Banyak yang menilai guru hanya dari kesalahan kecil, lupa pada pengorbanan besar yang dilakukan setiap hari. Guru bukan profesi yang lahir dari popularitas, melainkan dari panggilan jiwa untuk melayani dan membentuk generasi.
Baca Juga: Luas Panen dan Produksi Padi dan Jagung di Jawa Barat diperkirakan Naik Signifikan
Ketika sebagian orang memilih menyoroti titik hitam, tugas kitalah untuk terus memperluas bagian putih itu—dengan bekerja sungguh-sungguh, menjaga adab, membangun integritas, dan meneladankan kemuliaan profesi dalam keseharian. Guru tetaplah pilar peradaban.
"Dan sekecil apa pun badai opini yang datang, marwah guru akan selalu berdiri tegak selama kita bersama-sama menjaga warna putih itu: warna pengabdian, kesabaran, dan kemuliaan yang tak pernah lekang oleh zaman," tutur dia.
Menurut dia, Guru dapat menguatkan hati untuk terus belajar sehingga meski dunia kadang menilai rendah, Langit tidak pernah salah menilai tinggi. Guru yang bekerja dengan niat lillah tidak membutuhkan sorotan; karena setiap langkahnya sudah dicatat sebagai amal jariyah.
Baca Juga: Jawa Barat Pimpin Realisasi Investasi Nasional, Capai Hingga Rp77,1 T di Kuartal III 2025
Selain itu, menjadi guru hari ini berarti siap menjadi pribadi yang multi-talenta. Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga pembimbing moral, motivator, inovator, sekaligus penjaga keseimbangan nilai di tengah derasnya arus digital.
Guru perlu memiliki growth mindset keyakinan bahwa setiap kesulitan adalah peluang belajar, setiap kritik adalah bahan refleksi, dan setiap kegagalan adalah bagian dari proses tumbuh.
"Guru dengan pola pikir bertumbuh tidak akan mudah goyah oleh kritik atau viral sesaat. Ia tahu, kebenaran dan keikhlasan tidak perlu pembelaan; cukup dibuktikan dengan keteguhan dan karya nyata," kata dia.
Kasus viral memang menyakitkan, tetapi ia hanyalah satu titik gelap yang tak mampu menutupi luasnya tembok putih pengabdian guru Indonesia.
Justru di tengah badai itulah tampak kemuliaan guru: tetap tenang saat disalahpahami, tetap sabar saat dicerca, dan tetap menebar kebaikan saat dunia memperbesar keburukan.
Guru tidak perlu gentar pada isu viral selama ia berpegang pada kebenaran dan niat yang lurus, sebab marwah pendidik tidak ditentukan oleh opini sesaat, melainkan oleh keteguhan dalam membimbing manusia menuju kemuliaan.
Ketika guru berdiri teguh dengan adab dan ketenangan, ia bukan hanya menjaga martabat profesinya, tetapi juga memberi teladan bahwa kebaikan selalu lebih kokoh daripada kebisingan yang mencoba meruntuhkannya.
Baca Juga: Bikinnya Gak Susah Cobain nih Bikin Pastel Isi Sayur Bihun
Artikel Terkait
Santri MA Pesantren Al-Hamidiyah Go International, Ikuti The 9th Teenager Maker Camp dan Teacher Workshop di China
95 Persen Lulusan MA Pesantren Al-Hamidiyah Diterima di PTN dan PTLN
Santri MA Al-Hamidiyah Belajar Teknologi Masa Depan, Steammi : Bentuk Generasi Santri Kreatif dan Berkarakter
Yayasan Islam Al-Hamidiyah Hadir di ITE 26 : Cetak Generasi Islam Berdaya Saing Global