utama

Sepakat, Harga Tahu-Tempe di Depok Naik

Senin, 4 Januari 2021 | 09:42 WIB
SEPI : Kios di Pasar Kemirimuka yang sepi penjual tahu-tempe, Minggu (3/1). FOTO : DAFFA/RADAR DEPOK   RADARDEPOK.COM, DEPOK - Pasti selama tiga hari lalu warga dan pengusaha makanan di Kota Depok bingung mencari tempe dan tahu, dipasaran. Hilangnya makanan khas Indonesia ini, memang sengaja tidak diproduksi para bos pabrik tahu-tempe. Keladinya, harga bahan pokok tahu-tempe : kedelai, naik sampai 40 persen. Koordinator Wilayah Sedulur Pengrajin Tahu se-Indonesia (SPTI) Kota Depok, Romli Rohadi menyebut, aksi mogok beroperasi memproduksi tahu dan tempe sudah dilakukan oleh para pengrajin di Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi (Jabodetabek), sejak Kamis (31/12) hingga Sabtu (2/1). Dan kini sudah mulai berproduksi. Dalam empat hari tersebut, SPTI se Jabodetabek menggelar musyawarah offline di Pondok Gurame, Kecamatan Sukmajaya yang dihadiri 38 pengusaha tahu-tempe. Dan dilanjut dengan diskusi online SPTI Wilayah Kota Depok, yang beranggotakan 40 pengusaha untuk mencapai mufakat. "Kami sudah melakukan musyawarah dua kali, baik daring maupun luar jaringan (Luring) terkait menyikapi kenaikan harga kedelai," jelasnya kepada Radar Depok, Minggu (3/1). Mufakat dari musyawarah tersebut, kata Romli, menghasilkan kesepakatan. Jadi, harga tahu-tempe nail sebesar 20 persen dari sebelumnya. Ini akibat lonjakan bahan baku kedelai, kemudian ukurannya diperkecil. "Akhirnya kami sepakat untuk menaikkan harga. Misalnya, tahu yang tadinya Rp400, naik jadi Rp500. Jangan kaget kalau harganya naik," bebernya. Salah satu karyawan pabrik tempe di Kelurahan Krukut, Soleh mengatakan, sudah tidak memproduksi tempe sejak Kamis (31/12). “Kami bersama dengan pabrik tempe lainnya serentak tidak produksi tempe dan tahu sejak Kamis,” tuturnya kepada Radar Depok, Minggu (3/1). SEPI : Kios di Pasar Kemirimuka yang sepi penjual tahu-tempe, Minggu (3/1). FOTO : DAFFA/RADAR DEPOK   Menurutnya, harga kedelai pada saat ini mengalami kenaikan sampai dengan Rp200. Sebelumnya harga kedelai hanya Rp750, sekarang bisa sampai Rp900 sampai Rp950 per kwintal. Apabila harga bahan baku naik, otomatis produksi tempe nantinya akan mengalami kenaikan. “Kami serentak tidak produksi, biar masyarakat tahu kalau kami sedang mogok produksi. Karena bahan baku naik,” ujarnya. Pihaknya sudah mulai memproduksi tempe kembali pada hari ini Minggu (3/1). Dipasarkan pada Senin (4/1). “Besok (hari ini) sudah ada lagi. Tapi harga naik dan ukuran lebih kecil dari biasanya,” tegasnya. Terpisah, salah seorang pedagang ketoprak di Kelurahan Tugu, Edi Santoso turut menyampaikan kegelisahannya terhadap tidak adanya tahu dan tempe, di pasaran Jabodetabek. Dia mengaku telah mencari tahu hingga sampai ke Cibinong. "Saya kan jualan ketoprak pakai tahu ya, saya cari ke Pasar Cisalak, Pasar Tugu, sampe Pasar di Cibinong juga gak ada," ungkapnya. Edi menyanggupi, bila nantinya harga bahan seperti tahu dan tempe ini naik. Pasalnya, sangat berpengaruh pada penjualan dagangannya. Bahkan, ada pembeli yang lari akibat tidak adanya tahu di makanan bersaus kacang ini. "Saya gak apa-apa harga naik yang penting ada tahunya. Pembeli juga kalau gak ada tahu, jadinya hanya lontong sama toge dan bihun saja ini ketoprak," ungkapnya. Terpisah, salah satu pedagang tahu dan tempe di Pasar Agung, Kelurahan Abadijaya, Kecamatan Sukmajaya, Murdoko mengeluh, perihal kenaikan harga bahan baku tersebut. Akhirnya selama tiga hari, tempe dan tahu tidak nampak di lapaknya, hanya beberapa bahan pokok seperti ayam dan jengkol yang dia jajakan. Pada lapak lain pun terlihat kosong, tidak ada pedagang yang berjualan olahan kedelai itu. "Ini mah bukan naik, tapi pindah harga," cetusnya. SEPI : Kios di Pasar Kemirimuka yang sepi penjual tahu-tempe, Minggu (3/1). FOTO : DAFFA/RADAR DEPOK   Dia berharap, dengan aksi demo tersebut, dapat mengetuk pintu hati pemerintah untuk menurunkan harga seperti sedia kala. Karena tahu tempe merupakan makanan untuk masyarakat menengah hingga kebawah. Sementara itu, salah satu staf UPT Pasar Kemirimuka, Ahmad Fahrudin menjelaskan, sejak Kamis (31/12), puluhan pedagang tahu dan tempe, mereka sudah tak menampakkan diri pada lapak yang biasa ditempati. "Tahu tempe sudah tidak ada dipasaran sejak surat dari SPTI keluar. Mereka kompak demo untuk tidak berjualan," katanya. Menurutnya, dengan absennya olahan dari kacang kedelai tersebut memiliki pengaruh yang sedang. Karena tidak masuk kedalam kebutuhan pokok. "Yang masuk kebutuhan pokok itu kedelainya. Kalau tempe tahu bukan," tandasnya. (rd/daf/dis)   Jurnalis : Daffa Syaifullah, Putri Disa Editor : Pebri Mulya

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB