PEMBEKALAN: Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo sedang menyampaikan materi pada pelatihan dan pendidikan Redaktur Pelaksana Radar Bogor Grup, di Lantai 5 Graha Pena Bogor. Insert: Direktur Utama Jawa Pos Grup, Hendro Boroma turut menjadi pemateri.
Pertama kalinya, Radar Bogor Grup menyelenggarakan pelatihan pendidikan bagi para redaktur dan redaktur pelaksana yang ada di bawah naungan Radar Bogor Grup. Pelatihan ini berlangsung di Lantai 5 Graha Pena Bogor, Senin-Kamis (19-22) Maret 2018, di isi sejumlah pemateri yang memiliki kompetensi mumpuni di bidang media mau pun jurnalistik.
Laporan: Muhammad Agung HR – Depok
Senin (19/3) pagi pukul 06.15 tak biasanya saya harus segera bergegas pergi melaksanakan tugas. Kali ini diagendakan menjalani pelatihan dan pendidikan yang digelar Radar Bogor Grup di gedung Graha Pena Bogor. Meski rasa kantuk masih 'menyerang' mata, tetapi hal itu dapat dipatahkan oleh semangat keingintahuan apa saja yang bakal disajikan dalam pelatihan ini. Karena, pelatihan tersebut tidak hanya diikuti oleh saya dan Fahmi Akbar sebagai redaktur pelaksana (Redpel) Radar Depok saja, melainkan Redpel lainnya yang ada di bawah naungan Radar Bogor Grup. Yaitu, Radar Bogor, Radar Cianjur, Radar Bandung, Radar Bekasi, Radar Sukabumi, Radar Karawang, dan Harian Metropolitan. Pada hari pertama, pelatihan Redpel diisi oleh CEO Radar Bogor Grup Hazairin Sitepu yang menyampaikan tiga materi, mulai dari Visi Redaksi, Leadership, hingga Sikap Terhadap Media Daring (Online). Pada pembahasan ini, Hazairin menyebutkan arah dan tujuan sebuah media akan ditentukan visi misi di setiap redaksinya. “Setiap redaksi harus mempunyai visi dan misi yang jelas serta terarah, agar tujuan yang dicapai sebuah media bisa dijalankan dengan baik. Terutama visi misi di media cetak, seperti koran,” terang Hazairin. Hazairin juga menilai, setiap Redpel diharuskan mempunyai jiwa leadership atau kepemimpinan ketika menggerakan sistem keredaksian. Misalnya tak pernah putus menciptakan ide, gagasan kreatif, inovatif, edukatif, hingga membuat produk berkualitas dan diterima masyarakat. Pada kesempatan ini juga, satu-persatu kami diminta pendapatnya bagaimana menyikapi keberadaan media daring (online). Dan sebagai 'ujian kelas', kami semua diminta menuliskan sebuah Tajuk Rencana dengan melihat satu persoalan yang sedang terjadi saat ini. Penyampaian materi pelatihan semakin menarik dengan kehadiran Wakil Pemimpin Redaksi dan penanggung Jawab Halaman Olah Raga Jawa Pos, Nanang Prianto. Rubrik atau halaman olah raga menurut Nanang bisa menjadi kekuatan kedua pada setiap media. Selain banyak angle foto yang didapatkan, halaman ini juga paling sering dilengkapi dengan grafis data, hingga menghasilkan tampilan menarik dan enak dibaca. Edukasi yang disampaikan bisa dimulai dari statistik pertandingan, profil pemain dan tim, pelatih, keunikan stadion, dan hasil pertandingan olah raga. Nanang juga menyampaikan teknik peliputan olah raga yang maksimal, agar bisa ditampilkan secara maksimal pula. “Olah raga itu banyak momen, angel grafis bisa dibikin semenarik mungkin, dan bisa menjadi kekuatan kedua bagi media itu sendiri. Hal ini yang perlu disadari oleh redaktur atau wartawan olah raga, bahwa peluang 'bisnis' halaman olah raga itu besar sekali,” terang Nanang. Usai materi ini, kami setiap Redpel diharuskan membuat perencanaan program peliputan event olah raga di tahun 2018. Di antaranya Piala Dunia di Rusia, ASEAN Games, dan Pekan Olah Raga Daerah (Porda) Jabar yang akan diselenggarakan di Bogor. Pada hari berikutnya, materi pelatihan pendidikan Redpel tak kalah menarik. Yaitu pemaparan Manager Jawa Pos Grup Newsroom, Abdul Rokhim. Mas Khim biasa—Abdul Rokhim—disapa, membalut materi dengan games unik mengajak setiap peserta harus ingat betul apa yang disampaikannya sebagai nara sumber. Peserta dibagi menjadi lima kelompok, dan membuat lingkaran dengan tangan satu sama lain nyaris bergandengan. Saat mas Khim menyebutkan sebuah kalimat, peserta harus bisa menangkap jari peserta lainnya. “Walau pun ini hanya permainan, tetapi ada hal yang perlu dicermati oleh peserta. Yaitu wartawan harus selalu mengingat apa yang disampaikan nara sumber, dan memahami apa maksud dan tujuan nara sumber saat memberikan keterangan,” kata mas Khim. Materi yang disampaikan pada hari berikutnya adalah membedah APBD di kota dan kabupaten oleh Direktur Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Indonesia, Syam. Selain itu disela materi, seluruh peserta juga dilibatkan pada pertemuan komunitas Bogor Bersahabat alias Bobats, dan diakhiri makan durian bersama. Diketahui, komunitas Bobats diisi oleh para tokoh penting mulai dari unsur Muspida bogor, pengusaha, politisi, dan profesi lainnya. Pelatihan dilanjutkan dengan pemaparan Jurnalistik oleh Ketua Dewan Pers, Yosep Adi Prasetyo. Ia mengatakan, wartawan harus bisa memahami perbedaan antara praktisi dan profesi. Stenly sapaan Yosep Adi Prasetyo mencontohkan, praktisi dan profesi di ibaratkan tukang pasang gigi dengan dokter gigi. Meski sama-sama bisa memasang gigi, tetapi kualitas yang dihasilkan akan berbeda. Ia juga menjelaskan soal bahaya berita hoax. Seorang wartawan ketika mengungkap sesuatu perlu adanya keterangan dari kedua belah pihak, lebih baik lagi dilengkapi data dan fakta yang akurat dari nara sumber. “Efek sebuah pemberitaan itu luar biasa, maka kami sarankan data dan fakta itu penting didapatkan oleh wartawan. Harus berimbang, faktual yang disertai kode etik jurnalistik,” terangnya. Pada hari terakhir hadir sebagai nara sumber Direktur Utama Jawa Pos Grup, Hendro Boroma. Pada pemaparan awal, Hendro mengatakan, wartawan itu harus memiliki jaringan (networking) yang luas, harus merespon isu, berintegritas di hadapan nara sumber, mempunyai dasar baik, berteman dengan nara sumber atau membangun relasi tidak boleh hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi kepentingan perusahaan yang harus dijalankan. Wartawan juga tidak boleh membuat berita hanya karena alasan emosi pribadi. Bak wartawan yang tengah diuji, kami diharuskan menuliskan nama-nama nara sumber tokoh yang sudah dikenal. Dipandu oleh Project Officer Pendidikan Redpel RBG, Tegar Bagja dan Pemimpin Redaksi Radar Bogor, Nihrawati, selanjutnya setiap peserta maju ke depan satu persatu dengan tugas menelpon langsung nara sumber yang sudah tercantum dalam daftar. Di sinilah kemampuan kami diuji, sedekat apakah kami dengan nara sumber, berikut komunikasi yang terjalin saat telpon itu diangkat. “Ini penting sekali ya, bisa terlihat kedekatan wartawan dengan nara sumbernya. Selain itu cara komunikasi yang bagus akan menghasilkan informasi yang bagus pula. Saya kira hampir semuanya sudah melakukan tugas dengan baik,” pungkas Hendro. (gun)