utama

Hujan Abu-Pasir Tipis Mulai Masuk Banten, BNPB Ingatkan Warga Pakai Masker

Kamis, 27 Desember 2018 | 10:47 WIB
DOK.BNPB
SEBELUM DAN SETELAH ERUPSI: Dokumentasi Materi Press Realese dari Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Rabu (26/12). JAKARTA - Abu vulkanik erupsi Gunung Anak Krakatau mulai dirasakan warga mulai dirasakan warga sekitar Banten. Selain abu vulkanik, hujan pasir tipis juga turun. "Angin dominan ke arah barat daya sehingga abu vulkanik erupsi Gunung Anak Krakatau dominan ke arah barat daya. Namun demikian pada ketinggian tertentu angin ada yang ke arah timur sehingga membawa material erupsi Gunung Anak Krakatau. Di Cilegon dan sebagian Serang, terjadi hujan abu dan pasir tipis," sebut Kapusdatin BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya, Rabu (26/12). Abu bisa dilihat di permukaan mobil yang diparkir dan permukaan tanah. Sutopo mengimbau warga mengurangi aktivitas di luar rumah. Jika pun mau keluar rumah, warga diimbau memakai masker dan kacamata. Saat ini status Gunung Anak Krakatu masih waspada atau level II. "Sesuai rekomendasi PVMBG, daerah berbahaya adalah di dalam radius 2 km di puncak kawah," sebut dia. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut abu vulkanik yang berasal dari gunung merupakan hal yang biasa. "Nggak ada (tanda-tanda apapun), itu cuma bukti gunung meletus besar gitu saja. Abu vulkanik biasa untuk gunung meletus, umumlah. Di bumi jadi subur tanah," kata Kepala Bidang Mitigasi Tata Usaha PVMBG I Gede Suantika saat dihubungi, Rabu (26/12). "Abu vulkanik ke laut itu, hanya sedikit terarah ke Kepulauan Seribu dan Banten tidak apa-apa itu," imbuh dia. Gede mengatakan, saat ini Gunung Anak Krakatau masih terus meletus sejak bulan Juni hingga Desember. Sehingga magma gunung tersebut pun menjadi abu vulkanik. "Jadi Krakatau masih meletus terus ya dari kemarin, dari mulai Juni akhirnya paling besar letusan kemarin 22 Desember 2018. Sampai hari ini masih mengepul terus, jadi magma kayaknya masih akan naik terus akhirnya jadinya abu (vulkanik)," tutur dia. Menurut Gede, ketinggian abu vulkanik mencapai sekitar 14 kilometer dengan mengarah ke arah barat daya. "Abu vulkanik menyembur sampai ke atas tapi yang keras sampai tiga kilometer, kemudian ini sifat lembab akan naik terus secara perlahan sampai 14 kilometer serta arah ke arah barat daya," jelas dia. Sebelumnya, Warga di Cilegon, Pandeglang hingga Serang merasakan ada debu vulkanik. Abu vulkanik Anak Krakatau juga dirasakan di Kecamatan Bojonegara dan Gorogol di Kota Cilegon. Terpisah, Widjo Kongko mengaku sedih ketika mengetahui terjadinya tsunami di pantai-pantai sekitar Selat Sunda pada Sabtu (22/12) lalu. Wilayah itu pernah ditelitinya, dan pernah diungkapkan memang berpotensi terdampak tsunami besar. Meski diketahui penyebabnya bukan dari megathrust Selat Sunda. Melainkan longsoran lereng Gunung Anak Krakatau akibat fase erupsi yang selama ini tak diduga. "Malam Minggu dipantau, kok ada tsunami. Nggak ada warning sama sekali, saya sedih. Kan kami sudah menghitung memang di situ rawan," kata pria yang akrab disapa Widjo itu, Rabu (26/12). Widjo Kongko merupakan perekayasa di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pria lulusan S3 Leibniz University Hannover Jerman itu juga merupakan Kepala Bidang Mitigasi Bencana Persatuan Insinyur Indonesia (PPI). Pernah beberapa waktu lalu ada permintaan suatu seminar yang diselenggarakan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Mengundangnya sebagai salah seorang narasumber. Widjo memaparkan terkait ancaman tsunami yang daerah kajiannya adalah Jawa Barat. Ia memodelkan dari megathrust Selat Sunda. "Itu berbeda dengan yang terjadi sama sekarang, sekarang kan Anak Krakatau," katanya. Pernyataannya mengenai potensi ancaman tsunami di beberapa pantai dekat Selat Sunda itupun ada yang mempermasalahkan. Ia kemudian diminta klarifikasi oleh Polda Banten karena dianggap meresahkan masyarakat. "Saya tidak tahu prosesnya, ada rencana pemanggilan ke saya. Pasti kan ada yang melaporkan, bahwa ini meresahkan. Kemudian ada katanya mengganggu investor, karena di sana kawasan ekonomi khusus," katanya. Ia menganggap hal itu wajar, karena kabar yang beredar di masyarakat merupakan prediksi akan terjadinya tsunami besar. Bukan merupakan potensi ancaman bahayanya. "Polda Banten telepon minta klarifikasi, karena dianggap meresahkan," kata dia. Ia juga mengatakan, apa yang disampaikan di suatu seminar merupakan ranah kebebasan akademik. Widjo juga bertanggung jawab atas apa yang dikatakannya. "Bisa berdiskusi atau berdebat, tentu hasilnya positif ke Pemda dan sebagainya. Toh sekarang ada tsunami. Bisa menjadi bahan evaluasi, kemudian Pemda mengecek tata ruangnya," pungkasnya. (dtc/dho/JPC)

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB