INDRA SIREGAR/RADAR DEPOK BAHAYA: Bangunan rumah warga di RW05, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, dikepung lumpur bekas pengerukan Situ Pedongkelan.DEPOK – Warga RW05, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, yang tinggal dekat Situ Pedongkelan sedang dicemaskan dengan keberadaan tumpukan lumpur yang mengepung areal pemukiman mereka.
Selain lumpur, keberadaan sampah, bangkai ikan yang ikut dalam lumpur setinggi tiga hingga empat meter bekas proyek pengerukan lumpur di situ turut menambah kecemasan warga.
Ketua RW05, Sofinal Darwis mengatakan, seluruh lumpur dan sampah yang dikeruk dengan dua becko di bagian tepi situ dipindahkan ke lahan kosong yang berada depan pemukiman warga.
Dampaknya, tumpukan lumpur bercampur sampah lebih tinggi dibanding permukaan rumah warga, sehingga rumah warga seolah tenggelam dalam lumpur.
“Rumah-rumah yang ada dekat Situ Pedongkelan ini seperti tenggelam dalam lumpur, ketinggian lumpur depan rumah mereka bisa tiga sampai empat meter, mungkin juga lebih. Ini lumpur dan sampah yang diuruk dari situ, tapi malah dibuang ke depan rumah warga," kata Darwis kepada Radar Depok, Senin (26/11).
Tak hanya menimbulkan bau yang membuat warga khawatir, tumpukan lumpur juga membuat aliran air terganggu hingga nyaris menggenangi bangunan rumah.
Bahaya terjerembab dalam lumpur yang masih basah juga mengintai warga, mereka harus selalu mengawasi anak-anak agar tak bermain di bagian tengah lumpur yang masih digenangi air.
“Lumpurnya masih belum kering, apalagi yang bagian tengah, itu masih basah banget. Kalau salah injak pasti langsung kejeblos, makannya pada hati-hati banget kalau jalan. Anak-anak itu selalu diomelin kalau main di bagian yang masih basah," ujarnya.
Darwis menuturkan, warga RT05 dan 06 dibuat bingung dan geram akibat ulah pengerjaan proyek penataan Situ Pedongkelan yang dilakukan menggunakan dana Bantuan Gubernur Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp3.560.509.800.
Meski di spanduk proyek tetera pengerjaan dimulai sejak (28/8) sampai (15/12), sejak satu pekan lalu dua becko yang bertugas mengeruk lumpur pergi begitu saja.
Spanduk proyek di bedeng pun kini berganti jadi penataan sempadan Situ Pedongkelan dengan dana yang masih dari Bantuan Gubernur DKI Jakarta sebesar Rp1.930.596.100.
“Di spanduk proyek bilang sampai tanggal 15 Desember. Nah, ini masuk bulan Desember saja belum, sudah pergi duluan alat beratnya. Pendangkalan di bagian tengah masih buruk, lumpur dibuang ke depan rumah warga, apa proyek ini sudah benar," tuturnya.
Ketua RT05, Lastini Wagino mengatakan, sejak awal seluruh lumpur yang dikeruk di bagian sisi Selatan Situ hanya dibuang ke depan rumah warga sehingga sangat menganggu warga.
Upaya komunikasi warga, RT, RW, juru Situ, dan Pokdarwis Situ Pedongkelan dengan pihak kontraktor soal pengerjaan proyek selalu tak digubris kontraktor dengan alasan yang berhak mengatur mereka hanya konsultan proyek.
Sementara Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Depok yang ambil bagian dalam proses lelang penentuan konsultan dan kontraktor nyaris tak pernah hadir di lokasi.
“Kami semua sudah ngomong baik-baik ke kontraktor, kami tanya kenapa lumpur dan sampah dibuang ke depan rumah. Tapi mereka selalu jawab kalau mereka cuma kerja, yang ngatur konsultan. Nah warga nggak tahu konsultannya di mana, orang Dinas PUPR juga enggak tahu ada di lokasi," jelas Lastini.
Juru Situ Pedongkelan, Sain Iskandar mengatakan, kontraktor terlebih dulu mengeruk tanah di bagian depan rumah warga sekitar tiga hingga empat meter lalu membuang lumpur ke galian.
Menurutnya, pemilik tanah mengizinkan lahannya jadi tempat buangan lumpur karena pihak kontraktor membayar Rp500 ribu, namun tak ada uang ganti rugi sepeser pun dari kontraktor kepada warga yang sejak awal proyek sampai sekarang dikepung bau sampah.
“Tanah jadi tempat buangan lumpur ini tanah warga, pemiliknya dikasih Rp500 ribu sebagai ganti rugi. Sebelum lumpur dibuang, tanah diuruk, diuruk sekitar empat meter lah. Setelah tanah di pinggirin baru lumpur dibuang,” kata Sain. (dra)