AHMAD FACHRY/RADAR DEPOK HARGA TELUR NAIK : Pekerja mengumpulkan telur ayam untuk dijual ke pedagang, di peternakan ayam petelur kawasan Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilodong, kemarin. Harga telur di peternakan tersebut naik dari harga awal Rp.300.000/peti menjadi Rp.315.000/peti.DEPOK - Harga telur eceran di Kota Depok naik. Hal ini dipicu dari harga peternak telur yang terus meningkat, sementara produksi ayam petelur yang semakin menurun. Seperti yang terjadi di peternakan ayam petelur yang ada di RT2/5 Kelurahan Kalibaru, Cilodong.
Menurut salah satu pekerja peternakan ayam petelur di RT2/5 Kelurahan Kalibaru, Maman. Harga telur ayam per petinya mengalami kenaikan. Biasanya menjual telur Rp300 ribu per petinya, namun kini dia harus menjual Rp315 ribu per petinya.
“Harganya naik Rp15 ribu setiap peti, dan berat telur per petinya 15 kilogram,” kata Maman kepada Harian Radar Depok, kemarin (21/2).
Dia mengatakan, kenaikan harga telur ayam lantaran menurunnya produksi ayam petelur, sehingga produksi telur juga ikutan merosot. “Kalau ayam petelur itu kan ada masa produktifnya, jadi kalau sudah tidak produktif harus diganti,” terang Maman.
Sehingga, proses regenerasinya yang terhambat menjadikan produksi telur ikut meningkat. Hal tersebut tentu berdampak pada harga telur dipasaran, di tingkat eceran harga telur ayam saat ini berkisar Rp24.500-Rp25.500 per kilogram.
“Kenaikan telur sudah berlangsung sejak pertengahan bulan Desember 2017 kemarin, hanya saja sampai saat ini masih bertahan tinggi. Saat ini di tingkat eceran rata-rata bertahan Rp25.000 per kilogram, kalau di warung bisa lebih mahal lagi,” kata Ilyas pedagang telur ayam di Pasar Pucung.
Dia menyatakan, sepanjang pasokan telur berkurang, maka harga telur akan tetap tinggi. “Paling pasokan yang saya terima dari peternak berkurang,” ujarnya.
Padahal sebelumnya Ilyas mengatakan sebelum terjadi kenaikan, harga telur ditingkat pedagang berkisar Rp22.500-Rp22.800 per kilogram.
“Warung biasa mengecer dengan harga Rp23.000 per kilogram,” tegas Ilyas.
Terpisah, Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Singgih Juratmoko menuturkan pemerintah bersama peternak telah menetapkan batas bawah untuk 5 persen telur dan ayam sebesar Rp17.000 per kg dan batas atas Rp19.000 per kg di tingkat petani.
“Sudah (diatur batas atas dan bawah) 5 persen. Rp18.000 per kg farm gatenya,” kata Singgih, beberapa waktu lalu.
Penetapan batas atas dan bawah ini kata Singgih masih akan menunggu dikeluarkannya Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) untuk merealisasikan harga untuk kalangan peternak. Sementara sambil menunggu terbitnya beleid baru, pemerintah masih menerapkan Permendag 27 Tahun 2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen.
Dalam Permendag tersebut dijelaskan harga acuan ayam di tingkat petani Rp18.000 per kg, sedangkan di konsumen Rp32.000 per kg.
Adapun harga telur ayam di tingkat petani Rp18.000 per kg dan pada konsumen Rp22.000 per kg. Meski Permendag batas atas dan bawah belum diterbitkan, peternak mengharap adanya kelonggaran untuk batas atas dan bawah di luar pulau jawa. Batas atas yang diminta mencapai Rp20.000 per kg, sedangkan batas bawah sebesar Rp18.000 per kg.
Permintaan tersebut akibat harga pokok produksi (HPP) di daerah luar Jawa diklaim lebih mahal.
Kenaikan HPP tersebut karena mahalnya pakan ternak serta harga ayam umur sehari (day old chicken / DOC). Meski begitu tidak disebutkan berapa kenaikan HPP saat ini. “Targetnya akhir bulan ini realisasi [batas atas dan bawah],” paparnya.
Saat ini harga penjualan telur sedang mengalami kenaikan.
Menurut data Pinsar harga telur ayam di tingkat peternak kawasan Jabotabek dan Banten berada di kisaran Rp20.500 – Rp20.800 per kg pada 16 Fabruari. Kondisi ini disebabkan cuaca yang buruk sehingga mengganggu produksi dan menyebabkan virus penyakit pada ayam petelur. (cr2/bic/**)