BERMANFAAT: Caleg DPRD Kota Depok Dapil 1 (Pancoranmas) dari PKB, Sholahudin bersama warga saat membersihkan lingkungan RW11 Kelurahan Mampang, Kecamatan Pancoranmas.
Tanggal 28 Oktober 2018, seluruh pelosok di Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-90. Caleg DPRD Kota Depok Dapil 1 (Pancoranmas) dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Sholahudin memiliki pandangan terkait hari sakral para pemuda di Indonesia tersebut.
Laporan : Ricky Juliansyah
Genap 90 tahun Sumpah Pemuda berlalu. Tak terhitung banyaknya penggalan sejarah tentang peristiwa penting itu telah ditulis dan hingga kini bisa dijadikan referensi. Sumpah Pemuda memang penting dan sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Tanggal 28 Oktober 2018, Hari Sumpah Pemuda diperingati dengan penuh khidmat. Di bulan yang sama, sepekan sebelumnya, tepatnya 22 Oktober 2018, Hari Santri Nasional juga dirayakan dengan sangat antusias. Jika peringatan Hari Sumpah Pemuda sudah memasuki usia 90 tahun, sementara Hari Santri Nasional, baru menginjak tahun ke empat sejak pencanangan pertamanya. Tanggal 22 Oktober sengaja dipilih, bertepatan dengan tanggal deklarasi maklumat Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama (NU) oleh KH Hasyim ‘Asyari. Inilah resolusi yang sangat berpengaruh besar bagi tercapainya kemerdekaan bangsa, terutama karena para pemuda, khususnya kalangan santri pada masanya, sontak tersengat semangat nasionalisme mereka dan kemudian tanpa ragu bergegas ke medan jihad melawan penjajah Belanda. “Itulah sekilas peran besar KH Hasyim ‘Asyari bagi perjuangan merebut kemerdekaan, yang melalui deklarasi Resolusi Jihadnya dengan tegas menyatakan, bahwa hukum membela Tanah Air adalah fardhu ‘ain bagi para pejuang, tak terkecuali para pemuda dan para santri. Melihat Indonesia sekarang,” tutur Sholahudin. Caleg DPRD Kota Depok Dapil 1 (Pancoranmas) dari PKB, Sholahudin menilai, pemuda harus mampu menegakkan pagar Indonesia yang kini rubuh atau entah itu rusak. Kata dia, pagar yang pertama, ialah bagaimana pemuda mampu memagari dirinya dari kebodohan dan kemalasan. “Kalau pagar kita sudah rusak, bagaimana kita bisa memagari bangsa ini, bangsa kita sekarang membutuhkan pemikir besar yang mampu untuk mencipta berbagai lapangan kerja serta solusi-solusi yang mampu membebaskan dari jurang hegemoni imperialisme, kolonialisme maupun kapitalisme,” tuturnya. Pagar kedua, yakni pagar yang tidak pernah mampu terjamah oleh mata yaitu hukum dan aturan-aturan. Kalau mulai dari pemuda saja tidak bisa mengindahkan suatu hukum dan aturan-aturan. Lantas bagaimana dengan orang-orang tua kita yang kini duduk dengan setelan jas mewah yang bersemayam di gedung DPR. Sehingga hal ini harus dimulai dari yang dini sampai para pemuda untuk mengindahkan hukum dan aturan. Menurut Sholahudin, santri merupakan pemuda, sehingga eksistensi santri dalam membangun negeri itu ditunjukkan oleh rasa cintanya pada tanah air dan meyakini bahwa NKRI adalah warisan para ulama. Meski setiap hari senin santri tidak ikut hormat bendera pada saat upacara bendera tapi ketika ada panggilan jihad untuk bela negara maka santri akan lebih dulu maju dibarisan terdepan. Karakter santri terbentuk dari berbagai elemen pembentuknya, yaitu: tawadhu',(rendah hati), wara ’(berhati-hati), ber-akhlaqul kariimah (akhlaq mulia), berjiwa patriot (berani), dan mengamalkan Al-Quran dan As-Sunnah. Elemen-elemen itulah yang menjadikan santri mampu tampil di masyarakat untuk memberikan sosuli konkrit sebagai seorang agent of change. Seorang pemuda yang berjiwa santri akan menjadi lentera yang memberikan sinar petunjuk menuju kehidupan yang lurus. Pemuda yang rendah hati tidak akan sombong dan angkuh dalam kehidupan, pemuda yang berhati-hati tidak akan mudah terpengaruh dan terbawa arus kehidupan, pemuda yang berakhlaq mulia akan bertindak baik dan menjadi teladan, pemuda yang berani akan mampu mengatasi dan mengambil peran dalam perbaikan dan kemajuan, serta pemuda yang mengamalkan Al-Quran dan As-Sunnah akan selalu dilindungi dan diridhoi Allah SWT dan diberi kemudahan serta petunjuk. “Itulah sebuah gambaran indah tentang pemuda yang berjiwa santri yang mampu menjadi solusi dan aktor yang mampu mengahadapi dan memperbaiki permasalahan yang ada, termasuk masalah degradasi moral,” terangnya. Setiap pemuda berkesempatan memiliki karakter santri, karena bahkan santri pun (yang tinggal maupun yang pernah tidak tinggal tinggal di pesantren) belum tentu memiliki karakter santri yang seharusnya. Maka, pemuda santri adalah sebuah solusi yang ideal untuk menghadapi degradasi moral ini, perannya sangat diharapkan untuk bisa menghadapi dan memperbaiki masalah ini. Akhirnya dapat dikatakan bahwa pemuda yang berjiwa santri adalah sosok pemuda yang tangguh mentalitas, kokoh sipritualitas, kuat kompetensi, menjadi motivator, dinamisator dan pengerak terdepan dalam perubahan menuju kehidupan yang lebih bermartabat. Pemuda santri bukanlah sekedar mereka yang menuntut ilmu di lembaga pendidikan Islam, akan tetapi siapa saja kaum muda yang melibatkan diri secara aktif, proaktif dan progresif untuk kemajuan diri, agama, bangsa dan umatnya. “Berfikir dengan cerdas dan bertindak dengan akhlak adalah salah satu kunci sukses dalam rangka menjawab tantangan kita hari ini,” pungkas Sholahudin. (*)