BERDUKA : Immawan Randi adalah mahasiswa Fakultas Perikanan Universitas Halu Oleo yang meninggal saat aksi demonstrasi yang berlangsung di Gedung DPRD Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Kamis (26/09). FOTO : IMM FOR RADAR DEPOKTEMAN-teman mahasiswa di Indonesia berduka. Aksi demonstrasi menolak RUU KUHP dan RUU KPK yang berlangsung di Gedung DPRD Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), memakan korban jiwa. Seorang mahasiswa meninggal dunia dalam aksi massa tersebut. Sementara satu mahasiswa lainnya kritis akibat mendapat kekerasan dari oknum aparat.
Fajar.co.id (Radar Depok Grup), melaporkan, korban yang meninggal dunia bernama Immawan Randi. Pria 21 ini merupakan mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO). Dia meninggal dunia setelah terkena tembakan bagian dada yang diduga dari oknum polisi.
Korban merupakan mahasiswa jurusan perikanan semester 7. Dia meninggal dunia usai terlibat bentrokan dengan polisi di gedung DPRD Sultra, Kamis, (26/9). Randi juga ternyata merupakan kader dari tiga organisasi mahasiswa Islam di Sulawesi Tenggara. Randi dikabarkan pernah mengikuti jenjang kaderisasi tiga organisasi mahasiswa Islam, yakni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang berafiliasi dengan NU, dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Dari video yang beredar luas Randi dibawa ke rumah sakit Korem Kendari pada sore hari oleh sejumlah temannya usai diterjang peluru di bagian dada. Warga asal Desa Lakarinta Kabupaten Muna ini, sempat mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit Korem Kendari. Sayangnya, nyawa Randi tidak bisa diselamatkan karena peluru menembus dada kanannya.
Sementara korban lainnya adalah mahasiswa Teknik UHO Kendari bernama La Ode Yusuf Kardawi. Dia saat ini dalam masa kritis setelah kepalanya dihantam oleh aparat. Yusuf dirujuk ke Rumah Sakit Bahteramas Kendari dan masih mendapat penanganan medis. Korban tidak sadarkan diri dan mengalami luka parah bagian kepala.
Sementara, Komandan Korem 143/Haluoleo, Kolonel Inf Yustinus Nono Yulianto mengatakan, sejumlah mahasiswa dari Universitas Haluo Leo yang menjadi korban bentrok dengan kepolisian saat demonstrasi di depan Gedung DPRD Sulawesi Tenggara, Kendari, Kamis (26/9).
Selain satu mahasiswa meninggal, satu mahasiswa lainnya masih mengalami kritis.
"Satu meninggal atas nama Randi [21 tahun] dari Kabupaten Muna, ada luka di sebelah kanan. Kemudian yang satu tadi kami kirim ke RS Bahteramas ada luka di kepala bagian kiri sampai ke belakang. Kondisinya kritis, mudah-mudahan masih bisa terselamatkan, sekarang masih ada di Bahteramas," ujar Yustinus kepada wartawan.
Yustinus mengatakan, ada dua mahasiswa lainnya yang jadi korban, namun kondisinya sudah membaik dan diperbolehkan pulang. Sehingga total ada empat mahasiswa yang jadi korban akibat bentrokan dengan kepolisian. "Tadi masuk ke rumah sakit sekitaran pukul 15:30 WITA. Jadi ada 4 orang tadi masuk Rumah Sakit Ismoyo. Yang dua sudah membaik, sudah bisa pulang," kata dia.
Ketua DPD IMM Sulawesi Tenggara Marsono mengatakan, almarhum Randi merupakan kader IMM di Universitas Halu Oleo. Selain itu, kata dia, almarhum juga pernah ikut jenjang kaderisasi organisasi Islam lain. "Almarhum pernah ikut pelatihan kader dasar di HMI dan PMII," kata Maraono kepada wartawan, Kamis (26/9).
Marsono mengatakan, Randi adalah mahasiswa Fakultas Perikanan Universitas Halu Oleo. Ada luka tembak di bagian dada kanannya. Usai aksi bentrok dengan aparat kepolisian, Randi tertembak di dada kanan, kemudian sekitar pukul 15.00 WITA, Randi dibawa oleh sejumlah rekannya ke Unit Gawat Darurat RS Dokter Ismoyo dalan keadaan kritis. Namun nahas, nyawa Randi tidak tertolong.
Adanya peristiwa berdarah tersebut, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengaku, akan dalami apakah betul mahasiswa tersebut mengalami luka tembak. “Saat ini korban sedang dilakukan otopsi di RSUD, mencari penyebab utama kematian secara ilmiah," kata Dedi dalam keterangannya, Kamis (26/9).
Dedi meminta, semua pihak bersabar menunggu hasil otopsi. Menurut dia, belum tentu luka itu disebakan dari senjata api. "Kalau pun benar, harus ada uji balistik untuk menentukan jenis senjata," ujar dia.
Dedi menegaskan, Polri dalam mengawal dan mengamankan aksi unjuk rasa mahasiswa tidak dibekali senjata api maupun peluru tajam. "Polri hanya menggunakan water canon, gas airmata dan tameng sebagai pelindung diri untuk menghadapi para perusuh," tutup dia.(JPC/faj/rd)