utama

Ada 'Lingkaran Setan' yang Menyebabkan Mahalnya Harga Kedelai

Jumat, 5 Februari 2021 | 13:14 WIB
RADARDEPOK.COM, JAKARTA - Mahalnya harga kedelai saat ini menurut Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso disebabkan oleh lingkaran setan, yaitu praktik kartel serta birokrasi yang terlalu panjang. Menurut dia, praktik kartel dari importir kedelai menjadi akar persoalan kenaikan harga kedelai, bukan karena masalah kekurangan pasokan atau keterbatasan produksi luar negeri. "Sehingga kalau bicara bagaimana masalah jagung, bagaimana kedelai, ya itu akar masalahnya, makanya ada lingkaran setan, ini yang sulit kita basmi kecuali bersama sama," ungkap pria yang akrab disapa Buwas itu. Dia mengatakan, karena distribusinya yang berlapis-lapis, ketika sampai di tangan konsumen harganya menjadi mahal. Padahal harga impor kedelai, jagung, bawang putih, hingga daging sebenarnya murah.  Setiap berpindah dari satu pihak ke pihak lainnya maka akan ada pungutan biaya, sehingga ongkos pengirimannya menjadi mahal. Kemudian biaya itu akhirnya dibebankan kepada konsumen. "Akar masalahnya karena kartel terlalu banyak, birokrasi terlalu panjang. Satu ke satu semua pakai biaya. Nah ini yang kita istilahkan wujud korupsi sebenarnya," katanya. "Tapi hasil atau beban korupsi itu dibebankan ke masyarakat yaitu konsumen. Dari harga Rp 7.000 dijual Rp 12.000, selisih Rp 5.000, yang Rp 5.000 ini dibebankan ke konsumen, padahal yang menikmati oknum-oknum tertentu," lanjut Buwas. Menurut dia, Bulog sebenarnya punya tugas untuk menjaga ketersedian dan stabilisasi harga kedelai, selain beras dan jagung. Ini sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 48 Tahun 2016 tentang Penugasan Kepada Perum Bulog Dalam Rangka Ketahanan Pangan Nasional.   https://youtu.be/eF2Q23S1e3Q ILUSTRASI   Namun demikian, hingga saat ini ia mengaku Bulog tak bisa menjalankan tugas tersebut, khususnya dalam hal impor kedelai. Padahal, seringkali perajin tahu dan tempe menanyakan perihal importasi kedelai kepada Bulog. Buwas menyebutkan, para perajin menginginkan Bulog yang melakukan importasi kedelai, bukan oleh importir swasta. Sehingga, diharapkan Bulog dapat menjamin ketersediaan kedelai dan stabilisasi harganya. "Saya bilang 'maunya juga begitu', tapi persoalannya saya tidak bisa impor kecuali ada penugasan (dari pemerintah). Dan mereka baru tahu itu, bahwa Bulog tidak bisa otomatis impor kedelai, walaupun secara regulasi selain beras dan jagung, kedelai itu kewenangan Bulog," kata Buwas, Bahkan dia mengaku, sempat melaporkan kondisi kartel yang terjadi pada pangan impor kepada eks Ketua KPK Agus Rahardjo. Menurut Buwas, praktik birokrasi yang panjang itu tidaklah sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mendorong pemangkasan birokrasi, menghilangkan pungutan, serta pelayanan satu atap yang cepat dan murah. “Saya pernah sampaikan ke Ketua KPK yang lama, Pak Agus. Gampang ini kalau evaluasi akar permasalahan kenapa terjadi korupsi, yah ini karena birokrasi," ungkap dia. Sementara itu, sebelumnya Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengatakan naiknya harga kedelai beberapa waktu terakhir karena imbas tingginya harga kedelai di pasar global. Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia pada Desember 2020 masih sebesar 13,12 dollar AS per bushels untuk penyediaan pada Januari 2021. Namun, saat ini harganya naik 4,42 persen menjadi 13,7 dollar AS per bushels untuk penyediaan pada Februari 2021.   https://youtu.be/eF2Q23S1e3Q ILUSTRASI   Kenaikan itu membuat harga kedelai impor di tingkat perajin tahu dan tempe pada Februari berpotensi menjadi berkisar Rp 9.500 per kilogram. Harga itu meningkat dari sebelumnya berkisar Rp 9.100-Rp 9.200 per kilogram. Dengan kenaikan kedelai impor maka terjadi penyesuaian harga tahu dari sebelumnya Rp 600 per potong menjadi berkisar Rp 650 per potong. Lalu harga tempe dari sebelumnya Rp 15.000 per kilogram naik menjadi berkisar Rp 16.000 per kilogram. "Jadi kenaikan harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe merupakan dampak pergerakan harga kedelai dunia sejak pertengahan tahun lalu hingga sekarang," ujar Syailendra dalam keterangan tertulisnya, Senin (1/2). (rd/net)   Editor : Pebri Mulya     https://youtu.be/eF2Q23S1e3Q

Tags

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB