Senin, 22 Desember 2025

Tantangan dan Hambatan Pendakian Gunung Semeru dengan Keluarga Bagian 3: Menjadi Keluarga yang Berdiri Paling Tinggi di Pulau Jawa

- Selasa, 25 Juni 2024 | 19:10 WIB
PUNCAK: Menjadi Keluarga tertinggi di Pulau Jawa
PUNCAK: Menjadi Keluarga tertinggi di Pulau Jawa

RADARDEPOK.COM - Istri mendadak datang bulan nyaris menyerah dan Menjadi Keluarga yang Berdiri Paling Tinggi di Pulau Jawa

Moment ini sangat menguras emosi, ketika istri sudah tidak sanggup lagi mendaki karena datang bulan disaat yang tidak tepat. Nyaris menyerah karena sumbilangen, bahkan memaki saya dan anak anak untuk meninggalkannya di jalur dan memerintahkan saya dan anak anak melanjutkan pendakian sampai puncak.

Iqbal Muhammad, Depok

Pancaran matahari pagi di ufuk timur sudah mulai nampak berwarna orange, sedikit demi sedikit langit yang gelap mulai terang. “Bun bangun bun, matahari udah muncul. Aa ade, ayo bangun kita lanjutin lagi ke puncak,” kata saya sambil membangunkan istri dan kedua anak saya.

Berat memang melanjutkan perjalanan setelah istirahat panjang, beruntung kedua anak saya tidak pernah mengeluh sedikitpun selama pendakian ke puncak. Langkah demi langkah kita lalui bersama, langkah yang kerap kali merosot membuat emosi dan fikiran kita frustasi.

Baca Juga: Tantangan dan Hambatan Pendakian Gunung Semeru dengan Keluarga Bagian 1: Kabar Kebakaran Hutan di Kalimati yang Membuat Cemas

“Ayah duluan aja sama anak-anak, bunda udah ga kuat lagi,” kata istri saya. Mendengar ucapan itu saya kaget bukan kepalang, tidak seperti biasanya istri saya menyerah seperti ini.

Gunung Semeru bukan pendakian pertama untuk saya dan istri, beberapa gunung di Pulau Jawa dan NTB sudah pernah kita daki bersama seperti Gede Pangrango, Semeru, Rinjani, Argopuro, Lawu dan Raung. “Puncak sudah kelihatan, sayang kalau tidak sampai puncak,” kata saya sambil melewati istri saya.

Saya lanjutkan perjalanan dengan anak anak, sesekali saya menengok istri saya berharap melanjutkan pendakian. Saya perhatikan, beberapa kali istri saya memukul mukul pasir sambil mengumpat, dia berdiri dan kemudian berjalan melanjutkan perjalanan. “Ini baru istri gw yang tangguh,” dalam hati saya.

Saya coba menunggu istri saya yang tertinggal beberapa meter di bawah, dengan harapan kita bisa bersama-sama menggapai puncak. Saat itu ketinggian sudah berada di 3400 Mdpl, bendera merah putih yang berada di puncak Mahameru sudah terlihat jelas.

Ditengah perjalanan, Lagi-lagi istri saya frustasi. “Ayah duluan aja, bunda sudah gak kuat, gak kuat yah,” kata istri saya sambil melambaikan tangan. “Lihat bunda bocor yah, dapet, perut sakit sumbilangen yah. Kamu duluan aja sama anak-anak, bunda nyerah,” kata istri saya sambil menunjuk bercak yang ada di selangkangannya.

Baca Juga: Warga Bojongsari Baru Kota Depok Diajari Manfaatkan Limbah, Begini Caranya

“Astagfirullohaladzim, sabar dan tabah bun. Inget janji kita sama anak anak, kalau kita bakal sama-sama ke puncak Semeru. Apa jadinya kalau hanya bertiga tanpa kamu ke puncak Semeru,” kata saya.

“Udah kamu duluan aja, duluaaaan,” sambil setengah berteriak ke saya. “Puncak sudah dekat,” kata saya sambil melewati istri saya. Saya tidak mau berargumen, karena saya sangat memahami penderitaan istri saya saat itu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X