KEJADIAN : Kejadian Menko Polhukam, Wiranto ditusuk saat mengunjungi Pondok Pesantren Mathla'ul Anwar, Pandeglang, Banten. FOTO : ISTIMEWA
JAKARTA - Pertiwa penusukan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto pada saat menghadiri peresmian gedung Mathla'ul Answa di Menes, Pandeglang, Banten pada pukul 11:15 WIB, Kamis (10/10) oleh pasangan Syahril Alamsyah alias Abu Bara dan istrinya Andriana, ternyata mereka adalah anggota Jamaah Ansharud Daulan atau JAD.
Pengamat teroris Al Chaidar berpendapat, penyerangan itu terjadi disebabkan akumulasi kebencian dari beberapa kelompok teroris kepada menteri kelahiran 4 April 1947 tersebut.
"Banyak hal yang membuat dia menjadi sorotan. Ini dipersepsikan oleh mereka (pelaku) sebagai kerugian umat Islam," ucapnya.
Apalagi, beberapa kali Wiranto membuat pernyataan yang dinilai malah memperkeruh suasana. Al Chaidar menuturkan, seharinya pejabat publik tidak perlu memberikan jawaban atas semua persoalan dan sebisa mungkin memberikan jawaban yang bisa membuat publik lebih tenang dan damai.
"Sebaiknya jawabannya seperti oke akan kita tanggapi, akan kita urus, akan kita apa. Jadi jangan pendekatan-pendekatan kekuasaan, kalau pejabat itu perlu diakui kekuasaannya," terangnya.
Jika dilihat dari cara yang digunakan pelaku saat menyerang Wiranto, Al Chaidar yakin kalau para pelaku adalah kelompok JAD yang terafiliansi dengan kelompok negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Sementara itu, Kepala Badan Intelejen Negara (BIN), Budi Gunawan menuturkan, kedua pelaku merupakan JAD jaringan Bekasi. Sebelumnya Syahril tercatatnya sebagai jaringan JAD dari Kediri, Jawa Timur. Tetapi, pindah ke Bogor, Jawa Barat. Namun, setelah bercerai dengan istri pertamanya, Syahril pindah lagi ke Menes, Pandeglang, Banten.
Sementara itu, Karopenmas Divhumas Mabes Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo menuturkan, kalau pihaknya sementara ini masih mendalami penyerang apakah termasuk JAD Cirebon atau Sumatera. Karena, dia menduga kalau pelaku terpapar paham radikal ISIS.
Biasanya orang yang terkena paham tersebut, akan menyerang pejabat publik, terutama ke aparat kepolisian yang melakukan penegakan hukum terhadap mereka.
"Karena aparat kepolisian dan pejabat publik yang setiap saat melakukan penegakan hukum terhadap kelompok tersebut," katanya.
Akibat kejadian tersebut, Presiden Jokowi meminta adanya peningkatan pengamanan terhadap menteri-menterinya. Karena, khawatir, persitiwa yang terjadi ke Wiranto berpotensi juga ke pejabat negara lainnya. (rd)
Editor : Pebri Mulya
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Terkini
Sabtu, 20 Desember 2025 | 19:14 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:53 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 10:25 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:45 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:10 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 08:25 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 08:05 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 07:00 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 18:12 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 17:43 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 16:31 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 15:00 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 14:05 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 13:17 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 10:40 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 10:03 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 09:58 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 09:15 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:45 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:15 WIB