BERI KETERNGAN : Kepala SD Negeri Mekarjaya 12, Nacih saat dikonfirmasi Radar Depok di Ruang Guru SD Negeri Mekarjaya 12, Kecamatan Sukmajaya, Selasa (9/6). FOTO : ARNET/RADAR DEPOKRADARDEPOK.COM, DEPOK - Selasa (9/6), SDN Mekarjaya 12 di Jalan Danau Maninjau Raya No1, Kelurahan Abadijaya, Sukmajaya Kota Depok ini diketahui meminta Rp300 ribu. Besaran uang tersebut dikhususkan kelas VI untuk biaya, ijazah Rp100 ribu, pelepasan sekolah Rp100 ribu dan Rp100 ribu buat cindera mata guru.
Kepada Radar Depok, sumber SU (Nama disamarkan) menjelaskan, kelas VI memiliki dua kelas dengan jumlah siswa 59 orang. Sejauh ini uang ijazah sudah dibayarkan lebih dari 50 persen oleh orang tua siswa. Menurutnya, uang sebesar Rp2,4 juta itu berasal dari kelas B dan 2,1 juta berasal dari kelas A.
"Iya sudah dikirim para orang tua siswa. Sebagian sudah di kirimkan ke salah satu rekening wali kelas VI senilai Rp2,4 juta tapi sudah dikembalikan ke orang tua Rp1 juta sisanya masih di pegang wali kelas," tegasnya saat dikonfirmasi Radar Depok, Selasa (9/6).
Wali kelas sudah mengembalikan semua uang yang masuk dari kelas A, tapi untuk kelas B sisanya yang Rp1,4 juta akan dikembalikan. Permintaan Rp300 ribu tersebut memang tidak disertakan pihak sekolah ke dalam surat edaran ke orang tua murid. Hanya ada untuk study tur sebesar Rp350 ribu. Sehingga pihak sekolah mengatakan aman kecuali kalau tidak ada laporan dari orang tua.
"Memang pihak sekolah tidak menyantumkan di surat edaran. Tapi Rp300 ribu itu dirincikan wali kelas di papan tulis saat pertemuan orang tua waktu itu. Jelas diingatan saya Rp100 ribu untuk ijazah, Rp100 pelepasan di sekolah, dan Rp100 ribu lagi cindera mata guru," bebernya kepada Radar Depok.
Menurutnya, kabar ini sudah terendus Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok, sehingga terjadi pengembalian uang ijazah yang sudah dibayarkan. Uang ijazah ini dikumpulkan ke salah satu orang tua murid dan setelah itu dikirim ke wali kelas masing-masing tapi belum semua.
Setelah terendus, wali kelas sempat membuat pertemuan bersama orang tua murid untuk memasang strategi. Itu agar hal ini tidak diketahui Dinas Pendidikan. Orang tua murid diminta pihak sekolah kalau pengumpulan uang ijazah, atas inisiatif orang tua murid yang sepakat memberikan atas usaha guru dalam mengisi ijazah.
"Saya nggak setuju itu sama saja kita yang tanggung, tapi dia para guru yang enak biar tidak terbaca dinas kalau memang pihak sekolah yang minta," bebernya.
Ada ancaman, wali kelas sempat mengeluarkan pernyataan kalau tidak ada uang pembayaran ijazah, berarti hasilnya ijazah kosong tanpa ada tulisan dan stampel, hanya dalam bentuk kertas selembar.
SU akhirnya, mencari tahu ke berbagai pihak soal ijazah harus bayar atau tidak. Setelah mencari tahu dari berbagai pihak, sumber mengatakan ternyata untuk ijazah tidak bayar dan sudah ditanggung dari dana BOS.
Sejauh ini pembayaran sudah dilakukan, hanya ada beberapa murid yang belum membayarkan uang ijazah. Ini karena terbentur masalah keuangan yang tak memadai.
“Diketahui yang belum membayar berasal dari keluarga tak mampu, seperti dhuafa atau anak yatim dan piatu,” terangnya.
Menimpali hal ini, Kepala SDN Mekarjaya 12, Nacih menampik, pungutan Rp300 ribu. Pihak sekolah sama sekali tidak meminta uang sepeserpun soal penembusan ijazah, perpisahan, dan cinderamata untuk guru.
"Nggak benar itu. Saya nggak mintai orang tua siswa uang karena saya tahu situasinya seperti ini," jelasnya kepada Radar Depok saat disambangi ke sekolah, Selasa (9/6).
Nacih menyebut, memang sebelum masa pandemi ada rencana untuk melakukan perpisahan. Namun, tidak sama sekali memungut biaya dari orang tua siswa. Akibat situasi pandemi dia bersama pihak sekolah mengurungkan kegiatan perpisahan, yang rencananya akan diadakan di luar sekolah.
"Memang ada wacana soal perpisahan dan itu sebelum ada soal wabah sekarang ini. Jadi kami putuskan untuk tidak mengadakan," ungkapnya di ruang guru.
Nacih beranggapan, bahwa yang di maksud adalah mengenai sampul raport yang sempat perbincangan antar pihak sekolah dan orang tua siswa. Tapi, ternyata terjadi miss komunikasi.
"Itu sempat ada tapi bukan sekarang. Terjadi miss komunikasi karena salah desain pada sampul raport jadi dikembalikan lagi," terang Nacih.
Permintaan uang tersebut, tidak mungkin terjadi karena pihak sekolah mengukur kemampuan para murid bersama orang tua siswa. Terlebih, di masa sulit mencari rezeki seperti ini.
"Kita juga nggak mungkin mintain karena situasinya seperti ini, karena saat sekarang kan masa sulit buat penuhin kebutuhan juga susah," lanjutnya
Ia pun kembali menegaskan bahwa laporan tersebut salah, sehingga pihak sekolah tidak perlu memberikan klarifikasi apapun untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut. (rd/arn)Jurnalis : Arnet Kelmanutu (IG : @kelmanutuarnet)Editor : Pebri Mulya