SUASANA : Forum Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi III DPR yang mengundang enam Keluarga korban yang menjadi korban penembakan polisi di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek pada Senin (07/12). FOTO : ISTIMEWARADARDEPOK.COM, JAKARTA - Sejumlah anggota Komisi III DPR mendalami kondisi jenazah korban penembakan polisi di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek pada Senin (07/12).
Tidak hanya itu, Wakil Ketua Komisi III DPR Desmond J Mahesa juga mempertanyakan soal Laskar FPI kepada para keluarga korban.
“Kalau laskar ini kan tentara, untuk perang juga, perang sama siapa? Saya juga jadi bingung. kalau ini laskar, ini untuk perang, juga enggak benar ini. Saya pimpinan Komisi III melihat ini dalam keadaan perang juga. Kalau sudah laskar-laskaran sama saja seperti perang revolusi, kakek saya juga komandan laskar, tapi tujuannya kemerdekaan,” kata Desmond dalam forum Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi III DPR yang mengundang enam Keluarga korban yang menjadi korban penembakan polisi di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek pada Senin (07/12).
Karena itu, Desmond mempertanyakan soal tujuan pembentukan laskar ini sekarang apa tujuannya, apakah mendirikan negara Islam. Jika iya, menurutnya jelas itu melawan konstitusi. Untuk itu, ia mengingatkan agar harus berhati-hati, jangan sampai Indonesia yang sudah damai di tengah problemnya yang sangat banyak, antara rakyat dan negara justru berselisih.
“Memang kita mau berantem dengan negara ini? Saya dengar Rizieq tidak mau bubarkan negara kita. Hari-hati sesama anak bangsa jangan di antara kita kesannya ada perang-perangan. Kalau perang-perangan kita juuga yang akhirnya jadi lucu, ini berbangsa, masa kita rusak yang sudah bangun karena kepentingan politik. Bangsa ini untuk bertahan aja sudah bagus,” ujarnya.
Senada, anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDIP, Arteria Dahlan juga mempertanyakan soal Laskar FPI. Dia pun mempertanyakan apakan pengawalan khusus ini terlembaga di institusi FPI atau gerakan spontan.
“Misalnya datang setiap Kamis, Jumat, Sabtu, itu tidak terlembaga karena kalau terlembaga dia datang setiap hari,” kata Arteria di kesempatan sama.
Kemudian, Arteria juga mempertanyakan jumlah satuan Laskar FPI ini. Dan secara aturan tidak dipersenjatai, ia ingin tahu langsung dari orang yang benar-benar terlibat di pengawalan pada insiden penyerangan itu.
SUASANA : Forum Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi III DPR yang mengundang enam Keluarga korban yang menjadi korban penembakan polisi di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek pada Senin (07/12). FOTO : ISTIMEWA
“Ada berapa jumlah satuan pengawalan yang seperti ini, di aturannya tidak dipersenjatai. Saya ingin, logika akal sehat masa punya senjata, kita ingin sampaikan, teman-teman yang betul-betul teryakinkan bahwa keluarga bapak tidak dipersenjatai, saya membantu untuk bisa dibandingkan dengan keterangan polisi,” ucap dia.
Keluarga Andi Oktiawan, Umar menjelaskan, rombongan pengawalan ini untuk mengawal keluarga Habib Rizieq yang hendak melakukan pengajian keluarga. Mereka berangkat sekitar pukul 22.00 WIB. Dan Laskar FPI ini bukan untuk berperang.
“Bukannya perang, kalau perang semuanya bawa senjata,” tegasnya.
Menurut Umar, Laskar ini pasukan khusus, namun ia tidak begitu memahami kekhususannya. Mungkin yang dimaksud khusus karena ditugaskan oleh Rizieq Shihab. Dan soal kepemilikan senjata api, menurutnya tidak mungkin Laskar memiliki senpi, karena untuk membeli seragam pun harus mencicil.
“Dan masalah pistol sekarang begni logikanya, tahu berapa harganya. Laskar ini, pejuang Islam ini sukarela dengan hati nurani, beli baju aja nyicil, bagaimana bisa punya senjata seperti ini,” pungkas Umar. (rd/net)Editor : Pebri Mulya