DICKY/RADARDEPOK
INOVASI : Masjid As-Syuhada Desa Sidondo Satu, Kecamaatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, memanfaatkan tenaga kincir angin untuk mengambil air tanah, kemarin.
Ditengah wilayah bencana gempa bumi diwilayah Kabupaten Sigi. Terdapat masjid yang unik, yakni Masjid As-Syuhada di Jalan Palu-Kulawi KM24, Desa Sidondo Satu, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi. Memiliki kincir angin layaknya berada di Negara Belanda.
Laporan : Dicky Agung Prihanto, Sigi
Jelang Salat Jumat. Tim Relawan Bogor dan Depok tengah berada di Jalan Palu-Kulawi. Menginjang pukul 11:25 WITA, kemarin. Tim Relawan Bogor dan Depok, mencari masjid untuk melaksanakan Salat Jumat. Saat melintas, Tim Relawan Bogor dan Depok melihat sebuah bangunan masjid terdapat kincir angin layaknya di negeri Bunga Tulip.
Saat memasuki lingkungan masjid, tidak terlihat kerusakan parah yang dialami masjid tersebut akibat gempa bumi. Usai melaksanakan Salat Jumat, Radar Depok tergelitik untuk mengetahui kincir angin masjid tersebut. Dan menemui pengurus masjid. Salah seorang pengurus Masjid As-Syuhada, Masli mengatakan, Masjid As-Syuhada dibangun pada 1979 dengan lebar 25 meter dan panjang 25 meter. “Kincir angin yang berada dilingkungan masjid merupakan bantuan dari Australia,” ujar Masli.
Pria berusia 67 tahun tersebut mengungkapkan, bantuan Australia merupakan hasil dari dorongan Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng). Kincir angin dibuat pada 1993, dengan jangka waktu sekitar tiga bulan pengerjaan. Kincir angin tersebut dibuat untuk menarik air tanah dengan kedalaman 100 meter, digerakan mesin penyedot dengan memanfaatkan tenaga angin yang berhembus.
Dari pantaun Radar Depok, kincir angin memliki ketinggian sekitar 40 meter, diameter kincir angin sekitar 10 meter. Kincir angin bergerak mengikuti arah angin yang berhembus. Saat membuka air keran, air jernih mengalir dari pipa yang disambungkan ketempat pengambilan air wudhu.
Masli menjelaskan, sebelumnya kincir angin sempat tidak dapat menarik air tanah sepenuhnya. Padahal, dalam pembuatan pipa yang ditanam ke dalam tanah sekitar enam inci. Namun, saat terjadi gempa bumi beberapa waktu lalu, air dari kincir angin kembali normal walaupun tidak sederas atau sekencang pertama kali dibangun. “Air dari kincir angin juga dibagikan kepada warga sekitar masjid, dengan disambungkan pipa,” terang Masli.
Masli menceritakan, saat terjadi gempa bumi, dia bersama dengan jamaah lainnya tengah melaksanakan salat Maghrib berjamaah. Guncangannya sangat terasa kencang, bahkan imam salat terpental keluar masjid melalui pintu samping mimbar yang tidak tertutup. Saat itu jamaah berhamburan keluar. Ini dikarenakan takut tertimpa bangunan masjid, dan melanjutan kembali salat dihalaman masjid.
Dari hasil pengecekan, lanjutan Masli, ada beberapa bagian bangunan masjid yang mengalami kerusakan, yakni keretakan pada dinding masjid dan bagian atap kubah masjid yang rusak. Namun, masyarakat tetap melaksanakan salat berjamaah karena Masjid As-Syuhada hanya mengalami kerusakan kecil. “Alhamdulillah masjid masih dapat digunakan untuk salat berjamaah warga Sidondo Satu,” tutup Masli.(dic)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Terkini
Senin, 22 Desember 2025 | 06:30 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:27 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 13:41 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 07:00 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 06:00 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 18:26 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 18:06 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 07:00 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 06:30 WIB
Kamis, 18 Desember 2025 | 06:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 22:41 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 15:10 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 07:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 07:00 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
Rabu, 17 Desember 2025 | 06:00 WIB