Jurnalistik merupakan profesi yang terlihat mudah namun sesungguhnya sulit untuk dilaksanakan. tidak hanya sebatas menulis berita, acap kali kegiatan jurnalistik juga bisa mengancam nyawa. Pahit manis dunia jurnalistik sudah banyak dikunyah salah seorang wartawan senior di Depok bernama Rusdy Nurdiansyah.
Laporan : Indra Abertnego Siregar
RADARDEPOK.COM, Seorang pria paruh baya mengenakan kemeja berwana biru laut, dengan logo Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) datang ke Kantor Redaksi Harian Radar Depok. Dia Ketua PWI Kota Depok, Rusdi Nurdiansyah. Kedatangannya untuk menghadiri undangan General Manager Radar Depok, Iqbal Muhamad untuk berdiskusi mengenai Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2022.
Rusdi merupakan salah seorang wartawan senior di Depok, yang sudah 28 tahun malang melintang di dunia jurnalistik. Akan tetapi, background pendidikannya bukanlah jurnalistik.
“Saya kuliah IISIP angkatan 1987, cuma jurusan saya bukan jurnalistik tapi humas,” kata Rusdi.
Ilmu jurnalistiknya terlutar tatkala dia masih kost dengan teman kuliahnya yang mengambil jurusan jurnalistik. Hal itu lah yang membawanya ke dunia jurnalistik dengan mengawali karirnya sebagai foto grafer di media masa.
“Saya aktif berkerja di media masa itu tahun 91, baru tahun 93 saya masuk Republika tapi dulu saya di bagian riset foto,” tuturnya.
Kiprah pertamanya sebagai jurnalis foto di Republika dimulai saat meliput kerusuhan Mei 1998. Lalu beberapa tahun kemudian dia melakukan peliputan foto penangkapan anak pengusa ‘Cendana’ Tommy Soeharto.
Rusdi mengisahkan, saat itu Rabu 28 November 2001, usai berbuka puasa, waktu menunjukkan pukul 18.30 WIB. Sesosok pria berkaos putih, celana hitam, dan bertopi biru, tak hentinya menebar senyuman, diikuti segerombolan orang yang memegangi tangannya, tiba di Mapolda Metro Jaya.
Sontak terdengar bunyi ceprat-cepret sahut-menyahut diikuti kilatan lampu blitz dari kamera puluhan fotografer. Para fotografer membidikkan kameranya dari jarak kurang lebih tiga meter yang dibatasi police-line.
“Sata pun tak ketinggalan melontarkan jepretan dengan fokus ke sosok pria ganteng yang cukup dikenal publik, Tommy Soeharto,” kenang Rusdy.
Tak sampai satu menit, putra mahkota mantan Presiden Soeharto itu menghilang dari bidikan, masuk ke Gedung Mapolda Metro Jaya, menuju ruang Kapolda Metro Jaya saat itu, Irjen Pol Sofyan Jacob.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Anton Bachrul Alam, meminta para fotografer dan reporter masuk ke aula untuk jumpa pers. Tampak, Tommy diapit Kapolda dan Pangdam Jaya, Mayjen Bibit Waluyo, Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Bambang Hendarso Danuri, dan Kasat Serse Polda Metro Jaya yang jadi Ketua Tim Kobra, Kompol Tito Karnavian.
Tidak ada tanya jawab dengan Pangeran Cendana yang hanya melemparkan senyum dengan tatapan tajam. “Saat itu dari kantor Republika yang ditugaskan untuk meliput penangkapan Tommy ada empat orang. Saya dan Bachtiar sebagai fotografer, serta Maman Sudiman dan Lukmanul Hakim sebgai reporter,” bebernya.