KUMPULKAN KOPER: Rombongan jamaah calon haji dari KBIH Arrahmaniyah mulai mengumpulkan koper yang akan disetorkan ke kantor Kemenag Kota Depok, kemarin (23/7). Rombongan KBIH Arrahmaniyah tergabung dalam Kloter 63 JKS gelombang ke-2 Kota Depok. Foto : KBIH ARRAHMANIYAH FOR RADAR DEPOKRADARDEPOK.COM, DEPOK – Kamis (25/7) sore, rombongan jamaah calon haji asal Kota Depok gelombang ke-2 akan segera dilepas di Balaikota Depok. Rencananya pelepasan tersebut akan dilakukan oleh Walikota Depok, Mohammad Idris didampingi jajaran Kementerian Agama (Kemenag) Kota Depok.
Persiapan pemberangkatan gelombang 2 tersebut, salah satunya terlihat di Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Arrahmaniyah Cipayung, kemarin (23/7). Rombongan KBIH tersebut bakal tergabung dalam Kloter 63 JKS.
Para jamaah KBIH Arrahmaniyah mulai mengumpulkan koper yang akan disetorkan ke kantor Kemenag Kota Depok, dan selanjutnya dibawa ke Embarkasi Bekasi.
“Agendanya jamaah di sini akan dilepas Kamis (25/7) pukul 17.30 wib, kemudian berlanjut ke Balaikota Depok dan salat Magrib berjamaah. Lalu pukul 18.30 diberangkatkan menuju Embarkasi Bekasi JKS, karena harus tiba di sana pukul 21.15 wib,” ungkap Ketua Rombongan KBIH Arrahmaniyah, HM. Badruddin Ali kepada Radar Depok, kemarin (23/7).
Badru—sapaan Badruddin Ali—menyebutkan, jamaah haji yang ada di KBIH Arrahmaniyah mencapai 38 orang, terdiri dari laki-laki 19 orang, dan perempuan 22 orang. Serta tambahan jamaah mandiri sebanyak tiga orang. Totalnya jadi 41 jamaah.
Badru menegaskan, ditotalkan di Kloter 63 ini ada 404 jamaah ditambah enam orang petugas haji. Yaitu dari TPHI, Muhibuddin Fitri, staf Kasie PHU Kemenag, TPIHI Badruddin Ali dari Ponpes Arrahmaniyah, TKHI dr Yuniarsih (dokter), Widya Puspitasari (perawat), dan Ade Zulkarnaen (perawat).
“Untuk kepulangan jamaah di kloter ini agendanya 6 September sudah tiba lagi di tanah air. Sedangkan koper yang sudah diserahkan ke Kemenag telah ditandai warna biru, itu ditentukan Kemenag sesuai nomor rombongan,” ujar Badru.
Badru mengingatkan, agar para jamaah tidak lupa membawa barang yang diperlukan, seperti kain ihram. Namun, jamaah tidak diperkenankan membawa uang cash terlalu banyak, cukup dengan kartu ATM saja.
“Bawa barang seperlunya saja, termasuk kain ihram. Untuk gelombang dua ini jamaah dari embarkasi sudah memakai pakaian ihram, dan ketika nanti di pesawat memasuki Yulamlam jamaah harus menyampaikan niat haji,” ucap Badru.
Terpisah, Ketua Panitia Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Bekasi, Yani Dwiyuli mengatakan, 70 persen jamaah calon haji asal Jawa Barat masuk kategori resiko tinggi (risti).
"Kalau dilihat dari keseluruhan ya se-Jawa Barat, sekitar 70 persen, kalau berdasarkan masing-masing daerah mungkin beda lagi," kata Yani, Selasa (23/7).
Yani menamnahkan, berdasarkan ketetapan Kementerian Kesehatan, kategori risti ini disematkan untuk setiap jamaah yang memiliki usia di atas 63 tahun dan jamaah yang memiliki riwayat penyakit. "Kalau dari Kemenag yang prioritas itu risti usia 75 tahun ke atas atau risti yang memang memiliki riwayat penyakit," imbunya.
Jamaah haji kategori risti ini selama menjalani ibadah haji akan terus dipantau kondisi kesehatannya baik selama diperjalanan menuju Arab Saudi hingga kembali ke tanah air. "Kalau risti ini juga ada yang risti perlu pendampingan misal pendampingan orang, alat atau obat, kalau itu terpenuhi dia baru dikatakan memenuhi syarat, tapi ada juga risti yang tidak biasa kalau dia enggak pake apa-apa bisa juga," jelas dia.
Untuk jamaah haji kategori risti, dibedakan dengan tanda strip oranye yang tertera pada Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH).
Kartu ini diberikan saat jemaah melakukan pemeriksaan kesehatan di Asrama Haji Embarkasi Bekasi.
"Tahun ini kita ingin mengoptimalkan KKJH untuk menandai jemaah haji yang risti, jadi bisa lebih efisien dan efektif yaitu dengan memberikan warna pada strip nama di KKJH, untuk jemaah haji yang tidak masuk kategori risti warna kartunya putih," ungkap Yani.
Penandaan ini kata Yani jauh lebih praktis ketimbang gelang, sebab KKJH digunakan dengan cara dikalungkan kepada setiap jamaah haji, bebeda dengan tahun lalu tanda untuk jemaah haji kategori risti menggunakan gelang. "Lebih efektif dan efisien, apalagi data jamaah haji tinggal discan pada kartunya langsung keluar semua data kesehatannya, petugas juga lebih mudah memantau dan membendakan jemaah risti dan non-risti" pungkasnya. (gun/tbn/**)