Wakil Walikota Depok, Pradi Supriatna memilih merayakan Idul Adha 1438 Hijiriah di lingkungan rumahnya, Gang Wali, Kelurahan Kukusan, Beji. Ia Salat Ied di pelataran masjid, tak jauh dari rumahnya. Termasuk saat menyembelih hewan kurban, Pradi memilih berdekatan langsung dengan para tetangga.
============================
Matahari belum menyingsing sempurna, Jumat (1/9) pagi, saat lantunan takbir menggema dari Masjid Al Barokah, tak jauh dari kediaman Wakil Walikota Depok, Pradi Supriatna. Nampak jamaah mulai memadati isi masjid. Dari para jemaah, terlihat pula ada yang memilih bersila di jalanan depan masjid.
Supaya sajadah tetap bersih, lebih dulu dilapisi dengan kertas koran. Jalanan sudah dibuat garis sebagai penanda shaf salat. “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar,” kalimat suci keluar dari pengeras suara masjid. Suaranya bulat. Fasih. Penuh penghayatan. Pagi itu, Salat Idul Adha dimulai pukul 07:00 WIB.
Sedikit berlari, Pradi menyelinap diantara jemaaah yang sudah lebih dulu tiba. Beberapa kali celingak-celinguk, Ketua DPC Partai Gerindra Kota Depok menangkap ada shaf yang masih kosong. Posisinya diluar. Sebab di dalam masjid sudah penuh. Sejenak, Pradi ikut bersila dan larut dalam penghayatan menyebut kebesaran nama Allah SWT. Kepalanya menunduk, matanya memejam.
Lepas salat, ia terlibat perbincangan singkat dengan warga. Dirinya sekalian melepas rindu dengan pata tetangga. Maklum selama ini, baik Salat Idul Fitri dan Idul Adha, ia selalu melakukannya di Masjid Balaikota Depok. Prosedur standar sebagai pejabat daerah.
“Saya kangen juga salat disini. Memang biasanya selalu salat di Balaikota kan,” ungkap Pradi.
Hari itu, tak banyak jadwal dari protokoler Pemkot Depok buat dirinya. Makanya, ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Jika bicara sibuk, orang nomor dua di Kota Sejuta Maulid ini tetaplah sibuk. Banyak orang hilir mudik ke rumahnya untuk bersilaturahmi. “Sudah biasa itu. Saya memang membuka pintu untuk warga yang ingin main. Kalau itu sudah lama saya lakukan,” terangnya. Pradi baru dijadwalkan memotong hewan kurban pada esok harinya, Sabtu (2/9).
Sabtu pagi. Mengenakan kaos lengan panjang dengan celana panjang digulung selutut, Pradi berjalan pelan dari dalam rumahnya menuju pelataran. Senyum khasnya tersungging. Dengan golok digenggaman, sudah sudah mirip tukang jagal. Ada empat ekor sapi yang hari itu mesti disembelih, guna kemudian dagingnya disalurkan kepada kaum yang membutuhkan.
“Setiap tahun saya selalu motong hewan kurban sendiri. Tahun ini, Alhamdulillah saya memotong empat sapi,” beber dia.
Sekitar pukul 10:00 WIB, proses pemotongan hewan sudah selesai. Pembagian daging sudah diurus panitia hewan kurban. Nampak peluh di dahi Pradi. Bergulat dengan empat ekor sapi, cukuplah menguras energinya. Diketahui di Kelurahan Kukusan, tercatat ada sebanyak 273 kambing dan 164 sapi yang dikurbankan.
Ia berjalan menuju rumah. Nah, ditengah perjalanannya itu, ia melihat seorang perempuan renta tengah duduk di tepi rumah salah seorang warga. Peluhnya lebih besar ketimbang Pradi.
“Lagi ngapain bu ?,” tanya Pradi. Dia lalu duduk di samping perempuan yang diketahui berusia 70 tahun itu. “Saya jualan keset pak,” jawab ibu itu.
“Wah bagus-bagus kesetnya bu. Ibu dari mana ?”. “Saya datang dari Bogor pak,”.
Antara Pradi dan penjual keset itu terlibat perbincangan hangat. Bahkan Pradi tak sungkan mencium tangan si nenek. Nenek tersebut nampak kikuk, begitu mengetahui Pradi adalah Wakil Walikota Depok. Keduanya mengangkat tangan, memohon doa kapada Allah SWT. “Semoga bapak selalu sehat ya. Barokah pekerjaannya,” ucap si nenek.