Senin, 22 Desember 2025

Kisah Pendiri Panti Asuhan Yatim dan Dhuafa Alhayya : Dahsyatnya Al-Kahfi hingga Siapkan Uang Nikah Rp30 Juta (2-Habis)

- Selasa, 10 Desember 2019 | 10:13 WIB
PEDULI : Pendiri panti asuhan Yatim dan Dhuafa Alhayya, ustad Redi Gunawan berfoto bersama anak asuhnya, setelah melaksanakan sebuah kegiatan panti yang terletak di Jalan H. Muhidin RT01/02 Kelurahan Cipayung Jaya, Kecamatan Cipayung. FOTO : ALHAYYA FOR RADAR DEPOK   Berdirinya panti asuhan yatim dan dhuafa Alhayya tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan. Ada kisah pilu, mengharukan, hingga membahagiakan mengiringi langkah kehidupan anak-anak panti Alhayya. Laporan: M. Agung HR – Depok RADARDEPOK.COM - Ketika itu, ada dua anak perempuan yang menjadi perhatian penghuni panti asuhan yatim dan dhuafa Alhayya. Mereka adalah Lia asal Medan, dan Bela dari Kalimantan. Penuturan pendiri panti ustad Redi Gunawan, pada rentang waktu selama dua bulan (pagi, siang, sore, dan malam) kedua anak tersebut selalu kesurupan. Hingga ia pernah dihubungi pihak sekolah bahwa Lia dan Bela kesurupan, dan meminta ustad Redi menjemput anak asuhnya pulang. Bahkan, saat upacara bendera keduanya pingsan dan kesurupan. Redi pun meminta anaknya bernama Hasan agar menjemput Lia dan Bela di sekolah. Selama perjalanan pulang naik mobil, keduanya masih tak sadarkan diri. Sampai tiba di sebuah tanjakan mobilnya malah mogok, dan ternyata kehabisan bensin. Hasan kemudian menghubungi Redi agar datang menjemputnya. Setibanya di lokasi, cobaan lain datang. Selesai mengisi bensin eceran untuk mobilnya, Redi lupa tidak membawa uang, sedangkan kondisi Lia dan Bela masih kesurupan di dalam mobil. Mau tidak mau akhirnya Redi harus menggadaikan KTP-nya kepada tukang bensin. “Anak saya nelpon Abi cepet kesini, mobil kehabisan bensin. Pas nyampe lokasi saya tak pikir panjang, mobil langsung diisi bensin. Eh saya malah lupa bawa uang, jadi saya gadein KTP,” kenang Redi kepada Radar Depok. Setelah mobil kembali normal, perjalanan pulang dilanjutkan. Tiba di rumah, kondisinya sudah pada lemas kecapean. Selama dua bulan itu Redi mengaku kebingungan harus mengobati anak asuhnya kemana agar sembuh dari kesurupannya. Redi pun 'membedah' Alquran, hingga ia menemukan salah satu surat yang luar biasa, namanya Al-Kahfi. Pascakejadian tersebut, ia bersama puluhan anak panti lainnya selama seminggu berturut-turut membaca Al-Kahfi. Saat dibacakan Al-Kahfi kedua anak yang sering kesurupan itu ngamuk-ngamuk tak tahan mendengar ayat yang dibacakan. “Diakhir tujuh hari itu mereka muntah luar biasa, seperti orang yang diruqiyah, dan dalam kondisi tak sadar hingga bersyahadat, alhamdulillah sembuh. Sejak itu kami rutinkan membaca Al-Kahfi sampai sekarang setiap Magrib,” tutur Redi. Redi berkeyakinan, siapa yang membaca Al-Kahfi maka Allah SWT akan memberikan cahaya dari tempat berdirinya hingga ke Sidratul Muntaha. Bahkan dalam riwayat lain mengatakan, siapa yang membaca surat Al-Kahfi maka dia akan diberikan cahaya dari tempat dia terdiam sampai Mekah Al-Mukaromah. “Kami juga bersyukur sudah ada beberapa anak panti yang berangkat Umrah. Tahun ini dua siswa dan istri guru tiga orang berangkat, jadi totalnya lima orang Umrah,” ucap Redi. Keajaiban lainnya yang telah dialami ustad Redi, yaitu ia mampu membebaskan lahan seluas 115 meter sebelah gedung dengan harga sekitar Rp400 juta. Walaupun sebelumnya ia kebingungan mencari uang sebanyak itu harus kemana dalam jangka waktu satu bulan. Sedangkan ia perlu memenuhi kebutuhan 60 orang anak panti. Tetapi jika tidak ia beli, maka lahan itu akan dibeli orang lain. “Akhirnya saya sepakat untuk membeli lahan tersebut. Itu 1 Juli, malamnya saya bingung, karena pada 1 Agustus harus lunas pembayaran itu,” ujar Redi. Tak disangka tak diduga, selama perjalanan satu bulan itu tepat pada 1 Agustus pembayaran lahan lunas. “Dari mana? Allahumma solli ala Muhammad, itulah kehebatan Al-Kahfi. Kami rutin membaca itu, bantuan pun dari mana-mana mengucur tanpa henti hingga terlaksana membeli lahan buat anak panti,” terang Redi. Redi melanjutkan, doa tambahan pada saat Sujud membaca ayat ke-10 di dalam surat Al-Kahfi. “Rabbana Atina Miladunka Warahmata Wahayillana Min Amri...dan seterusnya dibaca setiap akhir sujud sebelas kali. Alhamdulillah yang kami harapkan terkabul,” tutur Redi. Perlu diketahui, anak-anak yang diasuh Redi berasal dari berbagai latar belakang. Mulai dari korban perceraian, kekerasan rumah tangga, hingga anak yang dibuang begitu saja oleh orang tuanya. Saat ini, panti asuhan semakin berkembang. Terdapat 60 orang anak yang menempati panti, laki-laki 35 dan perempuan 25 orang. Sedangkan asal mereka ada yang dari Bojonggede, Brebes, Cirebon, Medan, Kalimantan, dan Jakarta. Di tengah perbincangan Radar Depok dengan ustad Redi, mendekatlah seorang bocah bernama Ibnu Haromain dan langsung mengulurkan tangannya mengajak bersalaman. Ramah, sopan, dan tampak wajahnya ceria karena dibasuh air wudhu. Penuturan Redi, anak tersebut baru saja menempati panti. Ia ditemukan di daerah Jonggol, dan tinggal di sebuah mesjid. Pengakuannya, ia dibuang oleh ibu tirinya. Sedangkan ayah tirinya tidak tahu kemana. Yang memilukan, kaki kiri Ibnu pernah dipukul ibu tirinya menggunakan kayu gegara ia lupa tidak mencari kayu bakar yang akan dipakai memasak. “Namanya juga anak-anak ya dunianya main. Dulu saya hanya tahu cerita seperti itu di tv dan koran atau media lainnya. Tetapi hari ini ada di depan mata saya,” ucap Redi berkaca-kaca hingga akhirnya ia tak mampu menahan tetesan air matanya. Redi mengaku bersyukur kepada Allah SWT telah diamanahkan yayasan ini dan bisa menjadi naungan anak-anak panti. “Alhamdulillah di sini mereka diakui, bisa sekolah, bisa jajan, dan dihormati. Berkat bantuan sejumlah pihak juga panti ini tetap kokoh berdiri,” kata Redi. Sebelum menutup pembicaraan, Redi mengatakan, jika anak-anak yatim dan dhuafa yang tinggal di pantinya Insha Allah semua sudah dijamin, hingga nikahnya pun dijamin. “Saya bilang, siapapun yang mau menikah Abi sudah siapin uangnya. Jatahnya satu orang Insha Allah Rp30 juta. Nah, Alhamdulillah sekarang sudah terlaksana. Satu orang sudah menikah, dan mau nambah lagi dua orang menikah. Mohon doakan,” tandasnya. Tetapi, Redi mengingatkan ada enam hal yang dilarang dilakukan oleh anak panti. Yaitu tidak boleh pacaran, tidak boleh nongkrong, tidak boleh main handphone, tidak boleh tawuran, tidak boleh bolos sekolah, dan tidak boleh ke warnet. Bila aturan tersebut dilanggar, maka ada sanksi yang akan anak-anak hadapi. Di antaranya, tidak mendapat jajan selama satu bulan, membersihkan kamar mandi satu bulan, tidak boleh keluar panti satu bulan kecuali sekolah, laki-laki dibotakin (berharap tumbuh rambut baru dengan harapan baru), dan harus menulis surat Al-Kahfi. Target selanjutnya, Redi ingin membangun pondok pesantren khusus anak-anak kurang mampu, serta menargetkan anak-anak asuhnya bisa lulus Sarjana. (*)   Editor : Pebri Mulya

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X