RADARDEPOK.COM-Kurniasih adalah seorang pendidik yang percaya bahwa setiap ruang kelas adalah ladang kehidupan. Melalui tulisan reflektifnya, ia berbagi perjalanan hati dan pikiran dalam memahami makna belajar, mengajar, dan menjadi manusia.
Laporan : Andika Eka Maulana
Di antara papan tulis yang mulai kusam dan deretan bangku yang menyimpan ribuan kisah, Kurniasih berdiri dengan tenang. Di hadapannya, wajah-wajah muda memandang penuh harap. Ada yang menyimpan mimpi, ada yang masih mencari arah, ada pula yang datang membawa beban cerita dari rumah.
Baca Juga: Heboh! Pegawai RSUD ASA Depok Pelesiran ke Malaysia dan Singapura
Namun di ruang kelas itu, bagi Kurniasih, mereka semua adalah pelangi yang sedang menunggu hujan reda. “Di antara papan tulis dan wajah-wajah muda, aku menemukan makna menjadi manusia,” kata dia.
Bagi Kurniasih, ruang kelas bukan sekadar tempat bekerja. Di sanalah ia memaknai kehidupan. Setiap pagi yang datang membawa warna baru, seperti tawa, tanya, kadang juga air mata. Dari mereka, ia belajar bahwa mendidik bukan hanya tentang menyampaikan materi, tapi tentang memahami hati, membaca luka, dan menumbuhkan harapan.
Perubahan datang silih berganti. Dunia pendidikan bergerak cepat. Kurikulum berganti, teknologi masuk tanpa permisi, dan karakter peserta didik pun semakin dinamis. Apa yang dulu dianggap cukup, kini terasa usang. Apa yang dulu efektif, hari ini harus ditinjau ulang.
Baca Juga: BRI Jakarta Pondok Indah Berkontribusi Kemeriahan USS 2025 : Berikan Beragam Promo Menarik
Namun, di tengah arus perubahan itu, Kurniasih memilih tidak gentar.
“Kadang perubahan terasa begitu cepat, seolah aku tertinggal beberapa langkah. Tapi di sanalah aku belajar: setiap perubahan selalu membawa peluang untuk tumbuh,” ungkapnya.
Ia memahami betul bahwa dunia pendidikan Indonesia tengah menghadapi tantangan besar. Akses pendidikan memang semakin terbuka, namun kualitas pembelajaran masih menyisakan pekerjaan rumah yang panjang. Hasil berbagai survei internasional, termasuk PISA, menjadi cermin yang memaksa kita menatap realita: literasi dan numerasi peserta didik masih perlu diperkuat.
Bagi Kurniasih, itu bukan sekadar angka. Itu adalah wajah-wajah anak yang setiap hari ia temui.
Baca Juga: Samsul Hidayat Menunjukan Komitmen Dalam Melestarikan Seni Budaya Sunda
“Pendidikan bukan hanya soal nilai dan angka. Ini tentang memuliakan manusia, menumbuhkan potensi, dan membentuk pribadi yang utuh,” kata dia.
Namun di balik idealisme itu, realitas tak selalu ramah. Guru dituntut untuk kreatif, inovatif, adaptif. Di sisi lain, beban administrasi seperti tembok tinggi yang kadang menghalangi langkah. Banyak waktu tersita untuk laporan dan data, bukan untuk menyelami pikiran dan perasaan peserta didik.
Artikel Terkait
Kompak! IMA Chapter Depok dan FIFGROUP Berkolaborasi di Temu Pendidik Nasional ke 12, Ini yang Dilakukan
Dedi Mulyadi Soroti Sistem Pendidikan Saat Ini: Hilangnya Ikatan Emosional Antara Pengajar dan Pendidik
Lurah Cimpaeun Berantas Putus Sekolah, Tiga Anak Langsung Mengenyam Pendidik
Lusi Susanti Nahkodai PGRI Kecamatan Cilodong, Siapkan Lima Misi Pokok Dalam Peningkatan Kualitas Tenaga Pendidik