utama

Hepatitis Akut Serang Bogor, Depok Siaga 

Kamis, 12 Mei 2022 | 07:55 WIB
Kepala Dinkes Kota Depok, Mary Liziawaty

RADARDEPOK.COM - Kasus hepatitis akut jangan dianggap enteng. Kendati belum ada temuan di Kota Depok. Penyakit yang menyerang organ hati itu, kuat dugaan sudah masuk ke Kota Bogor dan DKI Jakarta. Hingga Rabu (11/5), Kementerian Kesehatan mencatat sudah ada lima anak meninggal akibat virus tersebut. Dan saat ini sudah ada 15 kasus yang terdeteksi di lima provinsi, termasuk Jawa Barat (Jabar).

“Belum ada kasus hepatitis akut tersebut, baik yang telah terpapar dan terindikasi gejala virus tersebut. Tidak ada laporan yang terindikasi gejalanya," tegas Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, Mary Liziawaty kepada Harian Radar Depok, Rabu (11/5).

Dinkes juga telah menginformasikan pada masyarakat, puskesmas, hingga rumah sakit yang ada di Depok, baik swasta maupun negeri. Terkait gejala bagi orang yang terjangkit hepatitis akut, seperti penurunan kesadaran, demam tinggi atau riwayat demam.

Lalu, urine berubah warna menjadi pucat atau gelap, kuning, gatal, sendi terasa nyeri atau pegal-pegal, mual, muntah atau nyeri perut, lesu dan hilang nafsu makan, serta buang-buang air besar atau diare. "Jangan sampai ada yang menderita gejala itu. Kalau ada segera lapor biar langsung ditangani dengan cepat," ungkap mantan Sekretaris BKPSDM Depok ini.

Mary juga telah memberikan edukasi dalam melakukan pencegahan, dengan pikiran yang tetap tenang serta hati-hati. Tak lupa menjaga kebersihan seperti mencuci tangan, minum air bersih yang matang, makan yang bersih dan matang secara penuh.

Selanjutnya, membuang tinja atau popok sekali pakai sesuai pada tempatnya agar tidak menimbulkan virus yang memicu kesehatan, membawa perlengkapan makan secara sendiri-sendiri, disiplin menggunakan masker, dan tetap menjaga jarak. "Jumat minggu ini kami juga akan webiar memberi edukasi, sosialisasi, sampai pencegahan yang efektif," tambah Mary.

Webinar tersebut, lanjut Mary, terbuka untuk masyarakat umum, mengingat edukasi ini penting untuk kesehatan seluruh lapisan. Sehingga telah mengundang serta diinformasikan kepada para kader posyandu, guru PAUD, puskesmas, rumah sakit yang ada di Depok, baik swasta maupun negeri. Diharapkan informasi webinar bisa disebarluaskan ke masyarakata seluruh usia, agar mengetahui pencegahan dan penanganannya.

Sementara, Pakar Epidemiologi FKM UI, Prof Tri Yunis menyampaikan, hepatitis akut bisa menyerang ke segala usia, untuk anak disebut hepatitis A dan orang dewasa disebut hepatitis B serta C. Namun yang menjadi kendalanya adalah penyebab hepatitis tersebut tidak ketahui, bukan dari infeksi ataupun makanan. Sehingga akan sulit melakukan pencegahannya harus apa dan bagaimana.

"Masalahnya kalau penyebabnya tidak diketahui, bukan dari infeksi atau makanan. Tentunya ini akan sulit lakukan pencegahan," ungkapnya.

Tapi dipastikan Tri Yunis, dari kasus yang ada, baik di dalam negeri maupun di luar negeri penyebabnya adalah infeksi. Sehingga dapat melakukan pencegahan yang pada umumnya.

Misalnya, jika ada orang yang menderita sakit kuning agar lebih menjaga asupan makan yang memicu tubuhnya terpapar hepatitis tersebut. Begitu juga yang rentan terhadap infeksi untuk menjaga kewaspadaan agar terhindar dari virus itu.

Terpisah, Wakil Walikota Bogor, Dedie A Rachim mengatakan, dari laporan yang diterima, dugaan kasus hepatitis misterius sudah masuk ke Kota Bogor. “Ini saya bahas dengan pak wali terkait virus hepatitis, ada himbauan-himbauan kepada stakeholder bidang pendidikan jelang masuk sekolah pada 12 Mei nanti,” kata Dedie saat ditemui di mal Boxies123 Kota Bogor, Rabu (11/5).

Terkait dengan temuan tersebut, pihaknya masih berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes). “Kita masih menunggu instruksi (pemerintah) pusat terkait penanganan hepatitis ini. Karena sudah masuk Kota Bogor, tadi saya dapat laporan,” ucapnya kepada Radar Bogor (Grup Radar Depok).

Dari laporan yang ia terima, ada satu orang yang diduga terkena Hepatitis misterius, yang meninggal dunia di RSUD Kota Bogor. Namun dia tak mau gegabah, Pemkot Bogor masih melakukan pendalaman untuk memastikan kasus tersebut betul hepatitis misterius yang dimaksud atau bukan. “Tapi belum bisa dipastikan apakah hepatisi yang dimaksud. Tapi untuk liver, hepatitis C dan hepatitis A, itu ada. Tapi apakah indikasi itu kesana, masih diliat. (Yang meninggal) itu bilangnya sih sakit kuning, sudah dewasa, tapi itu cepat ya,” jelasnya.

Untuk itu, pemkot meminta para orang tua membekali anaknya dengan makanan yang sehat dari rumah. “Serta untuk sementara melarang anak-anak untuk jajan dulu, apalagi di tempat yang tidak sehat. Sampai situasi benar-benar aman,” tegasnya.

Kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya meningkat di Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan, ada 15 kasus hepatitis akut di Indonesia hingga Senin (9/5). Jumlah tersebut meningkat dibandingkan sehari sebelumnya. Kemenkes sebelumnya menyebut ada empat kasus dugaan penularan hepatitis akut di Indonesia.

Adapun 15 kasus hepatitis akut terdeteksi di 5 provinsi yaitu, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat dan Bangka Belitung. "11 orang DKI Jakarta, Sumatera Barat 1, Jawa Timur 1, Bangka Belitung 1 dan Jawa Barat 1," kata Nadia.

Nadia mengatakan, 5 pasien meninggal dunia dilaporkan di DKI Jakarta, Jawa Timur dan Sumatera Barat. Sementara itu, pasien lainnya masih dalam perawatan. Selain itu, rata-rata pasien yang terkena hepatitis akut berusia 1-6 tahun. "Usia 1-6 tahun paling banyak," tandas dia.(arn/rd)

Jurnalis : Arnet Kelmanutu

Editor : Fahmi Akbar 

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB