RADARDEPOK.COM-Universitas Indraprasta (Unindra) PGRI dan TVRI sepakat bergandeng tangan melestarikan seni budaya wayang kulit. Komitmen ini ditandai lewat penandatanganan MOU mengawali pergelaran wayang kulit di TVRI Jawa Timur, Sabtu (20/9) malam.
Rektor Unindra, Prof. Dr. Sumaryoto menegaskan, wayang bukan sekadar tontonan, tetapi juga mengandung tuntunan dan kearifan hidup.
“Wayang itu bukan hanya hiburan, tapi juga sumber kearifan. Ia patut ditonton, dan dijadikan panutan,” ujar Prof. Sumaryoto.
Kerja sama itu mencakup kolaborasi antara Unindra dan 13 stasiun TVRI daerah, mulai dari NTB hingga Papua, dari Jambi hingga Yogyakarta. Melalui siaran di berbagai wilayah, diharapkan wayang kulit bisa lebih dekat dengan masyarakat luas dan terutama generasi muda.
Prof. Sumaryoto mengatakan, komitmen Unindra untuk melestarikan wayang sekaligus menjadi wujud nyata peran perguruan tinggi dalam menjaga warisan budaya dunia.
“Apalagi, UNESCO telah menetapkan wayang Indonesia sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity (Warisan Budaya Takbenda Dunia),” ujar Prof. Sumaryoto.
Baca Juga: Super Gemes! Cuma di Kafe Ini Kamu Bisa Icip-Icip Menu yang Unik dan Lucu
Malam itu, panggung TVRI Jawa Timur menghadirkan Herjuno Pramariza Fadlansyah, dalang milenial Unindra yang tengah menempuh semester V Program Studi Arsitektur.
Herjuno Pramariza Fadlansyahmembawakan lakon Semar Boyong, kisah peralihan Semar dari mendampingi Prabu Rama menuju perannya sebagai penasihat Pandawa. Cerita tersebut sarat pesan tentang kebijaksanaan dan peran penting Semar sebagai penuntun ksatria menuju jalan kebenaran.
Baca Juga: Kondisi Memprihatinkan di Muara Gembong Bekasi, Dedi Mulyadi: Akan Segera Tindak Lanjut
Tak hanya itu, pada siang harinya tampil pula Rafi Ramadhan, dalang remaja berusia 18 tahun. Penampilan Rafi menjadi bukti bahwa pewayangan masih diminati generasi muda. Kehadirannya diharapkan dapat memotivasi lebih banyak remaja Indonesia untuk mencintai dan melestarikan wayang kulit sebagai bagian dari jati diri bangsa.
Ketua Sanggar Unindra yang juga Kepala Lembaga Pengembangan Bahasa, M Kabul Budiono menegaskan, sinergi antara perguruan tinggi, lembaga penyiaran publik, dan dalang milenial menunjukkan bahwa wayang kulit bukan hanya warisan masa lalu.
Baca Juga: Puding Lumut Pandan Gula Merah, Manisnya Pas dan Cocok untuk Jualan