INDRA SIREGAR / RADAR DEPOK TERCEMAR : Puluhan warga di RW1 Kelurahan Sukatani, Tapos mendatangi pabrik milik PT. Immortal Cosmedika Indonesia. Aksi ini dilakukna buntut dari pencemaran lingkungan.
Warga Ontrog Pabrik
DEPOK–Ratusan warga di RT3/1, RT7/1, RT6/1, dan RT8/1, Kelurahan Sukatani, Tapos mendatangi pabrik kosmetik, Minggu (24/2) pagi. Keladinya, pabrik milik PT. Immortal Cosmedika Indonesia membuang limbah ke saluran di lingkungan warga. Aksi yang mencemari lingkungan tersebut diduga sudah dilakukan bertahun-tahun.
Rokayah, warga RT6/1, yang tinggal tepat disamping tembok pabrik mengaku, merasa terganggu akibat pencemaran lingkungan yang dilakukan pabrik Immortal. Sebab atas kegiatan pembuangan limbah ke saluran, dia dan warga lainya harus menderita penciuman akibat menghirup bau tak sedap selama bertahun–tahun.
“ Karena pabrik ini buang limbah kesaluran lingkungan, kami jadi bau bangkai tikus terus,” katanya kepada Harian Radar Depok, kemarin.
Selain bau bangkai, air tanah di lingkungan mereka juga tercemar dan tidak bisa dikonsumsi. Karena kualitas air tanah jadi memburuk dan menghitam saat ditampung. “Warga di sini minum ga bisa pakai air sumur, karena airnya hitam. Kita kalau minum beli gallon,” ungkapnya.
Hal tersebut juga dibenarkan Sri tetangga Rokayah. Menurut Sri, limbah tersebut sudah dibuang ke saluran sejak delapan tahun belakangan. Bahkan, sekarang kondisinya lebih parah, karena pihak pabrik membobol diding saluran untuk bisa membuang limbah.
“Dulu salurannya pakai peralon kita tutup, sekarang malah dibobol dinding salurannya,” bebernya.
Air di rumahnya juga tidak bisa dikonsumsi karna menghitam. Dia menduga itu ada kaitanya dengan pembuangan limbah pabrik ke saluran warga. Sehingga mengakibatkan air tanah di lingkungan mereka tercemar. “Kita di sini kalau minum juga beli air gallon,” tuturnya.
Selain masalah limbah yang dibuang ke saluran warga, mereka juga mengeluhkan penamungan limbah pabrik yang berada dekat dengan pemukiman. Ini memperparah kualitas udara di sana.
“Penampungan limbah mereka juga ada di samping tembok pabrik ini, dekat banget ke rumah kita jadi makin bau aja udara di sini,” ketusnya.
Sementara itu, Ketua RT6, Adi Supardi membenarkan, adanya keluhan warganya terhadap pencemaran lingkungan yang dilakukan pabrik Immortal. Namun, saat ini warga dari empat RT tersebut sudah bertemu dengan pengurus pabrik dan mencari solusinya.
Adi menjelaskan, dalam pertemuan tersebut warga menyampaikan dua tuntutan kepada pihak pabrik yaitu, tidak lagi membuang limbah ke saluran warga, dan memindahkan penampungan limbah agar tidak dekat dengan pemukiman warga. Namun, pihak pabrik tidak secara eksplisit mengiyakan permintaan warga tersebut. Dan memberi alasan yang berbelit–belit, sehingga tensi warga memuncak dan pertemuan tersebut nyaris ricuh.
“Kita minta mulai besok tidak ada lagi pembuangan limbah ke saluran. Dan kita akan kasih waktu hingga tanggal 9 Maret untuk memindahkan pengolahan limbah ketempat yang jauh dari pemukiman warga,” bebernya.
Ketika disinggung mengenai air tanah warga yang tercemar, adi mengaku sudah mendengar desas desus tersebut. Namun dia masih menampik kebenarannya. Sebab belum ada warga yang membuktikan atau megadukan kepada dirinya. Tapi dia juga mengakui bahwa pihak pabrik memberikan pasokan air bersih kerumah warga di sekitarnya dengan membuatkan keran.
“Kita dengar banyak omongan warga airnya tercemar, tapi belum ada yang mengadukan, bahkan pihak pabrik sudah membuat keran untuk mengalirkan air bersih ke rumah warga yang ada di sekitar pabrik,” bebernya.
Menyikapi aduan masyarakat terkait laporan warga yang mengeluhkan limbah industri dari PT Immortal. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) mengaku tidak tinggal diam. Setelah mendapatkan pengaduan dari masyarakat, DLHK melalui Bidan P3L sudah melakukan verifikasi ke lapangan.
Kabid Pengendalian Pencemaran dan Penaatan Lingkungan (P3L), DLHK Kota Depok, Bambang Supoyo mengaku, telah melakukan verifikasi terhadap pengaduan limbah yang menyengat hasil dari produksi PT Immortal.
Dia juga mengatakan, masih menunggu laporan dari petugas dilapangan sebelum menetukan sikap apa yang akan dilakukan pihak DLHK terkait aduan dari masyaralat. “Besok kami baru menerima laporan dari tim yang diterjunkan ke lapangan,” terang Bambang Supoyo.(dra/rub)