RADARDEPOK.COM – Ratusan siswa SMKN 1 Cileungsi, Kabupaten Bogor, bakal menjalani kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk sementara di tenda darurat dan masjid sekolah, pasca atap salah satu gedung sekolah itu ambruk pada Rabu (10/9).
Berdasarkan informasi yang dihimpun Radar Depok pada Minggu (14/9), tersisa satu korban lagi yang masih dirawat inap di RSUD Ciawi, dari total sembilan korban yang dirawat pasca insiden tersebut.
Meski demikian, kegiatan belajar mengajar ratusan siswa itu pada Senin (15/9) ini akan tetap berjalan normal, hanya saja lokasinya yang berbeda, mengingat kondisi tujuh kelas yang belum memungkinkan untuk ditempati.
“Alhamdulillah KBM akan berjalan normal pada Senin (15/9). Hanya saja KBM itu dilaksanakan sementara di tenda darurat dan masjid sekolah,” beber Kepala SMKN 1 Cileungsi, Meisye Yeti saat dikonfirmasi Radar Depok, Minggu (14/9).
Baca Juga: 9.756 Formasi PPPK Paruh Waktu Kabupaten Bogor Menanti Diangkat
Perkembangan terbaru, sambung Meisye, puing-puing dari atap yang ambruk itu kini tengah dalam proses perapihan. Selain itu, tiga tenda darurat telah dipasang di areal sekolah oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), untuk KBM sementara nantinya.
“Tiga unit tenda sudah disiapkan dari Kamis (10/9), akan tetapi karena kondisi belum memungkinkan anak ke sekolah, maka pada Kamis dan Jumat itu anak-anak belajar secara daring. Insya Allah Senin akan belajar normal kembali,” ujar Meisye.
Jika rata-rata per kelas itu ada 36 siswa, kata Meisye, berarti total perkiraan jumlah siswa yang belajar di tenda dan masjid sekolah ada 252 anak, yang kemudian dibagi menjadi tiga kelas untuk belajar di tenda darurat dan empat kelas di masjid sekolah.
“Karena yang terdampak pada peristiwa itu ada tujuh kelas, dan rata-rata jumlah siswa itu per kelasnya ada 36 orang. Berarti, 108 siswa belajar di tenda dan 144 siswa belajar di masjid sekolah,” jelas Meisye.
Meski ada perbedaan lokasi untuk kegiatan belajar mengajar, Meisye menegaskan, tetapi hal itu tidak akan mengganggu skema pembelajaran. Karena menurutnya tidak ada permasalahan dari sisi teori pembelajaran.
“Kalau teori tidak masalah ya, karena praktiknya juga tidak masalah, tidak terdampak. Jadi bukan hanya teori saja. Karena terkadang juga anak-anak kan ada yang belajar olahraga di luar. Mereka juga suka untuk beraktivitas atau belajar di luar. Seperti di bawah pohon yang rindang gitu. Saya kira skema KBM ini tidak akan menjadi masalah ya buat anak-anak,” kata Meisye.
Berkaitan dengan penanganan atas insiden tersebut, Meisye mengungkapkan, saat ini Pemprov Jawa Barat turun langsung untuk melakukan evakuasi atau perapihan material-material imbas peristiwa ambruknya atap sekolah itu.
“Sudah dievakuasi ya material dan lain-lainnya. Setelah evakuasi itu Pemprov Jawa Barat yang akan melakukan rehabilitasi atau perbaikan. Insya Allah secepatnya ya. Semoga anak-anak dapat belajar dengan nyaman lagi,” tutur Meisye.
Sementara itu, Inspektorat Kabupaten Bogor bakal menerjunkan tim teknis untuk menelusuri penyebab atap ambruk SMKN 1 Cileungsi pada Rabu (10/9). Ini dilakukan guna memastikan apakah atap bangunan yang ambruk itu disebabkan faktor alam atau kualitas kontruksi yang tidak bagus.
"Akan dicek dulu oleh tim teknis, apakah ambruknya atap SMKN 1 Cileungsi murni bencana alam atau memang ada penyebab lain, misal struktur bangunannya yang lemah," ujar Kepala Inspektorat Kabupaten Bogor, Arif Rachman.
Artikel Terkait
SOIna Bogor Kirimkan 9 Delegasi di SOAP Badminton Competition 2025
9.756 Formasi PPPK Paruh Waktu Kabupaten Bogor Menanti Diangkat
Jalan Janala-Lebak Wangi Dibangun, Ika HMR Harap Perlancar Mobilitas Perekonomian Masyarakat
Warga Karangasem Timur Kompak Ciptakan Lingkungan Aman dan Nyaman
Bupati Bogor, Rudy Susmanto Ingatkan Anak Buahnya tidak Hedon dan Flexing
Sosialisasikan Perda Provinsi Jawa Barat: Samsul Hidayat: Butuh Kekompakan
Turut Andil Wujudkan Ketahanan Pangan : Warga Binaan Lapas Cibinong Budidayakan Sayur Pakcoy Hidroponik