utama

Lebih Dekat dengan Pengelola Saung Dji'ih Depok Rutin Isi Acara Kebudayaan, Ahli Bikin Cindera Mata

Senin, 30 Juli 2018 | 11:05 WIB
RUBIAKTO/Radar Depok
PERTAHANKAN TRADISI: Ondel-ondel menjadi simbol kebudayaan betawi, yang digunakan oleh Saung Dji’ih dalam setiap kegiatannya.

Sudah sepatutnya kita sebagai warga negara Indonesia terus mempertahankan dan melestarikan kebudayaan yang dimiliki, salah satunya Ondel-ondel. Giat kecintaan terhadap Ondel-ondel ini diperlihatkan oleh penggagas budaya di Kecamatan Cinere, Saung Dji'ih. Ondel-ondel dijadikan simbol kebudayaan Betawi. Seperti apa eksistensi mereka?

Laporan: RUBIAKTO Tidak hanya jadi ciri khas budaya Betawi, Ondel-ondel juga dikenal sebagai ikon ibu kota DKI Jakarta. Umumnya Ondel-ondel dibuat setinggi dua meter, sangat akrab terlihat di setiap perayaan besar, pernikahan, hajatan, sunatan, hingga acara peresmian. Di sudut kawasan Kecamatan Cinere, terdapat kelompok penggagas budaya bernama Saung Dji'ih. Bagi mereka, Ondel-ondel merupakan salah satu atraksi yang sangat menarik pengunjung di setiap acara pernikahan. Identitas Ondel-ondel biasanya dilengkapi iringan lagu Betawi, tarian khas, baju tabrak warna, hingga petasan yang membuat suasana semakin meriah. Tidak hanya itu, Pimpinan Saung Dji'ih, Awi menyebutkan, dahulu Ondel-ondel digunakan untuk tolak bala bagi masyarakat. “Di balik rupa dan dandanan meriah ondel-ondel, dia memiliki makna mendalam sekaligus berbau mistik. Ondel-ondel sejak zaman pra Hindu sudah ada dan berkembang di Betawi dengan nama Barongan,” tutur Awi kepada Radar Depok. Saat itu barongan dipercaya oleh masyarakat sebagai tolak bala atau mengusir wabah penyakit. Fungsi mengusir bala tersebut menempatkan ondel-ondel dalam acara resmi atau sakral, seperti pernikahan, peresmian tempat tinggal baru, atau upacara lainnya.    “Makanya dulu ondel-ondel digambarkan dengan wajah seram, dan memiliki gigi taring,” kata Awi. Seiring perkembangan zaman dan pergeseran budaya saat ini ondel-ondel berubah fungsi menjadi simbol kebudayaan betawi.   “Bukan hanya sekadar ciri budaya, ondel-ondel menjadi hiburan masyarakat untuk menyambut tamu di setiap acara sakral,” kata Awi. Saung Dji’ih juga lanjut Awi, membuat kerajinan boneka ondel-ondel yang bisa digunakan sebagai cindera mata. “Di era modern ini banyak boneka ondel-ondel yang dijadikan cindera mata khas betawi dan ada perubahan pada bentuk dari seram menjadi keren,” papar Awi. Sementara, belakangan ondel-ondel banyak digunakan untuk mengamen, dan menurut Awi ini salah. Menurutnya, yang mengamen menggunakan ondel-ondel tidak memahami betul arti dan makna pembuatan ondel-ondel. Sebagai simbol, ondel-ondel hanya bisa digunakan pada perayaan saja. Jika dulu sebagai penolak bala, saat ini bisa digunakan pada perkawinan, dan mengantar anak sunatan. “Bukan malah digunakan ngamen, itu bisa dibilang pelecehan budaya, dan ini mengganggu masyarakat,” kata Awi. Selain itu menurut Awi, perhatian Pemkot Depok masih kurang. Karena bentuk pelestarian tak bisa lepas dari peran pemerintah, yang mampu membuat regulasi pelestarian Budaya di Kota Depok. Ia berharap, persoalan budaya harus diperhatikan secara serius. Alasannya, kebudayaan sangat memengaruhi sistem peradaban dan keseharian di sektor ekonomi serta politik. “Kita harus sama-sama melestarikan budaya, jika perlu kita menyiapkan hari khusus untuk menggunakan pakaian adat. Membuat simbol Betawi di gedung pemerintahan. Kalau budaya kita kuat, sistem politik dan ekonomi Kota Depok bisa terangkat,” pungkas Awi. (rub)

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB