utama

Siswa ABK Depok Dijatah 10 Persen

Senin, 19 Maret 2018 | 10:50 WIB
DEPOK – Salah satu upaya memberikan pelayanan maksimal terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Pendidikan (Disdik) telah menyiapkan sekolah-sekolah yang ditunjuk sebagai penyelengara pendidikan khusus bagi ABK. Kepala Bidang Pendidikan Dasar pada Disdik, Mulyadi mengatakan, ada beberapa sekolah yang telah ditunjuk sebagai percontohan penyelenggaraan pendidikan bagi ABK. “Di tingkat sekolah dasar ada di masing-masing kecamatan. Sedangkan untuk tingkat menengah pertama hanya di tiga sekolah, yakni SMPN 8, 18 dan 19,” kata Mulyadi. Sedikitnya sekolah yang diperuntukan bagi siswa berkebutuhan khusus guna memaksimalkan pelayanan agar efektif. “Kalau tersebar kan bingung. Terutama kalau ada bantuan. Misalnya sarpras atau bantuan tenaga pengajar, kalau terpusatkan lebih efektif dan efisien,” katanya. Mulyadi menyadari, masih minimnya tenaga pengajar yang memang berlatar belakang pendidik untuk ABK merupakan kendala bagi sekolah di Depok guna memberikan pelayanan terhadap ABK. “Makanya kami mengimbau kepada sekolah-sekolah tersebut bekerja sama dengan universitas yang memiliki jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) untuk membantu guru dalam mengajar siswa ABK,” katanya. Disdik akan memaksimalkan pelayanan bagi ABK, utamanya fasilitas yang menjadi sarana penunjang dan sebagainya. “Nanti secara bertahap akan kami coba untuk memenuhi sarpras, termasuk tenaga pendidik,” lanjutnya. Selain menyediakan sarana dan prasarana, Disdik juga rutin melatih guru-guru agar terbiasa menghadapi ABK dan bekerja sama dengan Universitas Indonesia. Mulyadi meminta kepada orang tua supaya tidak takut untuk menyatakan kondisi sang anak saat pertama kali mendaftar sekolah. “Ini bertujuan untuk memberikan pelayanan khusus dan tepat sasaran,” katanya. Mulyadi menyebut ada kuota sebanyak 10 persen masing-masing sekolah untuk ABK yang telah ditunjuk oleh Disdik sebagai percontohan pendidikan ABK. “Misal, dari total 360 siswa yang daftar, untuk ABK maksimal 10 persen. Tapi rata-rata tidak sampai sebanyak itu kok,” kata Mulyadi. Kerap Dipandang Sebelah Mata Tanpa disadari, ABK ada di tengah masyarakat. Namun, tidak sedikit ABK mendapat perlakukan diskriminatif. Padahal, ABK sangat membutuhkan perhatian khusus untuk dapat berkembang dan bersosialisasi di tengah masyarakat. Dewan Penasehat Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Depok, Farabi El Fouz mengatakan, ABK merupakan anak yang dalam proses pertumbuhannya secara signifikan mengalami kelainan atau penyimpangan. Baik secara fisik, mental, intelektual, sosial, maupun emosional. “Masih ada beberapa sudut pandang masyarakat yang belum dapat mengenal anak berkebutuhan khusus,” ujar Farabi kepada Radar Depok, kemarin (18/3). Pria lulusan Universitas Yarsi angkatan 1999 tersebut mengungkapkan, ada puluhan diagnosis yang menjadi penyebab ABK, hamil saat memasuki usia lanjut, penyimpangan gen, mengkonsumsi alkohol maupun merokok, salah asuh yang diduga membiarkan anak bermain gadget pada usia dua tahun, dan beberapa penyebab lainnya. Dibutuhkan penanganan khusus kepada ABK. Seperti memberikan bimbingan dalam pendidikan, kesehatan, kehidupan sosial dan kebutuhan lainnya. Dalam penanganan ABK dibutuhkan tim dokter spesialis, bukan hanya satu dokter tertentu. “Dengan begitu, ABK dapat berkembang dengan baik,” kata Farabi. Terpisah, Pengamat Sosial Kota Depok, Devi Rahmawati menuturkan, masih ditemukannya perlakuan diskriminatif ABK di tengah masyarakat, perlu menjadi perhatian seluruh elemen di Kota Depok. Menurutnya, perlakuan diskirminasi ABK didorong dari rendahnya pemahaman masyarakat tentang apa, mengapa dan bagaimana hidup berdampingan dengan ABK. “Masyarakat harus mampu merangkul ABK dalam kehidupan bermasyarakat,” ucap Devi. Perempuan berhijab ini mengungkapkan, masyarakat harus mampu mencintai ABK dengan utuh. Berbagai pengalaman empirik, ABK yang hidup di tengah lingkungan yang mendukung, ramah dan hangat dapat mendorong ABK untuk tumbuh sebagai individu yang produktif. Selain itu, sambung Devi, dalam penanganan ABK dibutuhkan seluruh elemen baik, masyarakat maupun pemerintah dalam memberikan perhatian dan ruang. Dia menilai, untuk memberikan ruang kepada ABK, Pemerintah Kota Depok perlu menyiapkan fasilitas serta tenaga kesehatan yang handal dalam melayani ABK. Bukan hanya itu, kata Devi perlu sosialisasi baik di sekolah maupun di tempat mana pun tentang bagaimana menerima ABK dengan baik. Untuk pendidikan, Pemerintah Kota Depok dapat mempersiapkan dan menjalankan kurikulum yang tepat terhadap anak ABK. “Apabila semua telah dipenuhi pertumbuhannya, ABK tidak dipandang sebelah mata dan berbaur di tengah masyarakat,” pungkas Devi. (cr3/dic)

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB