Ketua Pertuni Cabang Depok, Muhammad Faisal.
RADARDEPOK.COM, DEPOK - Penyandang disabilitas masih dipandang sebelah mata. Padahal, masih banyak potensi yang bisa digali dari kekurangannya. Ditambah lagi, masih minimnya perhatian bagi kaumnya. Terbukti, dari 130 anggota Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Cabang Kota Depok. Cuma satu anggota yang mendapatkan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
Ketua Pertuni Cabang Kota Depok, Muhammad Faisal mengatakan, perhatian dari Pemerintah Kota (Pemkot) Depok masih minim untuk komunitasnya. Memang ada pelatihan dari pemkot. Tapi, dalam satu tahun Pemkot Depok, hanya memberikan pelatihan memijat bagi anggota Pertuni sebanyak satu kali. Sehingga dia merasa hal tersebut masih jauh dari apa yang dibutuhkan anggota Pertuni Depok.
“Kami hanya diberikan pelatihan memijat sekali setahun. Tahun ini juga bahkan kami belum mendapat pelatihan,” ungkapnya kepada Radar Depok.
Selain kebutuhan pelatihan, dia juga mengaku kurang mendapatkan perlindungan sosial. Sampai saat ini masih sedikit anggota Pertuni yang mendapatkan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dari Dinas Sosial (Dinsos) Kota Depok
“Dari 130 anggota Pertuni Cabang Kota Depok, hanya satu dua orang saja yang mendapatkan BPNT, itu pun karena faktor kedekatan dengan ketua RT maupun RW mereka,” ujarnya.
Menurutnya, Pemkot Depok seharusnya menyosialisasikan program-program sosial kepada Pertuni Depok, untuk memferivikasi anggota Pertuni yang belum mendapatkan perlindungan sosial.
“Kalau ke Pertuni mereka kan (Dinsos) bisa mendapatkan data–data anggota kami yang belum mendapat bantuan. Apalagi 90 persen anggota Pertuni merupakan golongan ekonomi menengah ke bawah. Kami juga ingin dimasukan dalam program keluarga harapan,” tuturnya.
Selain kurangnya perhatian, mereka juga mengaku tidak pernah difasilitasi Pemkot Depok dalam mencari pekerjaan maupun untuk membuat usaha. Padahal menurutunya, anggota Pertuni Cabang Kota Depok memiliki banyak keahlian mulai dari memijat, membuat krupuk, hingga membuat berbagai kerajinan tangan yang bisa dipasarkan ke masyarakat. “Kita sudah sejak tiga tahun yang lalu meminta tempat untuk usaha kepada Pemkot Depok, tapi sampai sekarang belum dijawab,” bebernya.
Dia menambahkan, dari ratusan anggota Pertuni Cabang Depok. Baru lima orang saja yang sudah memiliki pekerjaan tetap termasuk dirinya, yang saat ini sudah bekerja sebagai Costumer Service di Rumah Sakit Hermina Depok.
“Kami cari kerja sendiri tanpa bantuan pemerintah, maka dari itu sifatnya untung–untungan ada yang keterima dan kebanyakan nganggur sampai sekarang,” ucapnya.
Dia berharap, agar Pemkot Depok lebih peka akan nasib seluruh kaum Disabilitas di Kota Depok. Khusunya anggota Pertuni, agar bisa mendapatkan pekerjaan yang layak ataupun bisa mengembangkan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
“Di Depok kan banyak hotel dan apartemen harusnya Pemkot Depok memberikan kami akses supaya bisa membuka layanan pijat di sana. Kami juga bisa main musik dan punya grup band, tapi gak pernah diundang untuk tampil dalam hari–hari besar di Kota Depok,” tegasnya.
Sementara, Kepala Dinsos Kota Depok, Usman Haliyana mengatakan, pembinaan kepada para disabilitas masuk ke dalam bidang pemberdayaan sosial. Menurutnya, pemerintah rutin mengikutsertakan para penyandang disabilitas dalam setiap pelatihan keterampilan agar penyandang disabilitas memiliki keahlian khusus. "Setiap pelatihan disesuaikan dengan peserta. Misalnya, bagi penyandang disabilitas mental dan autis, mereka kami arahkan agar membantik kontemporer," ujar Usman.
Menurut Usman, belum lama dalam pelatihan mengikutsertakan 25 peserta dari 11 kecamatan di Kota Depok. Mulai dari usia belasan yang berasal dari yayasan/sekolah hingga 40 tahun yang berasal dari lingkungan.
"Ini kepedulian kita kepada para penyandang disabilitas. Mereka harus dapat berkarya dan berdaya juga," jelasnya.
Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Dinsos Kota Depok, Nita Ita Hernita, menambahkan setiap penyandang disabilitas memiliki perbedaan. Seperti sebelumnya, pelatihan komputer kepada penyandang tunarungu. Pelatihan diberikan sesuai dengan kondisi disabilitasnya.
"Bagi tunagrahita dan autis kita harapkan dapat melatih otak serta motorik mereka. Perlahan kita upayakan mereka dapat berkarya," pungkas Nita. (rd)Jurnalis : Indra Abertnego SiregarEditor : Pebri Mulya