Senin, 22 Desember 2025

Krisis Sampah di Depok : Membangun Kesadaran Publik Melalui Komunikasi Risiko

- Selasa, 13 Mei 2025 | 09:10 WIB
Ketua Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, Fajri Syahiddinillah. (DOKUMEN PRIBADI)
Ketua Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, Fajri Syahiddinillah. (DOKUMEN PRIBADI)

RADARDEPOK.COM–Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat menyoroti pengelolaan sampah yang buruk di Indonesia, tak terkecuali Kota Depok yang menimbulkan dampak lingkungan dan sosial yang sangat besar. Karena masalah ini menyebabkan polusi dan kerusakan ekosistem yang signifikan, serta masalah kesehatan masyarakat.

“Tempat pembuangan sampah dan pembuangan limbah ilegal dapat mencemari tanah, menurunkan produktivitas pertanian, dan merusak flora lokal,” tutur Ketua Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat, Fajri Syahiddinillah, Senin (12/5).

Baca Juga: Reses Anggota DPRD Hamzah, Bahas Pembangunan Posyandu hingga Beasiswa Sarjana Bagi Warga Depok

Besarnya permasalahan ini, sambung Fajri, diperkuat oleh data yang menunjukan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang sampah terbesar di dunia, terutama sampah plastik.

Pada tahun 2021, jumlah sampah di Indonesia mencapai 68,5 juta ton dan meningkat menjadi 70 juta ton pada tahun 2022. Pemerintah Indonesia sendiri telah menargetkan pengurangan dan pengelolaan sampah sebesar 30% dan 70% pada tahun 2025.

Krisis sampah di berbagai daerah termasuk Kota Depok semakin mengkhawatirkan, kata Fajri, dari pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan tingkat konsumsi yang tinggi berkontribusi terhadap peningkatan volume sampah setiap harinya.

Baca Juga: DAM Gelar Kompetisi Regional Safety Riding Kategori Advisor Community 2025

“Dalam konteks ini, komunikasi risiko memegang peranan penting untuk membangun kesadaran masyarakat terhadap dampak buruk sampah, serta mendorong perubahan perilaku yang lebih ramah lingkungan,” jelas Fajri.

Komunikasi risiko adalah proses pertukaran informasi mengenai potensi bahaya antara pemerintah, ilmuwan, media, dan masyarakat umum, tutur Fajri, dalam isu lingkungan seperti krisis sampah, komunikasi risiko bertujuan untuk menjelaskan konsekuensi dari pengelolaan sampah yang buruk, serta mengedukasi masyarakat tentang langkah-langkah pencegahan.

Baca Juga: Merasakan Nyamannya Touring Terkoneksi Bersama New Honda PCX160 RoadSync

Pemkot Depok perlu menyampaikan informasi yang akurat dan mudah dipahami untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab kolektif. Kondisi krisis sampah di Depok, berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok tahun 2022, produksi sampah harian di Depok mencapai sekitar 1.000 ton.

“Sebagian besar sampah ini diangkut keTempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipayung yang kapasitasnya semakin menipis. Permasalahan ini semakin kompleks akibat kurangnya fasilitas pengelolaan sampah terpadu, rendahnya partisipasi warga dalam program 3R (reduce, reuse, recycle), serta keterbatasan dalam sosialisasi dan edukasi publik,” kata Fajri.

Baca Juga: Bukan Cuma Gaya, ini Fungsi Sarung Tangan saat Berkendara

Menurut Fajri, komunikasi risiko di Depok menghadapi sejumlah hambatan. Pertama, informasi sering disampaikan secara top-down tanpa melibatkan warga secara aktif.

Kedua, pesan komunikasi tidak disesuaikan dengan karakteristik sosial dan budaya lokal. Ketiga, literasi lingkungan yang rendah menyebabkan masyarakat kurang memahami urgensi masalah sampah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X