"Guru yang berjiwa besar tidak melawan keburukan dengan kebencian; ia menjawabnya dengan perbuatan baik. Ia tidak perlu berdebat di ruang publik, karena karyanya sudah cukup berbicara," kaya dia.
Untuk itu, guru perlu menjaga keseimbangan dirinya: meluruskan niat bahwa mengajar adalah ibadah, menjaga hati agar lelah tidak berubah menjadi putus asa, terus belajar karena cinta pada ilmu, dan bersandar pada komunitas yang saling menguatkan.
Guru yang kuat jiwanya akan melahirkan generasi yang kuat pula.
Guru adalah lentera yang tidak berhenti hanya karena melihat kegelapan; ia justru mencari banyak sumber dan jalan agar bukan hanya cahayanya yang menyala, tetapi juga penyebab kegelapan itu dapat dipahami dan diperbaiki.
Baca Juga: Bikinnya Gak Susah Cobain nih Bikin Pastel Isi Sayur Bihun
Ia menerangi sambil mengurai persoalan, menuntun sambil membenahi. Maka, jangan gentar oleh perubahan zaman atau hiruk-pikuk berita yang menyesatkan. Teruslah menyalakan cahaya dengan ketulusan. Tambahkan warna putih kebaikan setiap hari hingga dunia kembali melihat kejernihan pendidikan. Dunia mungkin tidak selalu memberi tanda jasa, tetapi Langit tidak pernah alpa mencatat setiap pengabdian guru.
"Jadilah tembok putih yang terus melebar—tetap putih bersih, tetap menyejukkan, dan terus menumbuhkan kehidupan," ungkap dia.
Ia mengucapkan Selamat Hari Guru Nasional 2025. Dari Guru untuk Pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Baca Juga: DLHK Kota Depok Tindak TPS Liar di Kelurahan Pondokjaya yang Sebabkan Longsor, Ini yang Dilakukan
Ira Asmara yang juga merupakan penggerak dunia pendidikan dengan lebih dari 25 tahun pengalaman dalam manajemen dan pengembangan pendidikan dari tingkat dasar hingga menengah.
Saat ini juga aktif sebagai Tutor di Universitas Terbuka (Salut Sawangan). Tulisan ini merupakan refleksinya atas perjalanan spiritual dan profesional sebagai pendidik di era yang berubah cepat.***