Senin, 22 Desember 2025

Akhir Ramadhan, Makin Dekat kepada Allah

- Kamis, 7 Juni 2018 | 10:33 WIB
FOTO: Ust. Badruddin, S.Ag. MM, Ketua Yayasan Al Karimiyah Serua, Bojongsari Oleh: Ust. Badruddin, S.Ag. MM (Ketua Yayasan Al Karimiyah Serua, Bojongsari) Alhamdulillah, waktu terus berjalan dan berlalu, sampailah kita pada hari ini memasuki hari ke 22 bulan suci Ramadhan 1439 H berarti kita sudah masuk pada bagian sepuluh terahir Ramadhan. Bulan yang penuh makna, hikmah dan keajaiban ini. Semua itu tidak terdapat pada bulan yang lain. Ramadhan memiliki banyak nama/sebutan/julukan istimewa. Di antaranya Syahrus Shiyam (bulan diwajibkan berpuasa), Syahrul Mubaarok (bulan yang penuh dengan keberkahan), Syahrul Maghfiroh (bulan ampunan), Syahrul Qur’an (bulan diturunkannya Al-Quran) dan sebutan istimewa lainnya. Sangatlah pantas Ramadhan disebut dengan sayyidus Syuhur (penghulunya bulan). Bahkan tidak heran, di bulan suci ini terkandung kedalaman makna spiritual maupun sosial. Sebuah makna yang menyatukan antara aspek lahiriyah dan bathiniyah,spiritual dan material serta aspek duniawi dan ukhrowi. Sehingga sangatlah wajar kalau Rosulullah, para sahabat dan para salafus shaleh yang terdahulu senantiasa menjadikan ramadhan sebagai momen untuk mengeruk dan meraih sebanyak-banyaknya keuntungan pahala dengan semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah. Apalagi pada malam sepuluh terakhir. Sebagaimana diriwayatkan dari Aisyah ra berkata : ‘’Rosulullah SAW sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah pada bulan Ramadhan tidak seperti pada bulan-bulan yang lain, dan pada malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan beliau sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah tidak seperti pada malam-malam yang lain’’. (Riwayat Muslim) Kemudian kegiatan ibadah apa saja yang bisa yang kita lakukan untuk mengisi sepuluh malam terahir Ramadhan ? Rosulullah SAW telah mencontohkan aktifitas ibadah yang penting dilakukan pada malam-malam tersebut sebagaimana diriwayatkan oleh Aisyah RA bahwa Beliau melakukan tiga hal:
  1. Beliau mengikatkan sarungnya (syaddal minzaro). Mengenai mengikat sarungnya ada dua penjelasan, yang pertama adalah di sepuluh terahir beliau luar biasa sungguh-sungguh beribadah, dan ini kebalikan dengan apa yang kita saksikan di lingkungan kita saat ini yakni di awal sungguh-sungguh namun di akhir terlihat kurang bersemangat terlihat dengan sangat berkurangnya jumlah jamaah shalat berjamaah di masjid bahkan banyak yang terang-terangan tidak berpuasa. Penjelasan kedua maknanya adalah beliau tidak menyetubuhi istrinya supaya lebih maksimal beribadah kepada Allah SWT.
  2. Nabi Menghidupkan malamnya. Yang dimaksud menghidupkan adalah beliau bergadang dan beri’tikaf di masjid, suatu hal yang beliau tidak lakukan di awal awal ramadhan maupun bulan lain. Dan begadang ini bukan saja diisi dengan shalat sunnat saja seperti tahajud dll namun diisi juga dengan membaca Al-Qur’an, berzikir dan ibadah lainnya.
  3. Membangunkan istrinya dan keluarganya untuk beribadah kepada Allah SWT di malam Ramadhan. Semua itu dilakukan juga untuk mendapatkan satu malam yang lebih baik dari pada seribu bulan yang kita kenal dengan ‘’Lailatul Qodar”.
Demikian semoga kita dapat mengamalkan apa yang dicontohkan Rosulullah SAW, jangan sampai kita sia-siakan kesempatan yang Allah berikan kepada kita di Ramadhan ini, karna belum tentu kita bisa berjumpa dengan Ramadhan tahun depan. Semoga Allah SWT memberikan kepada kita sehat walfiah dan istiqomah untuk meraih ridho dan surga-Nya. Aamiin ya Robbal Aalamin. Wassalam... (*)  

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X