Senin, 22 Desember 2025

BPS Sebut Harga Beras Masih Meroket di 271 Kota/Kabupaten

- Jumat, 15 Maret 2024 | 05:30 WIB
Salah satu agen beras di Kelurahan Cilodong, Kecamatan Cilodong, Senin (26/2). (MONICA REISTIE/RADAR DEPOK)
Salah satu agen beras di Kelurahan Cilodong, Kecamatan Cilodong, Senin (26/2). (MONICA REISTIE/RADAR DEPOK)

RADARDEPOK.COM - Upaya meningkatkan produksi beras tahun ini dihadapkan pada masalah cukup krusial. Yakni, penyusutan luas tanam hampir 2 juta hektare.

Hal itu terungkap dalam rapat antara Komisi IV DPR dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Jakarta kemarin (13/3). Salah satu ”menu” rapat adalah pembahasan ketersediaan pangan.

Amran menyebutkan, target produksi beras tahun ini sebanyak 32 juta ton. Untuk mengejar target produksi beras itu, ada beberapa masalah yang berpotensi menjadi penghambat. Di antaranya, luas tanam padi yang menyusut cukup signifikan.

Baca Juga: Pedagang Sebut HET Atasi Harga Beras Meroket

Dia mengatakan, luas tanam padi pada kurun 2023–2024 berkurang hampir 2 juta hektare dibandingkan periode 2015–2019.

Berkurangnya luas tanam padi tersebut otomatis berdampak pada penurunan produksi beras. Penurunan luas tanam itu antara lain disebabkan pengalihan lahan dan faktor cuaca.
Masalah lainnya adalah berkurangnya volume pupuk subsidi setiap tahun.

Amran menuturkan, pada periode 2014–2018, alokasi pupuk subsidi mencapai 9,55 juta ton. Alokasi itu terus berkurang. Puncaknya pada 2024, volume pupuk bersubsidi hanya 4,73 ton. ”Kami ingin mengembalikan alokasi volume pupuk bersubsidi menjadi 9,55 juta ton kembali,” katanya.

Baca Juga: Bengkel Resmi Honda AHASS Wilayah Cirebon Berikan Servis Gratis untuk Korban Banjir

Menurut dia, dengan alokasi pupuk yang tinggal 4,73 juta ton, diperkirakan ada 20 persen petani yang tidak bisa mengakses pupuk bersubsidi. Dengan begitu, hal itu berpengaruh pada proses tanam padi.

Amran menambahkan, upaya meningkatkan produksi beras tahun ini juga masih akan terdampak perubahan iklim. Menurut perhitungannya, perubahan iklim membuat produksi padi berpotensi susut sekitar 30 persen.

Untuk mengatasi masalah iklim itu, ada beberapa strategi yang dilakukan Kementan. Di antaranya, upaya pompanisasi air sungai untuk lahan sawah tadah hujan.

Baca Juga: Dukung Kemajuan UMK Kelompok Wanita Tani Sumber Hasil, Srikandi PLN UP2B Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta Resmikan Outlet Produksi

Meski dihadapkan pada sejumlah tantangan, Amran mengatakan bahwa kebutuhan beras Maret hingga Mei nanti masih aman. ”Kekhawatiran kami adalah stok beras pada Juni sampai Oktober,” ujarnya.

Amran menjelaskan, ketersediaan stok beras pada Juni hingga Oktober terkait dengan luas tanam pada Februari lalu.

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, harga beras pada minggu pertama Maret naik 3,06 persen dibandingkan rata-rata harga pada Februari 2024.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Fahmi Akbar

Sumber: Jawa Pos

Tags

Artikel Terkait

Terkini

BRI Warung Buncit Renovasi TK Adhyaksa XXI Jakarta

Jumat, 19 Desember 2025 | 22:08 WIB

Tumpeng BRI KC Pancoran, Turut Meriahkan HUT ke 130

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:54 WIB

BRI KC Depok Serahkan Ambulans ke Yayasan IMANI Care

Kamis, 18 Desember 2025 | 05:20 WIB

BRI Luncurkan Rebranding, Tetap Fokus di Segmen UMKM

Rabu, 17 Desember 2025 | 15:40 WIB
X