TONGGAK SEJARAH: Monumen Peringatan Pembebeasan Kaunm depok dari perbudakan yang dib angun kembali tahun 2014 lalu setelah sebelumnya dibongkar. PANCORANMAS – Monumen Pembebesan dari Ikatan Perbudakan atau yang lebih dikenal Tugu Cornelis di Halaman Rumah Sakit (RS) Harapan di Jalan Pemuda, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoranmas pasti sudah tidak asing lagi bagi warga Kota Depok. Tugu yang berwarna putih tersebut, erat kaitanya dengan sejarah terbentuknya Kota Depok. Yayasan Lembaga Corenlis Chastelein (YLCC) merupakan pengelola tugu tersebut. Tentu untuk membahas tugu bersejarah di Kota Depok tersebut, ada baiknya mulai berkenalan dahulu dengan asal muasal Cornelis Castelein, yang merupakan alasan dari YLCC mendirikan Tugu Cornelis tersebut. Pengurus YLCC Bidang Aset dan Sejarah, Ferdy Jonathans menceritakan awal kedatangan Cornelis Chastelein ke Oost Indie yang kini menjadi Indonesa dan menetap di Batavia yang kelak menjadi Ibukota Indonesia dan bekerja sebagai akuntan di kantor dagang Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada tahun 1675. “Cornelis datang dengang kapal layar t Huijs Van Kleef ,” ucap pria yang sudah melewati usia setengah abad tersebut. Selang beberapa tahun bekerja di VOC karir Cornelis terus menanjak, mulai dari saudagar besar (Groot Winkelier) sampai dengan menjadi saudagar senior kelas dua (Tweede Opperkoopman) pada tahun 1682. Pada tahun 1691 Gubernur Jenderal Willem Van Outhoorn menjadi pemimpin VOC yang baru. Willem Van Outhoorn terkenal selalu mengedepankan cara – cara kekerasan dalam menjalankan kekuasaanya, dan cara – seperti itu tidak sesuai dengan falsafah hidup Cornelis Chastelein. Oleh karena itu, maka pada tahun 1691 Cornelis mengundurkan dari tugasnya sebagai pejabat VOC. Dari pengunduran diri Cornelis itulah babak awal sejarah Kota Depok bermula. Cornelis berkonsentrasi di bidang pertanian dengan membeli sejumlah bidang tanah – tanah yang nantinya akan diolah menjadi lahan pertanian. Kemudian ia juga mendatangkan para budak pekerja dari Makasar, Bali dan daerah Nusantara bagian timur lainya.
Cornelis pertama – tama membeli tanah – tanah dikawasan Gambir dan Senen yang kemudian ia namakan Weltevreden, kemudian ia mendapatkan bidang tanah di Srengseng, bidang tanah di Mampang pada tahun 1696 sebagai hadiah dari Pemerintah Batavia, dan baru lah pada 18 Mei 1696 dia membeli tanah di daerah Depok dari Lucas Van Der Meur. Itulah awal dimulainya pembentukan proyek pembangunan masyarakat peratanian di Depok. Lanjut lagi pembelian tanah, Cornelis juga membeli dua bidang tanah kecil diseberang kali Ciliwung, masing masing dari Tio Tong Ko pada tahun 1712 dan dari Capie Oessien pada tahun 1713 dan kedua tanah kecil tersebut terletak di seberang jembatan Panus. Kelima bidang tanah, yaitu Karang Anyar (Cinere), Mampang, Depok (Depok Lama), dan dua bidang tanah kecil diseberang Kali Ciliwung tersebut memiliki luas 1.244 hektar dan Cornelis menyebut tanah tersebut dengan Depok. “Tanah ini tadinya merupakan Padepokan, atau tempat orang bertapa. Oleh karena itu, kornelis menyingkatnya dengan nama Depok,” ucap Ferdy (cr1)“Jumlah budaknya ada 150 orang, merekalah cikal – bakal dari Kaum Depok,” ucap pria berperawakan tinggi besar tersebut.