utama

Manasik Haji Jelang Armina

Selasa, 29 Agustus 2017 | 10:05 WIB
MANASIK HAJI: Rombongan Kloter 36 JKS Kota Depok di Musala Hotel Rawda Al-Aseel Mekah, Senin (28/8). Hal ini guna persiapan Manasik Haji menghadapi kegiatan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina), yang dipandu Tim TPIHI, KH. M Abdul Mujib. Foto : Dok Pri FOR RADAR DEPOK

Laporan: Moh. Badruddin Ali

(Ketua Rombongan KBIH Arrahmaniyah)

Rombongan Kloter 36 JKS Kota Depok dikumpulkan oleh Ketua Kloter H. Habibi Nian Atmaja di Musala Hotel Rawda Al-Aseel Mekah pada Senin (28/8). Agendanya Manasik Haji menghadapi Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina) yang dipandu KH. M. Abdul Mujib dari Tim TPIHI dan Pembinaan Kesehatan oleh Dr. Nur Farida dari Tim Kesehatan Haji Indonesia.

  1. M. Abdul Mujib memaparkan tentang Tata Cara Wukuf di Padang Arafah, Mabit di Muzdalifah, dan Mabit dan Melontar Jumroh di Mina. Ia menjelaskan bahwa wuquf adalah kegiatan utama dalam ibadah haji. Bahkan, inti ibadah haji adalah wukuf di Padang Arafah. Bila dalam rangkaian kegiatan haji jamaah tidak dapat melaksanakan wukuf dengan baik, maka tidak sah ibadah hajinya.

Wukuf dilaksanakan pada hari Arafah mulai dari tergelincir matahari tanggal 9 Dzulhijjah sampai dengan terbit fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Wukuf dinilai sah walaupun dilaksanakan hanya sesaat dalam rentang waktu tersebut, akan tetapi diutamakan mendapatkan sebagian waktu siang dan waktu malam.

Pada saat wukuf, jamaah haji melaksanakan shalat, dzikir dan membaca doa serta memperbanyak membaca Al-Quran. Amalan yang disunahkan di Arafah adalah hendaklah setiap muslim bersungguh-sungguh berdzikir dan bertaubat, menyatakan ketundukan dan kepatuhan pada Allah Swt. Sedangkan pada saat persiapan wukuf hari-hari sebelumnya, pada tanggal 8 Dzulhijjah jamaah haji berpakaian ihram dan niat haji bagi yang berhaji tamattu’ di penginapan masing-masing.

Sedangkan bagi yang berhaji Ifrad dan Qiran tidak niat haji lagi karena masih dalam keadaan ihram sejak dari miqat saat tiba, setelah itu berangkat ke Arafah. Pada tanggal 9 Dzulhijjah bagi jamaah haji yang telah berada dalam kemah masing-masing menanti saat wukuf (ba'da zawal) sambil berzikir dan berdoa.

Selain itu selama di Arafah, wukuf boleh dilaksanakan di dalam maupun di luar tenda. Jamaah haji yang melakukan wukuf tidak disyaratkan suci dari hadats besar maupun kecil. Dengan demikian, wukuf jamaah haji yang sedang haid, nifas, junub dan hadats kecil adalah sah.

Kyai Mujib menjelaskan juga bahwa setelah selesai wukuf di Arafah, jamaah harus berangkat menuju Muzdalifah. Amalan yang dilakukan di Muzdalifah adalah shalat maghrib dan isya dengan menjamak serta dzikir. Disini digunakan pula kesempatan untuk mengambil batu guna melempar jumrah di Mina.

Mabit di Muzdalifah mulai setelah maghrib sampai terbit fajar 10 Dzulhijjah. Diperbolehkan hanya sesaat saja asalkan sudah lewat tengah malam. Bagi yang sehat wajib mabit di Muzdalifah, tetapi bagi yang sakit dan yang mengurus orang yang sakit ataupun yang mengalami kesulitan, diperbolehkan untuk tidak mabit di Muzdalifah, dan tidak dikenakan dam.

Ketika di Muzdalifah, jamaah haji tidak harus turun dari kendaraanya. Maka jika hendak mengambil kerikil untuk melaksanakan jumrah aqabah, jamaah haji cukup mengambil tujuh batu kerikil saja, karena untuk melontar jumrah pada hari-hari Tasyrik boleh diambil di Mina. Boleh juga diambil di Muzdalifah sebanyak yang diperlukan yaitu 49 butir kerikil bagi yang nafar awal atau 70 butir bagi yang akan nafar tsani.

Terakhir Kyai memaparkan bahwa Melempar jumrah atau melontar jumrah merupakan kegiatan bagian dari ibadah haji di kota suci Mekkah, Arab Saudi. Jamaah haji melemparkan batu-batu kecil ke tiga tiang di kota Mina yang terletak dekat Mekah. Para jamaah mengumpulkan bebatuan dari tanah di hamparan Muzdalifah dan melemparkannya.

Kegiatan ini adalah kegiatan kesembilan dalam rangkaian kegiatan-kegiatan ritual yang harus dilakukan pada saat melaksanakan ibadah haji, dan umumnya menarik jumlah peserta yang sangat besar.

Melempar jumrah adalah simbol perlawanan manusia terhadap setan. Manusia harus melakukan perlawanan kepada setan karena selalu berupaya menyesatkan manusia dari jalan kebenaran dan menjauhkan mereka dari jalan Allah SWT. Melempar jumrah adalah simbol keteladanan Hajar yang menunjukkan sikap perlawanan terhadap setan. (gun)

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB