RADARDEPOK.COM-Anggota DPRD Kota Depok dari Partai Demokrat, Edi Sitorus mensosialisasikan pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Nomor Urut 2, Supian Suri dan Chandra Rahmansyah di Perumahan BBD, Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis yang merupakan Daerah Pemilihannya (Dapil) nya.
Pria berdarah Medan, Sumatera Utara itu mengkritik penggunaan incinerator sebagai solusi permasalahan sampah di Kota Depok yang dinilai kurang efektif.
"Persoalan sampah ini berdampak sangat krusial sekali, kapasitas sampah kita 1.200 ton per hari," ujar Edi Sitorus kepada Radar Depok, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Supian Suri dan Chandra Rahmansyah Gaungkan Pelajar Anti Golput, Ajak Pilih Perubahan Kota Depok
Menurut Edi Sitorus, dia merasa kaget saat mengetahui adanya usulan pengelolaan sampah menggunakan incinerator yang diusulkana Pemkot Depok. Apalagi, lokasi alat pembakar sampah itu berada di Dapilnya.
"Kemudian, saya gak tahu tiba tiba itu ada usulan dari Pemda untuk membuat incinerator di Pasar Cisalak, sementara pengelolaan sampah musti jelas itu tata ruangnya. Jangan sampai, adanya pengelolaan sampah malah menimbulkan masalah, makanya kita tolak," jelas Edi Sitorus.
Ketua DPC Partai Demokrat Kota Depok itu menerangkan, kapasitas incinerator hanya 5 ton per hari. Sementara, produksi sampah Kota Depok mencapai ribuan ton lebih dalam sehari.
"Dan incinerator itu pun kapasitasnya juga pasti terbatas, hanya 5 ton per hari, sementara itu kalo dibuat untuk pengelohan sampah, sampah sampah dari luar masuk, setiap hari masuk, nah itu akan menambah persoalan baru di lingkungan kita, khususnya di Cisalak Pasar," beber Edi Sitorus.
Dari limu akademis, kata Edi Sitorus, incinerator bukan solusi yang efektif untuk menyelesaikan persoalan pengelolaan sampah. Justru sebaliknya, penggunaaan alat pembakar sampah itu dinilai dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
"Jadi incinerator bukan solusi. Dari ilmu akademis, bahwa pembakaran sampah itu menyebabkan persoalan dan penyakit, jadi sampah yang diolah itu tidak semua sampah, tidak ada pemilahan," tandas Edi Sitorus. ***