BANYAK MENGUNGKAP: Ady Setyawan menunjukkan bukunya. Dalam buku ini, Ady mengungkap banyak fakta sejarah baru yang belum diceritakan sebelumnya. Insert: Di dermaga inilah pasukan sekutu pertama kali mendarat di Surabaya.
Peristiwa 10 November direkonstruksi dengan apik oleh sejarawan Ady Setyawan dalam bukunya yang berjudul Surabaya di Mana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu. Berikut kisahnya.
Laporan: SALMAN MUHIDDIN
PARA pemuda bertelanjang dada berlatih baris-berbaris di jalanan tengah Kota Surabaya. Rambut mereka digunduli bak tentara Jepang. Jalan ke Ujung, Tanjung Perak, sudah penuh dengan barikade. Hampir seluruh warga Surabaya sudah tahu tentara Inggris bakal mendarat. Namun, kapan tanggal pastinya, tidak ada yang tahu. Informasi itu sudah jauh hari menyebar melalui radio bekupon yang ada di kampung-kampung. Musuh menamakan dirinya AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies). Mereka datang dengan kondisi baru saja menaklukkan Jepang dalam Perang Dunia II. Setelah menaklukkan Jakarta, mereka berlayar menuju Surabaya. Tugas mereka adalah membebaskan tawanan perang yang ditahan Jepang. Misi lain, mengembalikan wilayah Indonesia dalam administrasi sebagai negeri jajahan Hindia Belanda. Dan, Surabaya menjadi titik penting yang harus mereka rebut kembali. Penulis buku-buku sejarah Ady Setyawan menemukan sejumlah kisah yang jarang terdengar kini. Beberapa tahun belakangan, dia sering mengunjungi kantor DHD 45 untuk mengumpulkan ribuan lembar kesaksian pelaku sejarah. Dia juga mengumpulkan kisah-kisah dari buku-buku memoar yang ditulis pada 1960-1980 Kisah-kisah itu dia rangkum dalam buku pertamanya yang berjudul Surabaya di Mana Kau Sembunyikan Nyali Kepahlawananmu. Agustus lalu buku tersebut diluncurkan. Salah satu kisah yang menarik perhatiannya adalah tulisan Wiwiek Hidayat, wartawan Kantor Berita Antara Surabaya. Kisah itu ditulis pada 1962. Pada awal tulisannya, Wiwiek menggambarkan situasi Surabaya 24 Oktober 1945. Tepat sehari sebelum Inggris mendaratkan pasukannya secara besar-besaran. "Saya sendiri kaget waktu tahu bahwa yang menjumpai kapal Inggris itu adalah wartawan," jelas perintis komunitas Roodebrug Soerabaia itu. Haram hukumnya bagi wartawan kehilangan momentum. Kedatangan tentara Inggris tentu saja peristiwa yang tak boleh luput. Mereka sudah berkali-kali ke Ujung, tapi kapal musuh tak kunjung datang. Pagi itu, Wiwiek dan rekan-rekannya menunggu kedatangan tentara Inggris di Gedung Modderlust. Di gedung peninggalan Belanda tersebut, terdapat menara komunikasi antara pelabuhan dan kapal.
-