi,” jelasnya. Mulyadi pun tak ingin ketinggalan mengomentari sosok Kang Emil. Secara khusus ia memberi 'selamat' lantaran sudah lebih dulu dipinang Partai Nasdem. Dijelaskannya, Partai Gerindra punya mekanisme dalam memilih kandidat kepala daerah. “Kepala daerah yang sudah lolos dari kajian Gerindra, kemudian diterima masyarakat bahkan berprestasi dan direspon partai (lain) tentu harus diucapkan selamat dong. Kami tidak merasa dicuri,” beber Mulyadi. Lebih jauh, ungkapnya, berbicara Kang Emil jangan hanya konteks Kota Bandung saja. Selain itu jangan pula berbicara tentang sosial media. Seperti diketahui, nama Kang Emil memang cukup familiar dalam sosial media. “Pemilih tradisional juga masih banyak. Dari 22 kabupaten/kota yang saya kunjungi, masih besar pula (pemilih tradisional) yang bisa digarap,” jelasnya. Mengenai pemilih tradisional, menurutnya, justru nama Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar yang lebih terkenal ketimbang Kang Emil. “Komposisi lebih besar ada di pemilih tradisional,” ucapnya. Dijelaskannya bila bicara survei, Deddy Mizwar memang nomor dua dibawah Kang Emil. Tapi dari segi pemilih tradisonal, pemeran Nagabonar ini nomor satu. “RK cuma di Bandung saja dan sosial medial,” beber dia. Gerindra, ucapnya, akan tetap menghormati PKS. Ini berkaitan jika memang ingin mengusung Deddy Mizwar. “Kemungkinan Pak Wagub bisa bersama-sama kita. Tetap kami menghormati PKS yang sedang menghelat Pemilihan Raya (Pemira),” ungkap Mulyadi. Dia pun mengaku siap bila nantinya Gerindra mendorongnya guna maju di Pilkada Jawa Barat. “Sebagai kader, Bismillah siap. Tujuan akhirnya ialah agar Pak Prabowo menjadi Presiden,” tandasnya. (irw)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X