Senin, 22 Desember 2025

Sejarah Monumen Batu Tugu Sawangan Simbol Perjuangan Terhadap Belanda

- Jumat, 8 September 2017 | 13:45 WIB
DICKY/RADARDEPOK
PRASASTI: Batu Tugu Sawangan simbol perlawanan masyarakat Sawangan terhadap tentara Nica di Jalan Raya Muchtar Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan, kemarin. SAWANGANBARU – Kecamatan Sawangan menjadi salah satu titik perlawanan masyarakat pribumi Sawangan melawan terhadap tentara Nica maupun Belanda. Hal itu terbukti dengan berdirinya prasasti Tugu Batu Sawangan sebagai simbol perjuangan masyarakat Kecamatan Sawangan yang memiliki rasa nasionalisme tinggi. Salah seorang tokoh masyarakat Sawangan, Jamhurrobi mengatakan, prasasti Batu Tugu Sawangan yang berdiri tepat dipersimpangan jalan, yang menghubungkan Jalan Raya Muchtar dengan akses jalan lingkungan menuju wilayah Kelurahan Pasir Putih dan Bedahan, merupakan bukti perlawanan masyarakat Sawangan terhadap penjajah.

“Batu Tugu Sawangan dibuat pada 29 Desember 1979 saat Kota Depok tergabung dalam pemerintahan Bogor,” ujar Jamhurrobi kepada Radar Depok, kemarin.

Jamhurrobi menjelaskan, menurut penuturan orang tuanya yakni H Mardjuki, dahulunya wilayah Kecamatan Sawangan berada dibawah VOC Belanda. Kekuasaan VOC Belanda mencakup wilayah Sawangan, Limo, Cinere, Pengasinan, dan Duren Seribu. VOC Belanda menjadikan Sawangan sebagai perkebunan karet. Jamhurrobi mengungkapkan, perkebunan karet disewakan VOC Belanda kepada pengusaha Belgia atau biasa disebut kongsi. Seiringnya berjalannya waktu dan kemerdekaan Indonesia, pada 1950-an perkebunan tersebut sudah tidak dikuasi lagi oleh bangsa asing. Bahkan, pada 1954 – 1956, Indonesia dibawah Pemerintahan Soekarno mengusir pengusaha Belanda. “Yang tersisa dari Kongsi Belanda berupa tempat penampungan air yang orang Sawangan bilang Gentong Belanda,” ucap Jamhurrobi. Sementara itu, salah satu saksi sejarah perlawanan masyarakat Sawangan kepada Belanda, Ri’an bin Ri’in menuturkan pada tahun 1949 tentara Belanda mencoba memasuki wilayah Sawangan. Mendapat Informasi tersebut, dia bersama dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang di pimpin Basyir mengatur strategi guna menyerang Belanda, salah satunya dengan membuat jebakan. Atas kesepakatan, sambung Ri’an secara gotong royong masyarakat Sawangan bersama TKR melakukan penggalian tanah guna dijadikan parit. Saat tentara Nica yang terdiri dari tentara Belanda dan Inggris menuju ke Sawangan, kendaraan yang ditumpang jatuh ke dalam jebakan yang dibuat masyarakat Sawangan dan TKR. Ri’an mengungkapkan, setelah rombongan Nica terjebak dalam jembakan yang dibuat, masyarakat Sawangan bersama TKR melakukan perlawanan. Usaha perlawanan masyarakat Sawangan dan TKR membuahkan hasil, sehingga memukul mundur pasukan Nica kembali ke Batavia yang kini sebagai Jakarta. Jebakan yang dibuat masyarakat Sawangan dan TKR berlokasi di perbatasan wilayah Kecamatan Sawangan dengan Parung Bingung Kelurahan Rangkapanjaya Baru Kecamatan Pancoranmas. “Kini jembakan tersebut menjadi Kali Caringin yang menembus ke Kali Pesanggerahan,” tutup Ri’an. (dic)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X