STERILISASI : Petugas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok, melakukan penyemprotan menggunakan Thermal Fogger di Margo City, Kecamatan Beji, Sabtu (22/8). FOTO : DICKY/RADAR DEPOKRADARDEPOK.COM, DEPOK - Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok, sepertinya harus lebih serius lagi dalam bekerja. Dalam dua hari : Sabtu dan Minggu (22-23/8), kasus terkonfirmasi positif naik pesat. Sabtu ada 53 positif dan Minggu sebanyak 25 warga positif. Ditambah lagi dengan penambahan tiga meninggal. Tak ayal, status zona merah bisa meningkat menjadi zona hitam.
Ketua Satgas penanggulangan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Depok, Alif Noeriyanto mengatakan, besar kemungkinan status penularan Covid-19 di Kota Depok menjadi zona hitam.
Menurutnya, banyak faktor yang mengakibatkan status penyebaran Covid-19 di Kota Depok masih sangat tinggi. Seperti mobilitas warga Depok ke Jakarta yang cukup tinggi sekitar 60 persen dari jumlah penduduk.
Kemudian penegakan peraturan dari pemerintah yang masih dianggap kurang maksimal, baik masalah ketegasan aparat dan punishment yang tidak memberi efek jera. Serta kurangnya kesadaran masyarakat dan masih banyak yang abai dengan protokol kesehatan.
“Bisa saja menjadi hitam karena kita ini sangat fluktuatif,” kata Dokter Alif kepada Harian Radar Depok, Minggu (23/08).
Menurutnya, koordinasi pemerintah dan IDI juga dirasa masih sangat minim. Namun demikian pihaknya mengakui, sudah terdapat beberapa pengurus IDI di tim gugus tugas Kota Depok.
“Tapi memang kerjasama yang ada belum optimal, dan hasil rapat yang terakhir rencananya koordinasi harus ditingkatkan,” tegas Alif.
Dia menjelaskan, dalam sudut pandang koordinasi antara satgas IDI dengan Dinkes serta gugus tugas, masih kurang. Sebelum menjadi hitam pihaknya meminta, pemerintah agar lebih tegas, lugas, dan koordinarif agar penulatan pandemi Covid 19 di Kota Depok bisa lebih maksimal.
STERILISASI : Petugas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok, melakukan penyemprotan menggunakan Thermal Fogger di Margo City, Kecamatan Beji, Sabtu (22/08). FOTO : DICKY/RADAR DEPOK
“Sebaiknya lebih koordinatif antara satgas dan IDI, karena saya sendiri dan beberapa pengurus satgas IDI Depok tidak masuk ke gugus tugas Kota Depok,” tegasnya.
Sementara, Wakil Ketua DPRD Depok, Yeti Wulandari mengungkapkan, menurut Gugus tugas penanganan COVID-19, sebenarnya tidak mengenal kategori zona hitam. Namun, istilah 'zona hitam' kerap dipakai untuk menggambarkan tingkat penularan yang sangat tinggi di suatu wilayah, yang sebenarnya ada di kategori zona merah. Ini karena disebabkan meningkat drastisnya jumlah orang yang terinfeksi di wilayah tersebut.
“Ada dua penyebab utama mengapa saat ini Depok menjadi kota yang terus bergerak naik, dalam jumlah kasus Covid-19 maupun pertambahan kasus baru,” beber Yeti kepada Radar Depok.
Pertama, tingkat kepatuhan masyarakat terhadap pelaksanaan protokol kesehatan di Depok yang masih relatif rendah. Kedua, lemahnya kebijakan kesehatan terkait penanganan wabah ini di Depok.
Perilaku individu memang sulit diubah, tapi jika pemerintah Kota Depok persuasif dan tegas, mereka akan patuh. Karena ini menyangkut keselamatan penduduk secara keseluruhan. Menjaga jarak fisik, mencuci tangan dengan sabun dan memakai masker merupakan protokol kesehatan, yang mudah dilaksanakan untuk mencegah penularan Covid-19.
Misalnya, apakah satuan Gugus Tugas penanganan covid 19 kota Depok, mempunyai data terkait angka ketidakpatuhan penggunaan masker di Kota Depok ?, apalagi PSBB Proporsional Kota Depok sudah diperpanjang kembali . Penggunaan masker merupakan protokol kesehatan yang paling mudah dilaksanakan, bisa diamati dan dievaluasi pelaksanaannya sehingga level kepatuhan masyarakat terhadap protokol ini bisa diukur.
STERILISASI : Petugas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok, melakukan penyemprotan menggunakan Thermal Fogger di Margo City, Kecamatan Beji, Sabtu (22/08). FOTO : DICKY/RADAR DEPOK
“Jika ternyata mencapai 70%. Artinya hanya sekitar sepertiga penduduk yang memakai masker saat berinteraksi di ruang publik,” terangnya.
Penyebab kedua, lemahnya kebijakan kesehatan terkait penanganan wabah ini di Kota Depok. Salah satu kebijakan yang harus diterapkan di di kabupaten/kota yang zona merah dan kabupaten/kota zona oranye, adalah pembatasan mobilitas dan aktivitas sosial masyarakat. Akan tetapi kenyataan di lapangan, saat ini tidak ada kebijakan dengan penegakan sanksi tegas yang terkait pembatasan tersebut.
Selain dua faktor di atas, ada beberapa alasan pendukung lainnya. Salah satunya adalah minimnya tes dan pelacakan. Kenyataannya tes yang menggunakan sampel dari lendir hidung atau tenggorokan dengan tes real-time reverse transcriptase Polimerase Chain Reaction (rRT-PCR), masih jauh lebih rendah dibanding daerah lain. Upaya pelacakan kontak juga belum optimal. Kota Depok memiliki jumlah kasus tertinggi di Jawa Barat, tapi rasio pelacakannya hanya mencapai 2,8.
“Artinya rata-rata dari satu kasus terkonfirmasi positif hanya dapat dilacak sekitar 2-3 orang saja dari setidaknya 25 orang yang seharusnya terlacak,” tegasnya.
Kepadatan penduduk juga menjadi satu penyebab. Kota Depok memiliki penduduk kurang lebih 2,3 juta jiwa. Hal ini juga menyebabkan semakin mudahnya penularan antar penduduk.
Dengan risiko penularan yang tinggi, maka tingginya kepadatan penduduk ini berimbas pada cepatnya laju pertambahan kasus baru Covid-19. Dan pada akhirnya akan berimbas pada tingginya kasus di Kota Depok.Dengan mempertimbangkan situasi demografi dan karakteristik penularan Covid-19 seperti itu, mestinya kebijakan kesehatan yang diterapkan di Kota Depok harus lebih ketat dan tegas. Tapi kenyataannya, kebijakannya terkesan lebih memprioritaskan masalah ekonomi.
STERILISASI : Petugas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok, melakukan penyemprotan menggunakan Thermal Fogger di Margo City, Kecamatan Beji, Sabtu (22/08). FOTO : DICKY/RADAR DEPOK
Jika kebijakan 'populis dengan memprioritaskan ekonomi' itu diteruskan, bukan hal aneh jika kasus Covid-19 di Kota Depok akan terus naik. Kebijakan mengendalikan penyakit mestinya mengacu pada kajian epidemiologis yang akurat.
“Pemerintah Kota Depok juga harus meningkatkan kepatuhan institusi dan anggota masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan,” ucapnya.
Hingga kini jumlah pasien Covid-19 di Kota Depok ternyata masih mengalami penambahan dari waktu ke waktu. Walikota Depok, Mohammad Idris tidak bosan untuk terus-menerus mengingatkan warganya, agar tetap menjaga kesehatan dan mematuhi protokol kesehatan.
Bahkan, Idris juga mengingatkan warganya untuk menerapkan personal lockdown. Sehingga diharapkan penyebaran Covid-19 di tanah air, khususnya di Kota Depok dapat ditekan. Sebab, hingga kini Kota Depok masih saja mengalami penambahan jumlah pasien Covid-19.
Dalam Konseling Edukasi Club atau Kece terkait 3M, dia juga kembali menekankan pentingnya kesadaran masyarakat akan bahaya Covid-19. Pada umumnya, kata Idris, terjadi peningkatan kasus Covid-19. Sehingga dengan demikian warga harus turut menjaga diri, serta anak-anak dari penyebaran Covid-19.
"Kita tidak bisa menerapkan lockdown tingkat kota, karena secara geografis Depok adalah epicentrum dan berbatasan dengan banyak kota-kota besar, sehingga yang harus dikedepankan adalah personal lockdown," katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (23/08).
STERILISASI : Petugas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Depok, melakukan penyemprotan menggunakan Thermal Fogger di Margo City, Kecamatan Beji, Sabtu (22/08). FOTO : DICKY/RADAR DEPOK
Dengan personal lockdown ini, Idris meyakini sebagai salah satu cara, yang bisa diterapkan masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19. Diantaranya dengan selalu menggunakan masker, menjaga jarak fisik, mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer, serta menghindari keramaian.
"Jadikan hal tersebut menjadi kebutuhan dan kebiasaan baru bagi setiap personal di masa pandemi Covid-19," paparnya.
Perlu diketahui, dalam data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covis-19 Kota Depok di https://ccc-19.depok.go.id/, Sabtu (22/8) terjadi peningkatan kasus konfirmasi (positif) sebanyak 53, sehingga totalnya mencapai 1.884 kasus. Bahkan, kasus kematian pun mengalami peningkatan sebanyak 3 kasus, sehingga totalnya menjadi 65 kasus. Adapun jumlah total pasien terkonfirmasi Covid-19 yang sembuh di Kota Depok, mencapai 1.243 orang, atau bertambah 9 orang dari hari sebelumnya. Kemudian Minggu (23/8), warga yang positif bertambah 25 menjadi 1.909, sembuh hanya bertambah 4 jadi 1.247 dan meninggal kosong.(rd/rub/hmi)Jurnalis : Fahmi Akbar, RubiaktoEditor : Pebri Mulya