RADARDEPOK.COM - Kedatangan putra bungsu Presiden RI Joko Widodo, yaitu Kaesang Pangarep ke Kota Depok untuk meresmikan toko pisangnya menimbulkan berbagai asumsi masyarakat. Pasalnya, Kaesang sedang di gadang-gadang menjadi Calon Walikota Depok.
Menanggapi hal itu, Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun mengatakan, kedatangan Kaesang ke Kota Depok menimbulkan dua tafsir. Yaitu peristiwa biasa atau untuk menunjukan jalan politik.
“Pertama, itu peristiwa biasa, kedatangan Kaesang hanya untuk sekedar jualan Pisang di Kota Depok,” ucap dia kepada Harian Radar Depok, Selasa (25/7).
Baca Juga: Sang Pisang Buka di Sawangan Depok, Kaesang : Bukan Lagi Kampanye
Ubedilah mengatakan, untuk tafsir kedua, yaitu untuk menunjukan jalan politik Kaesang di Depok yang sudah mengalami titik buntu atau belum menemukan titik terang, terutama terkait tiket dari partai politik yang belum jelas.
“Karena belum memenuhi 20% parliamentary threshold kalau hanya di dukung Partai Solidaritas Indonesia (PSI),” kata dia.
Menurut dia, Kaesang sudah salah langkah untuk maju Pilkada 2024 Kota Depok dari pintu PSI. Dikarenakan hal itu dapat menyinggung PDI-Perjuangan.
Baca Juga: Imam Budi Hartono Bertekad Lima Kali Menang Pilkada Depok, Siapapun Lawannya Ogah Gentar
Dengan adanya permasalahan itu, untuk maju Pilkada di Kota Depok sangatlah berat baginya. Sebab, Depok adalah salah satu basis utama Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang memiliki mesin politiknya bekerja efektif selama kurang lebih 15 tahun terakhir.
“Jika Kaesang berfikir untuk menang cukup dengan modal uang yang banyak itu keliru besar. Sebab masyarakat Depok secara umum menolak money politic,” ungkap dia.
Ubedilah mengatakan, untuk sikap anti money politic itu bisa dipengaruhi oleh rasionalitas masyarakat Kota Depok. Pasalnya, tingkat pendidikan masyarakat Depok lebih banyak diatas rata-rata nasional yang masih setingkat SMP.
Baca Juga: Sekda Depok Supian Suri Ekonomi Kreatif Jadi Kekuatan Baru
“Sementara Kota Depok termasuk daerah dengan tingkat pendidikan rata-rata cukup baik. Terlihat dari proporsi penduduk yang memiliki ijasah setara SMA menempati urutan terbesar yaitu sekitar 38,13 % tahun lalu 34,38%,” tutup dia.***
Jurnalis : Andika Eka