Radar Depok bisa dikatakan sebagai miniatur kecil Kota Depok yang dihuni beragam etnis dan agama masyarakatnya. Pun demikian dengan wartawan Radar Depok yang berasal dari berbagai agama dan budaya. Salah satu wartawan Radar Depok berasal dari suku Batak, Sumatera Utara, berkesempatan menyajikan perjalanan ke kampung halamannya di Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Tujuannya, mengikuti prosesi adat keluarga besar Marga Silitonga yang ada disana.
Laporan : Indra Abertnego Siregar
RADARDEPOK.COM, Jumat (24/6) pagi, pukul 10:50 WIB. Cuaca di sekitar Bandara Soekarno – Hatta Cengkareng tidak begitu cerah. Awan gelap dan menggumpal menyelimuti langit di wilayah Tangerang tersebut.
Radar Depok hendak menuju Bandara Silangit di Kecamatan Siborong-Borong, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Pesawat yang digunakan adalah Batik Air dengan nomor penerbangan ID-6832, yang dijadwalkan berangkat pukul 11:25 WIB.
Tidak ada kendala dalam penerbangan ini. Masuk terminal keberangkatan hingga masuk ke pesawat semua berjalan sesuai jadwal. Pesawat pun mulai merangkak mundur dari gerbang masuk penumpang menuju landasan pacu tepat pukul 11:25 WIB.
Setelah berjalan lambat dari taxiway menuju runway, pesawat pun menghentikan lajunya. Suara mesin yang semula pelan kini menderu dengan kencangnya. Tak begitu lama laju pesawat pun kian pesat hingga tubuh yang duduk tegak di kursi penumpang terdorong ke belakang sandaran kursi, sembari moncong pesawat terangkat dan mengangkasa.
Menit awal penerbangan cukup mendebarkan jantung. Bagaimana tidak, dalam pantauan Radar Depok dari jendela pesawat, tampak pesawat memasuki gumpalan awan hitam pekat sehingga mengakibatkan pesawat mengalami guncangan cukup kencang. 10 menit berlalu, belum ada tanda-tanda pilot mengizinkan penumpang untuk melepaskan sabuk keselamatan yang tersedia di bangku penumpang, hal ini dikarenakan pesawat masih dalam posisi terus menanjak mencoba menghindari kepungan awan tebal.
Setelah hampir 20 menit, akhirnya pesawat berangsur terbang dengan lurus, langit pun berubah cerah dan lapisan awan putih tebal terpancar dengan indah memukau mata yang menatapnya. Seiring dengan itu, pramugari dan pramugara pesawat juga mulai menyasar setiap kursi penumpang dengan membawa satu meja lori penuh roti hangat dan air mineral kemasan yang dibagikan untuk penumpang.
Akan tetapi, kenyamanan tersebut tak berlangsung begitu lama. Satu jam kemudian pilot Kembali menghidupkan lampu tanda penggunaan sabuk pengaman yang berada di atas tempat duduk penumpang. Tentu ini pertanda kurang baik, dengan sigap seluruh penumpang mengenakan sabuk pengamannya. Tidak lama kemudian terdengar suara pilot yang dikirimkan melalui alat pengeras suara sehingga dapat terdengar oleh penumpang.
“Penumpang yang terhormat, saat ini cuaca sedang kurang baik. Diharapkan untuk tetap menggunakan sabuk keselamatan dan untu sementara diminta untuk tidak pergi ke toilet sampai pemberitahuan berikutnya,” ucap pilot samar dari pengeras suaranya.
Suasana kabin pesawat yang semula cukup ramai dengan bisikan pembicaraan dari penumpang lain, seketika hening. Bahkan terdengar seorang penumpang sedang mencoba mendiamkan anaknya yang sedang merengek dipangkuannya lantaran suasana cukup terasa mencekam.
“Sssst! diam dulu,” pinta seorang penumpang, di kursi belakang kepada anaknya. Benar saja, tiba-tiba deru mesin pesawat semakin kencang. Badan pesawat terasa menanjak cukup curam untuk menerobos lapisan awan putih tebal yang mengakibatkan suasana di dalam pesawat seperti sedang menaiki mobil yang menerobos ratusan polisi tidur dengan kecepatan tinggi.
Setelah kurang lebih hamper satu jam penerbangan yang cukup menegangkan, suara pilot dari pengeras suara terdengar begitu menenangkan hati. Sebab, pilot mengabarkan jika pesawat sudah siap untuk mendarat di bandara Silangit.
Tampak dari jendela pesawat pemandangan yang indah dari cakrawala yang menunjukan hamparan tenang Danau Toba di Samsosir, sebelum akhirnya pesawat menukik sambal berbelok ke kiri dan ke kanan cukup curam. Lalu dari jendela pesawat terlihat rintikan air hujan yang mengalir deras hingga akhirnya daratan mulai terlihat mendekat, dan mesin pesawat pun Kembali berderu kencang sembari merasakan guncangan pesawat mendarat di Bandara Silangit.