Senin, 22 Desember 2025

Museum Harus Lebih Instagramable untuk Menarik Milenial

- Minggu, 13 Oktober 2019 | 13:46 WIB
Museum Nasional (Museum Gajah).   JAKARTA - Rendahnya minat kaum milenial untuk berkunjung ke museum, dianggap Sejarawan JJ Rizal sungguh memprihatinkan. Padahal menurutnya, di museum banyak khazanah keilmuan dan wawasan sejarah yang bisa didapatkan lalu dipelajari. "Kalau mau tahu apa itu dan retetan prestasi, pergilah ke museum. Di museum disimpan artefak atau benda-benda yang merupakan puncak-puncak pencapaian peradaban dari masa lalu," kata JJ Rizal. Semua peninggalan tersebut, merupakan warisan luhur agar dijadikan pelajaran bagi tatanan bangsa di masa depan. Sehingga memiliki pedoman dan rujukan dalam perjalanan hidup. "Sejarah bercerita melalui aneka artefak itu sehingga kita bisa belajar, menarik inspirasi sekaligus menimbang apa yang kita sudah cukup berprestasi dan apa juga telah menjadi generasi yang lebih baik dari generasi lalu," tuturnya. Rizal menilai, respons milenial terhadap keberadaan museum cukup bagus, tetapi tetap perlu didorong. Hal ini, karena masih banyaknya kondisi museum yang tidak bagus, terutama dalam hal membangun narasi dan artefaknya. "Orientasinya masih jumlah pengunjung bukan nilai yang didengungkan," ujarnya. Dia menambahkan, setiap museum harusnya jadi lokasi yang layak swafoto atau instagramable. Sebab memiliki material dari bangunan sampai koleksi bernilai sejarah yang bagus. "Tetapi, soalnya apa museum bukan hanya urusan gambar terutama sekali cerita. Dari sana ada nilai makna," kata pria asli Betawi itu. Ketua Asosiasi Museum Indonesia Kawasan Taman Mini Indonesia Indah (AMIDA TMII), Sigit Gunarjo mengatakan, sejak diresmikan 1975, TMII telah memiliki 20 museum dan bertambah satu dengan kehadiran Museum Batik Indonesia. "Dalam rentang 1975-1996, pembangunan 16 museum di kawal langsung oleh pendirinya Ibu Tien Soeharto," ujarnya. Dia menjelaskan, dalam membuat perencanaan pembangunan museum-museum di TMII, Ibu Tien membentuk tim khusus yang melakukan studi banding dengan museum di negara Eropa dan Amerika. Mereka mengkaji pengelolaan museum, arsitektur, tata pamer, sarana dan prasarana serta program edukasi museum. “Seiring dengan perkembangan zaman, peran Ibu Tien Soeharto dalam dunia permuseuman membuka cakrawala baru dengan menghadirkan bangunan baru di kawasan TMII,” katanya. Perubahan itu sangat terlihat pada arsitektur Museum Komodo, Museum Olahraga, Bayt Al Qur’an dan Museum Istiqlal, Museum Listrik dan Energi Baru, Museum Minyak dan Gas Bumi Graha Widya Patra, PPIPTEK dan lainnya. “Konsep museum yang dipikirkan Ibu Tien merupakan sumbangan terbesar dalam sejarah perkembangan museum modern di Indonesia. Kemajuan konsep museum-museum di TMII, saat itu tidak kalah dengan museum di luar negeri,” ujarnya. Setiap 12 Oktober diperingati sebagai Hari Museum Nasional Indonesia. Indonesia sebenarnya mempunyai banyak museum. Sayangnya, museum di Indonesia dinilai belum maksimal dalam menarik minat masyarakat, termasuk generasi milenial. Tidak seperti museum di luar negeri. (jpnn/rd)   Editor : Pebri Mulya

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X