Senin, 22 Desember 2025

UIII Depok Jadi Panggung Global Islam Hijau, AICIS+ Bahas Islam dan Masa Depan Bumi

- Jumat, 31 Oktober 2025 | 07:35 WIB
Pembukaan AICIS+ di UIII Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Rabu (29/10). (ISTIMEWA)
Pembukaan AICIS+ di UIII Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Rabu (29/10). (ISTIMEWA)

RADARDEPOK.COM-Konferensi internasional tahunan Annual International Conference on Islam, Science, and Society (AICIS+) resmi dibuka di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari hingga Kamis (29-30) itu diikuti oleh para akademisi dan peneliti dari 32 negara untuk membahas peran Islam dalam menjawab isu-isu global, termasuk perubahan iklim dan ekoteologi.

Laporan : Agnesya Wianda

Udara pagi di kawasan Sukmajaya, Depok, terasa sejuk ketika ratusan akademisi dari berbagai negara memasuki kompleks Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII). Di halaman kampus berarsitektur modern itu, spanduk besar bertuliskan Annual International Conference on Islam, Science, and Society (AICIS+ 2025) menyambut para tamu dari 32 negara.

Tahun ini, konferensi internasional tahunan yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) itu menyoroti isu global yang kian genting, perubahan iklim. Dengan tema besar Islam, Science, and the Future of Humanity, AICIS+ 2025 berupaya menggali bagaimana nilai-nilai Islam dapat memberikan solusi terhadap krisis lingkungan melalui pendekatan ekoteologi.

“Alam adalah milik kita bersama yang harus dijaga bersama. Menjaganya bukan sekadar urusan ekologis, tapi juga spiritual,” kata Sekretaris Jenderal Kemenag, Kamaruddin Amin.

Baca Juga: Urung di Cipayung, Pembangunan Stadion Internasional Depok Pindah ke UIII

AICIS, yang kini memasuki penyelenggaraan ke-24, menjadi forum dialog antarilmuwan, pemikir, dan praktisi keagamaan dari berbagai negara. Dalam pelaksanaannya, Kemenag menggandeng perguruan tinggi Islam di Indonesia, dan tahun ini UIII terpilih menjadi tuan rumah. Kampus yang mulai beroperasi pada 2020 itu dinilai representatif sebagai simbol diplomasi intelektual Islam Indonesia di panggung global.

“Kami ingin memperkenalkan UIII sebagai pusat studi Islam yang terbuka dan berkelas dunia. AICIS bukan hanya ajang akademik, tapi juga diplomasi intelektual,” ujar dia.

Di dalam ruang konferensi utama, diskusi berlangsung hangat. Para pembicara membedah konsep ekoteologi Islam, sebuah pendekatan yang menempatkan manusia sebagai khalifah yang bertugas menjaga keseimbangan alam.

“Dengan keyakinan agama, kita bisa berbuat sesuatu yang mendatangkan kemaslahatan, menjaga alam dan dunia yang kita tempati. Alam adalah milik bersama yang harus dijaga bersama, dan ini merupakan kepentingan global,” terangnya.

Baca Juga: Santri Pesantren Al-Hamidiyah Kontribusi Hijaukan Depok, Hadiri Launching Gerakan Tanam Sejuta Pohon Matoa di UIII

Selama dua hari, forum ini menjadi wadah pertemuan gagasan: dari bagaimana syariat dapat menuntun etika konsumsi energi, hingga bagaimana konsep khalifah fil ardh, manusia sebagai penjaga bumi, dapat diterjemahkan dalam kebijakan publik. Dari diskusi akademis hingga percakapan santai di lorong kampus, satu semangat terasa mengalir, Islam tidak sekadar bicara tentang surga dan ibadah, tapi juga tentang bumi dan masa depan manusia.

“Alam adalah milik bersama yang harus dijaga bersama. Ini bukan hanya isu lingkungan, tapi kepentingan global,” tandas Kamaruddin. ***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X