utama

Bersyukur Sebagai Manusia

Jumat, 26 Oktober 2018 | 10:56 WIB
Ust. Achmad Solechan, Plt Ketua PCNU Depok Oleh: Ust. Achmad Solechan (Plt Ketua PCNU Depok)  Syukur sebagaimana dijelaskan dalam KBBI adalah rasa terima kasih kepada Allah. Ia diadopsi dari Bahasa arab syakara, yasykuru yang berarti memuji atau menghargai. Kata syukur ini sangat deket dengan kehidupan sehari-hari kita. Di hampir disetiap pidato dan sambutan, baik Kiai, Ustadz, Pejabat, dan masyarakat umum kata syukur menjadi pembuka dalam memulai bicara. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmatNya dan seterusnya. Bersyukur kepada Allah berarti menyadari akan betapa besarnya kenikmatan Allah yang telah diberikan kepada kita, sehingga kita patut memberikan rasa terima kasih kepada Allah dengan senantiasa berharap agar nikmat yang telah kita dapatkan terus bertambah. Meskipun secara dhohir banyak orang mengungkapkan rasa syukur, namun ternyata secara substansi masih sedikit yang sessungguhnya benar-benar bersyukur. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah dalam QS Saba’ ayat 13 “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih”. Di sini para ulama membedakan antara puji dan syukur. Puji dikategorikan sebagai amal ibadat lahir seperti tasbih dan tahlil, dengan mengucap alhamdulillah, subhanallah. Banyak orang hanya pandai berucap dengan pujian. Sedangkan bersyukur lebih sebagai ibadah batin, rasa syukur dan sabar. Syukur sebagai penangkal kufur. Sesungguhnya tidak ada ruang sedikitpun bagi kita manusia untuk tidak bersyukur atas nikmat Allah. Pertama sekali yang patut kita syukuri adalah terpilihnya kita diciptakan oleh Allah SWT sebagai manusia. Ini adalah kenikmatan awal yang merupakan anugerah luar biasa. Kita tidak dipilih oleh Allah untuk diciptakan sebagai makhluk yang lain seperti binatang maupun tumbuhan. Kita manusia dilengkapi sederet kelebihan kemampuan diatas makhluk Allah yang lain. Hewan dengan beragam jenisnya dilengkapi alat kelengkapan yang masing-masing sangat terbatas sesuai dengan spesifikasinya. Harimau atau singa yang lebih banyak insting ekpresi marah dan menerkam. Begitupun hewan-hewan lain yang terbatas satu dengan yang lainnya. Ekpresi dan kemampuan menyampaikan perasaan dan aktualisasinya sangat terbatas. Bahasa dan gerakannya monoton sesuai karakter yang melekat pada hewan tersebut. Begitupun dengan tumbuh-tumbuhan dan lainnya yang lebih sedikit perangkatnya. Mereka tidak mampu menyuarakan layaknya manusia yang bebas berekspresi, menyampaikan perasaan dan kemampuannya dengan leluasa. Manusia oleh Allah dijadikan makhluk yang sempurna baik lahir maupun batin. Secara tampilan hardware manusia tampil keren dan juga secara software perangkat komplit. Dalam QS Attin ayat 4 disampaikan “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Karenanya, jauh sebelum kemana-mana mari bersama kita syukuri atas nikmat manusia yang kita terima. Terlebih Allah SWT sangat memuliakan manusia, sebagaimana firman-Nya dalam QS Al Isra’ ayat 70 “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. Wallahu alam bisshowaf. (*)

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB