AHMAD FACHRY/RADAR DEPOK SUASAN ASRI : Sejumlah kendaraan saat melintas di kawasan Universitas Indonesia Kota Depok.DEPOK – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tiggi (Kemenristekdikti), baru saja mengeluarkan kebijakan baru terkait pelaksanaan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019. Kebijakan baru ini, ternyata menyusahkan Universitas Indonesia (UI). Terutama terkait komputer.
Rektor UI, Profesor Muhammad Anis mengungkapkan, kampus akan mengikuti kebijakan yang ditetapkan Kemenristekdikti. Walaupun terdapat plus dan minus baik dari pihak kampus atau calon mahasiswa.
“Mekanismenya kami belum tahu seperti apa karena masih diperbincangkan juga. Kalau aturannya sudah seperti itu, kami ikuti, karena kampus hanya pelaksana. Pengambil keputusan ada di pusat (Kemenristekdikti),” kata Anis kepada Harian Radar Depok, Rabu (24/10) di Kampus UI, Depok.
Jujur, kata Anis, berat di fasilitas. Pasti membutuhkan banyak komputer untuk memfasilitasi ujian calon mahasiswa. Sedangkan di UI sendiri hanya terdapat 1.200 komputer, itu sama sekali belum cukup.
Anis mengungkapkan, guna pelaksanaan ujian berjalan dengan baik. Pihaknya, akan bekerjasama dengan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dan sekolah-sekolah, untuk meminjam unit komputer dan lokasi pelaksanaan.
“Kami tidak mungkin membeli komputer untuk ujian saja, pasti memanfaatkan fasilitas yang ada dan mulai kerjasama dengan sekolah. Biasanya tahun sebelumnya kerjasama perihal lokasi ujian, kini ditambah dengan meminjam unit komputer,” tegas profesor.
Belum lama, Menristekdikti, Mohamad Nasir menyebutkan, mengubah pelaksanaan penerimaan mahasiswa di PTN. Bahkan, perubahan tersebut jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Terdapat enam perubahan dalam pelaksanaan. Di antaranya, metode tes masuk PTN hanya melalui Ujian Tes Berbasis Komputer (UTBK). Lalu penerimaan mahasiswa baru pun juga tidak dilaksanakan panitia seleksi. Namun, melalui Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) yang merupakan lembaga nirlaba.
“Untuk tahun depan, bukan mahasiswa datang ke kampus untuk mendaftar. Tetapi dilakukan tes lebih dahulu. Nilai yang didapat digunakan mendaftar,” kata Nasir.
Pola seleksi masuk PTN 2019 akan dilaksanakan melalui tiga jalur. Yakni, Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan daya tampung minimal 20 persen, SBMPTN minimal 40 persen dan seleksi mandiri maksimal 30 persen dari kuota daya tampung tiap program studi di PTN.
Karena pelaksanaan SBMPTN 2019 hanya ada satu metode tes yaitu UTBK. Maka, metode Ujian Tulis Berbasis Cetak (UTBC) ditiadakan. UTBK berbasis android sementara belum diterapkan, karena masih dikembangkan.
“Memang ada perubahan dari tahun sebelumnya, yang mana kuota untuk SNMPTN minimal menjadi 30 persen turun jadi 20 persen,” terang Nasir.
Materi tes yang dikembangkan dalam UTBK 2019 yaitu Tes Potensi Skolastik (TPS), dan Tes Kompetensi Akademik (TKA) dengan kelompok ujian Saintek atau Soshum. Bagi program studi keolahragaan dan atau seni, cukup mengunggah dokumen prestasi atau portofolio saja, tidak ada Ujian Keterampilan (UK). “Model tes seperti ini lebih memberikan rasa keadilan pada siswa,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua LTMPT, Ravik Karsidi mengatakan, pelaksanaan UTBK dilakukan beberapa kali dan hasilnya akan diinformasikan kepada peserta dan PTN tujuan. “Pelaksanaannya dilakukan 24 kali dalam satu tahun, sepanjang periode Maret hingga Juni,” kata Ravik.
Ravik menjelaskan, tidak ada tes berbasis kertas. Setiap siswa memiliki kesempatan dua kali untuk ikut tes. Setiap tes, akan dikenakan biaya Rp200 ribu, dan calon mahasiswa bisa memilih dua PTN. Dimana, masing-masing PTN pada SBMPTN 2019 menentukan sendiri batas nilainya.
Yang membedakan adalah kriteria khusus atau pertimbangan prestasi. Hal ini ditentukan oleh rektor PTN yang bersangkutan. “Untuk tahun depan akan diikuti 85 PTN dan dilakukan di daerah masing-masing,” tutup Ravik.(san/tmp)