DEPOK – Tak ada yang menduga, Selasa (8/5) menjadi malam berdarah di Mako Brimob Kelapa Dua, Cimanggis, Kota Depok. Lima Anggota Brimob gugur usai menghadapi ratusan narapidana teroris yang mengamuk di rutan kompleks Mako Brimob.
Sempat terdengar suara letusan dari dalam Mako, warga tidak menduga kalau di dalam Mako Brimob sedang mencekam. Bahkan sejumlah warga mendengar suara tembakan dari dalam asrama.
Karo Penmas Polri Brigjen M Iqbal menegaskan kerusuhan dimulai gara-gara persoalan makanan. Keributan soal makanan itu diawali oleh napi teroris bernama Wawan. Selasa (8/5) siang saat salah satu keluarga napi teroris (napiter) menitipkan makanan ke salah satu petugas dapur rutan bernama Budi. Namun sayang, tak sampai, karena Budi tidak sedang dinas.
Napiter Wawan, terus menanyakan Budi karena titipannya belum diterima. Tak juga menemukan Budi, Wawan semakin ribut, sambil menggoyang-goyangkan tempat makanannya.
“Dia bikin ribut, goyang-goyang, si Wawan (menanyakan) mana titipan makanannya. Ribut, ribut, sehingga memicu yang lain,” ujar Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Setyo Wasisto kepada wartawan di Mako Brimob Depok, Rabu (9/5).
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono menyebutkan, kerusuhan dimulai pukul 19.30. Karena belakangan diketahui jika para napiter itu ingin bertemu Aman Abdurrahman alias Oman yang diketahui sebagai terdakwa kasus peledakan bom di Jalan MH Thamrin pada awal 2016. Tidak hanya itu, aksi bom di Samarinda juga disebut merupakan 'karyanya'.
Di dalam rutan yang berisi 155 napiter teroris, suasana semakin tegang, terdapat tujuh petugas yang berjaga di rutan Mako Brimob menjadi sasaran amuk napiter. Petugas yang berjaga dari Detasemen Khusus 88/Antiteror Polri, dan anggota Polda Metro, Inspektur Satu Yudi Rospuji Siswanto, Brigadir Fandy Setyo Nugroho, Brigadir Satu Syukron Fadhli, Brigadir Satu Wahyu Catur Pamungkas, Brigadir Kepala Iwan Sarjana, Ajun Inspektur Dua Denny Setiadi, dan Iptu Sulastri.
Lima orang gugur saat penyanderaan berlangsung. Korban Briptu Fandi Setio Nugroho (30) merupakan penyidik Densus 88, didapati memiliki luka gorok dari leher belakang sampai tenggorokan, luka lecet pada alis kiri, dan luka terbuka pada pipi kanan. Sementara korban Syukron Fadhli (41) mengalami luka tembak pada kepala bagian kiri atas hingga tembus ke kuping sebelah kanan, dan luka lecet paha kanan.
Wahyu Catur Pamungkas, (24) mengalami luka gorok pada leher kanan memanjang sampai ke pipi kanan bawah, luka pada dagu kanan, dan luka tembak pada dahi sebelah kiri. Sementara, Yudi Rospuji Siswanto (41) mengalami luka tusuk pada kaki kanan, luka sobek di lutut belakang, luka sayat pada kaki kiri, luka sobek pada punggung telapak kaki, Jompol kaki kiri robek, pelipis kanan robek, mata kanan kiri luka bacok, leher luka bacok, dada kiri kanan luka tusuk, tangan kanan luka bacok, siku kanan luka bacok, dan tangan kanan atas luka.
Sedangkan, korban atas nama Denny Setiadi (33)mengalami luka bacok dibagian kiri, gigi atas lepas, leher belakang mengalami luka bacok, dan luka tembak pada dada kanan.
Sementara salah satu dari Napiter juga ada yang tewas, diketahui bernama Beni Samsutrisno (32), beralamat di Pintu Rimbo Jarong Kudung Kecamatan Ampek Nagara Kabupaten Agam, Sumbar mengalami luka tembak pada dada kiri dua lobang.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Tito Karnavian memberi keterangan bahwa polisi tak langsung mengambil tindakan penyerbuan terhadap 155 napi teroris yang sempat menguasai rutan di Mako Brimob. Polisi telah mengetahui ada perpecahan di kubu napiter.
“Saat itu kita memiliki opsi langsung masuk atau opsi kita memberi warning dulu beberapa waktu. Karena kita tahu di dalam kelompok ini, mereka ada yang pro dan kontra,” ujar Tito di Mako Brimob, Kamis (10/5).
Kelompok pertama adalah kelompok yang setuju untuk melakukan kekerasan. Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok yang tidak setuju dengan rusuh dan ada di sana karena terjebak situasi. Sehingga dirinya menyampaikan ke Presiden situasi tersebut, dan memberikan warning. “Namun karena di dalam ada pro dan kontra kita beri warning ke mereka hingga Kamis (10/3) pagi. Jadi sepanjang malam warning disampaikan hingga pagi pukul 07.15, operasi dinyatakan selesai,” tegas Tito.
Suasana Mencekam
Salah satu warga Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kamal mengatakan saat malam hari dia mendengar suara tembakan, namun warga tidak mengetahui kejadian pasti yang berada di dalam mako Brimob. “Sempat ada yang dengar suara tembakan, tapi tidak tahu pastinya pukul berapa,” kata Kamal.
Dia juga mengatakan sejak kejadian semalam, seluruh pintu akses masuk di Mako Brimob di jaga ketat oleh anggota Brimob bersenjata lengkap. “Sudah tidak lagi ada yang boleh keluar masuk, hanya ada satu pintu masuk melalui gerbang Mako Brimob yang berdekatan dengan SDN Tugu 1,” kata Kamal.
Bahkan warga asrama Mako Brimob juga tidak diperbolehkan untuk mengupdate status terkait situasi kejadian yang berada di dalam asrama. “Penjagaan ketat, malah kata saudara saya yang juga anggota Brimob mereka sampai tidak boleh update status di media sosial,” kata Kamal.
Dari kejadian tersebut, arus lalu lintas di Jalan Komjen Pol M Jasin yang menuju Mako Brimob Kelapa Dua Depok juga ditutup. Terlihat petugas kepolisian lalu lintas masih mengalihkan arus lalu lintas di depan Mako Brimob Depok menuju Jalan Tugu Raya.
Nampak pagar kawat berduri masih terpasang di depan pintu masuk Mako Brimob. Sejumlah petugas kepolisian bersenjata lengkap terlihat masih berjaga di depan Halte Mako Brimob yang berjarak sekitar 100 meter dari gerbang Mako Brimob. (rub)