RADARDEPOK.COM – Semoga Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok dapat pencerahan dan mau menerima masukan ini. Selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, data dan fakta menyebutkan masih tingginya angka penularan dan tak sedikit pasien isolasi mandiri (Isoman) meninggal. Belum lagi minimnya pasien isoman mendapatkan oksigen.
Patauan Harian Radar Depok, pengisian oksigen di sejumlah wilayah di Kota Depok masih dipenuhi sanak saudara yang antre demi mendapatkan oksigen buat keluarga isoman. Belum ada sentra oksigen yang dipusatkan secara gratis. Dan perhari ini (15/7), warga Depok yang terpapar Covid-19 bertambah 808 jiwa, meninggal 20 jiwa dan pasien sembuh lebih tinggi mencapai 1.037 jiwa. Sementara data 7 Juli 2021, angka pasien isoman sebanyak 10.696 jiwa.
Wakil Ketua DPRD Kota Depok, Yeti Wulandari mengatakan, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian telah menerbitkan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 15 Tahun 2021 tentang PPKM Darurat Covid-19 di Wilayah Jawa dan Bali atau PPKM Darurat Jawa-Bali, yang berlaku mulai tanggal 3 Juli 2021 sampai dengan tanggal 20 Juli 2021.
“Inmendagri ini dikeluarkan menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menginstruksikan agar melaksanakan PPKM Darurat di wilayah Jawa dan Bali sesuai dengan kriteria level situasi pandemi berdasarkan asesmen,” tuturnya kepada Radar Depok.
Menurutnya, langkah ini perlu diambil, karena lonjakan Covid-19 yang meningkat tajam mulai Juni dan Juli 2021. Namun, PPKM Jawa-Bali yang kini memasuki hari ke-11, belum membawa perubahan signifikan dalam menekan laju penyebaran Covid-19.
“Pertambahan kasus positif Covid-19 dan kematian harian terus meningkat. Fasilitas kesehatan dan rumah sakit rujukan nyaris penuh. Tenaga kesehatan pun banyak yang berguguran,” ujarnya.
Menurutnya, harus ada evaluasi yang menyeluruh terkait pemberlakuan PPKM darurat yang akan diperpanjang, terutama di Kota Depok. Karena masyarakat yang terpapar Covid-19 banyak yang dalam kondisi menurun atau sulit mendapat penanganan di rumah sakit, bahkan harus berpindah pindah rumah sakit untuk mendapat penanganan.
“Karena hampir semua rumah sakit di Kota Depok sudah melebihi kapasitas dan tidak sanggup menerima pasien, serta keterbatasan oksigen yang saat ini mempunyai peran sentral baik di rumah sakit maupun untuk pasien isoman,” jelasnya.
Bahkan, dirinya sendiri setiap hari mengalami bagaimana sulitnya mencari rumah sakit, untuk membantu masyarakat yang terpapar Covid-19, belum lagi bagi masyarakat yang melakukan isolasi mandiri terkait kebutuhan obat dan makanan. “Tak heran akhrinya banyak masyrakat yang isoman meninggal dirumah,” tambahnya.
Maka dari itu, pemerintah khususnya Pemkot Depok perlu segera mengambil langkah cepat, konkrit, dan berani untuk menekan laju penyebaran Covid-19 agar PPKM Darurat tidak menjadi sia-sia.
Yang pertama, menyiapkan Rumah Sakit Darurat di Kota Depok. Kedua, menyediakan ambulan khusus untuk mengevakuasi pasien covid-19 yang isoman ke RS. Ketiga, memanggil putra putri terbaik Kota Depok untuk menjadi volunteer atau relawan di RS pemerintah atau swasta, dan menjadi relawan di tingkat puskesmas untuk melaksanakan monitoring warga yang isoman, serta pendistribusian obat.
“Keempat, mempercepat alur bansos untuk masyarakat yang melakukan isolasi mandiri dan masyarakat yang terdampak akibat PPKM darurat. Kelima, menambah tenaga tim pemusalaran di tingkat kelurahan. Dan keenam, mendirikan posko darurat untuk pengisian oksigen yang semakin langka,” bebernya.
Dengan adanya PPKM Darurat ini juga menimbulkan dampak besar bagi masyarakat dan pelaku usaha. Karena instruksi Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2021, membebankan tanggung jawab pelaksaan PPKM Darurat di pundak APBD. Termasuk kebutuhan akan pengadaan bantuan sosial dan jaring pengaman sosial. “Sedangkan postur APBD masing masing daerah berbeda,” terang wakil rakyat dari Dapil Cimanggis itu.
Sementara, Direktur Utama RSUD Kota Depok, Devi Maryori menerangkan, saat ini ketersedian oksigen di RSUD Kota Depok masih terus berupaya di cukupi untuk memenuhi kebutuhan pasien Covid-19."Saat ini sangat kejar-kejaran, karena pasokannya dari vendor sangat terbatas," jelasnya kepada Harian Radar Depok, Kamis (15/7).
Dia menjelaskan, oksigen itu ada dua jenis, yaitu cair dan gas. Dan memang dua-duanya sangat dibutuhkan di rumah sakit termasuk oleh RSUD. "Saat peningkatan sangat drastis, kebutuhan oksigen cair bisa mencapai 38 tabung sehari, dengan kapasitas 150 liter (150 VGL)," terangnya.
Tetapi saat ini, pihaknya hanya memberikan oksigen untuk pasien dengan kondisi yang benar-benar urgent saja. Karena memang ketersediaan oksigen cukup terbatas dan pasien tiap harinya selalu memenuhi IGD RSUD. "Untuk saaat ini, setiap harinya di RSUD membutuhkan oksigen cair 20 tabung kapasitas 150 VGL, dan gas 120 tabung ukuran 6 meter kubik," tuturnya.
Terpisah, Direktur Utama RSUI Astuti Giantini mengatakan, sampai hari ini ketersediaan oksigen di RSUI masih baik-baik saja. Tetapi, pihaknya juga berupaya mencari vendor lain untuk menjaga ketersediaannya. "Karena di vendor saat ini tidak bisa menambah jumlah, sehingga harus berusaha cari ke tempat lainnya," ujarnya.
Dia mengaku, kebutuhan oksigen saat ini memang sangat luar biasa. Karena menang jumlah pasien yang membutuhkan juga selalu bertambah dalam setiap harinya. "Setiap harinya di RSUI membutuhkan 8 ton liquid oksigen cair. Sedangkan untuk tabung 6 meter kubik membutuhkan lebih dari 100 setiap hari," jelasnya.
Karena ada beberapa ruang yang tidak ada oksigen didinding, sehingga saat kondisi seperti ini sangat membutuhkan banyak oksigen tabung ukuran 6meter kubik. Lanjutnya, keterbatasan oksigen ini memang sangat menghawatirkan, baik untuk fasilitas kesehatan ataupun yang menjalani Isolasi Mandiri (Isoman).
"Yang jadi masalah sebenarnya bagi kami bukan masalah uang, kalau ketersediaan banyak dapat kami upayakan dengan dana yang ada. Tetapi ini yang menjadi masalah keterbatasannya," tandasnya.(tul/dis/rd)
Jurnalis : Lutviatul Fauziah, Putri DisaEditor : Fahmi Akbar