utama

Sebagian Depok Kekeringan

Rabu, 3 Juli 2019 | 09:48 WIB
ANTRE : Sejumlah warga di Kelurahan Grogol, Limo sedang mengantre air bersih akibat kekeringan. Insert : salah satu warga tengah mengebor aumur airnya lebih dalam. Foto : SANI/ RADAR DEPOK RADARDEPOK.COM, DEPOK-Khalayak Kota Depok pasti sudah ada yang mengalami kekeringan. Berminggu-minggu, sejauh ini alam di Kota Depok belum mewajantahkan air hujan. Tak ayal kemarin, sebagian di Kota Sejuta Maulid ini mengalami kekeringan. Seperti di Kelurahan Grogol, Limo misalnya. Di RW2 dan 3 sudah dilanda kekeringan. Warga Grogol, Deny Santana mengungkapkan, sudah hampir satu bulan belum hujan membuat warga kekeringan air. Sekitar puluhan rumah mengalami kekeringan tepatnya di RW2 dan RW3. Warga sudah mendapatkan air bersih dari PDAM. Itupun mendapatkan air dijatah. Menurutnya, ada beberapa warga yang mengebor air tanah biar mendapatkan air. Memang saat ini di lokasi tersebut ada pembangunan tol. Tapi, rumah diluar tol juga mengalami kekeringan. “Selian akibat tol, memang sejauh ini belum hujan juga,” kata Deny kepada Harian Radar Depok, kemarin. Di lokasi terpisah, Putri L Kelurahan Pasir Putih, Sawangan menyebutkan. Sekitaran dekat kolam renang wisata Pasir Putih sudah mengalami kekeringan. “Iya daerah situ sudah kering, lumayan banyak juga,” terangnya singkat. Pantauan Radar Depok, selain di Grogol dan Pasir Putih, di Kelurahan Bojong Pondok Terong (Boponter), Kecamatan Cipayung juga kekeringan itu pun tidak seluruhnya. Kemungkinan besar wilayah lain juga sudah ada yang mulai susah air. Mengingat, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut Memasuki bulan Juli, hampir semua daerah di tanah air sudah mulai masuk musim kemarau. Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dodo Gunawan menuturkan, musim kemarau 2019 dipengaruhi fenomena el nino. Meski, intensitasnya kecil. ”Oleh karena itu, musim kemarau tahun 2019 akan terasa lebih kering dibandingkan 2018,” kata Dodo. Memasuki bulan Juli, hampir semua daerah di tanah air sudah mulai masuk musim kemarau. Musim kemarau yang panas dan terik, lanjut dia, berpotensi meningkatkan polusi udara di perkotaan. Emisi gas yang dikeluarkan kendaraan bermotor maupun pabrik industri terperangkap di atmosfer. Kondisi tersebut membuat suhu di atmosfer lebih tinggi daripada suhu di permukaan bumi. ”Kondisi tersebut yang disebut sebagai inversi. Sehingga lapisan atmosfer susah untuk menguraikan polutan,” jelasnya. Tak ayal, cuaca saat ini menyebabkan polusi semakin meningkat. Yang tentunya membuat suhu udara di perkotaan semakin panas. Menambahkan ucapan Dodo Gunawan, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal Hamzah mengungkapkan, waspada kekeringan di periode musim kemarau ini, karena diprediksi kemarau tahun ini lebih kering dari tahun sebelumnya. "Daerah yang tahun lalu pada periode Juni, Juli dan Agustus terkena kekeringan, tahun ini harus lebih waspada lagi," terangnnya. Adi menjelaskan, tahun lalu curah hujan selama musim kemarau kurang dari 20 milimeter dalam satu bulan, dan tahun ini bisa jauh lebih rendah lagi. Menurut prakiraan BMKG hampir seluruh Jawa telah memasuki musim kemarau, mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Puncak musim kemarau diperkirakan terjadi Juli-Agustus 2019. Hujan lokal masih turun di wilayah seperti Bogor di Jawa Barat. "Ibu Kota diprediksi mencapai suhu 35 derajat celcius pada puncak musim kemarau, Agustus-September 2019," ujarnya. Peluang curah hujan sangat rendah atau kurang dari 20 mm per 10 hari. Bahkan telah terjadi Hari Tanpa Hujan (HTH) berturutan pada beberapa wilayah yang berdampak pada kekeringan. Wilayah tersebut meliputi wilayah Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian wilayah Lampung, sebelah wilayah Aceh Utara dan Aceh Timur, Sumatera Utara bagian utara, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi utara dan Gorontalo serta Papua bagian Selatan telah memasuki musim kemarau. "Untuk Ibu Kota Jakarta dan sekitarnya, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi, kemarau diperkirakan berlangsung sampai dengan pertengahan Oktober," ungkapnya di Kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat. BMKG, kata Herizal, meminta masyarakat agar selama periode puncak musim kemarau, lebih memperhatikan usia lanjut dan anak-anak usia dini. Mengurangi kegiatan di ruang terbuka yang panas. Warga juga dianjurkan untuk banyak minum agar terhindar dari dehidrasi (kekurangan cairan tubuh). Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk mengantisipasi kerawanan kebakaran selama musim kemarau. "Karena udara kering dan panas yang menjadi ciri musim kemarau memudahkan nyala api. Jika tidak dikendalikan dengan baik menjadi potensi kebakaran," ungkapnya.(san/hmi/jpnn)

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB