RADARDEPOK.COM - Seharian ekpedisi tim kembali ke Kapal Sipakatau Bulukumba. Satu tujuan lagi yang mesti dieksplor Gerakan Anak Negeri di Pulau Kanawa, Minggu (16/1).
Laporan : Fahmi Akbar, Radar Depok
Tiga lokasi dalam satu hari beres dituntaskan tim. Sekira pukul 16:04 WITA, tim kembali berkumpul di kapal. Sore itu tim menikmati angin sepoy-sepoy dekat Pulau Komodo. Langit hitam kembali menghampiri, tapi bedanya tidak turun hujan. Tim pun mulai membersihkan diri. Setelah bersih-bersih, tim kembali berpencar. Habis Magrib, ABK kapal, Asep mengajak seluruh tim makan malam sebelum kapal kembali mengarungi lautan.
Lagi-lagi, meja perjamuan di lantai dua kapal riuh. Menu seafood, tak pernah absen. Acap kali makan, selalu ada : ikan, udang, cumi kadang gurita. Menariknya, bagi yang tidak suka seafood kru kapal menyediakan tempe, tahu, daging dan ayam. Jadi, tim merasakan kelaparan.
Setelah kenyang. Senda gurau dan menumpahkan pengalamannya selama perjalanan jadi pembicaraan. Disela-sela pembicaraan, Asep datang memberikan informasi, kapal akan melanjutkan perjalanan menuju Pulau Kanawa sekitar pukul 22:00 WITA. Sebelum jam keberangkatan, angin kembali mengamuk. Gelombang sekejab membesar. Saat itu jam baru menunjukan pukul 20:50 WITA.
-
Kapal Sipakatau nyaris saja karam. Berentung Kapten Alfian yang sudah mahir tak langsung menyalakan mesin. Satu ABK dengan sigap turun ke sekoci, dia menyalakan mesin dan kemudian mendorong-dorong kapal. Kapten Alfian menyambut dengan menyalakan mesin. Sekoci yang mendorong berhasil menggeser kapal ketempat yang agak lebih dalam. Kapten Alfian langsung menarik tuasnya untuk menambah power kapal. “Alhamdulillah kapal tidak karam,” kata Pimred Radar Bandung, Azam Munawar.
Situasi kembali kondusif. Hanya saja, angin dan gelombang belum mereda. Kapten Alfian langsung keluar dari pusaran angin. Asep memberitahu kapal akan berlayar menuju Pulau Kanawa. Di lantai satu, Pimred Radar Bogor Ricky Noor Rahman, Pimred Radar Bandung Azam Munawar, Redaktur Metropolitan Arifin dan penulis merasakan ada yang tak beres saat berlayar. Angin dan gelombang sama sekali tak bersahabat.
30 menit berlalu. Angin dan gelombang masih sama. Penulis lebih memilih beristirat tat kala cuaca memprak-porandakan perut (Takut muntah). Saat itu jam menunjukan pukul 22:30 WITA. Paginya, Minggu (16/1) tim sudah ramai di lantai satu. Pembicaraan ternyata tentang cuaca buruk semalam. Pimred Radar Bogor, Ricky mengatakan, kapal terkoyak oleh gelombang. Kata Ricky, General Manager (GM) PT Bogor Media Grafika, Andi Ahmadi sempat menahan pintu kamar sambil menyebut asma Allah berkali-kali. Memang, kata Ricky semalam badai berulah kembali seperti malam pertama. “Malam kedua lebih parah juga,” ujarnya serius.
Mematahkan pembicaraan semalam. Asep pun datang. Dia mengajak mempersiapkan diri untuk ke Pulau Kanawa. Sebelum berangkat, tim sarapan dahulu. Gelombang saat menuju Kanawa juga masih lumayan besar. Sekoci yang jadi kepanjangan kapal, diombang-ambing saat diperjalanan. Rasa was-was pun timbul. Semua tim menggunakan pelampung yang memang digunakan untuk snorkeling.
Sampai di Pulau Kanawa tim dibuat takjub. Sebagian orang bilang Pulau Kanawa hampir seperti pulau pribadi. Cocok untuk yang ingin menghindari keramaian. Bahkan, pulau ini memiliki dermaganya sendiri untuk kapal wisata yang membawa para wisatawan untuk menikmati pesona Kanawa.
-
Ketika penulis snorkeling, melihat dan bertemu ikan-ikan dan makhluk laut. Seperti kepiting, bintang laut, hingga ikan-ikan kecil. Banyak juga beragam terumbu karang sepanjang lautan, sangat indah. Tak hanya keindahan bawah lautnya yang diunggulkan, di sini juga ada bukit yang menampilkan keindahan Pulau Kanawa. Bukit tersebut berada di tengah pulau.
Penulis pun mencari spot-spot foto untuk diabadikan. CEO Radar Bogor Grup Hazairin Sitepu justru malah bermain kano sambil memancing di lokasi ya agak jauh dari Pulau Kanawa. Beres lepas lelah snorkeling selama dua jam lebih, tim melipir ke warung guna menikmati segarnya air kelapa muda.
Setengah jam menikmati indah Kanawa. Seluruh tim kembali ke kapal. Saat ke kapal pun kembali gelombang belum mereda. Angin pun tetap kecang. Sampai di kapal penulis dan tim bebersih. Sekitar pukul 11:00 WITA, ABK menyiapkan hidangan makan siang. Senda gurai memeriahkan makan siang. Sambil makan, Pimred Radar Bandung nyelut, akhirnya kedaratan.
Dari Pulau Kanawa menuju pelabuhan Labuan Bajo selama dua jam perjalanan. Jarak 400 meter, dari jauhan rumah, resort dan gedung perekonomian sudah tampak. Barang-barang mulai dibawa sekoci ke pelabuhan. Setibanya di pelabuhan, bus berkelir kuning yang sama dengan kedatangan tim sudah menunggu. Bus pun jalan, 10 menit menulusuri jalan akhirnya sampai di Hotel Local Collection. Tampak depan tak begitu menakjubkan. Nah, sampai di lantai enam. Tim dibuat recengang. Penginapan bintang 4 ini berdiri di atas lereng bukit Labuan Bajo.
Meski memiliki desain ala Santorini di Yunani. Hotel ini ternyata memanfaatkan bahan dan tenaga kerja lokal yang memberikan nuansa hidup ala masyarakat Indonesia asli. Berada satu kilometer dari Bandara Labuan Bajo, hotel yang mengusung tema Santorini Labuan Bajo ini didominasi dengan warna biru dan putih.
-
Dilansir dari situs resminya, Loccal Collection Hotel memiliki 11 tipe kamar, yakni Standard, Superior, Deluxe, Suite, Wehang Suite, Lobo Suite, Lentar Suite, Hempa Rae, Villa Cunca, Villa Ranko dan Batu Cermin, dan Sano Nggoang.
Harga menginap di hotel ini dibanderol mulai Rp 1,2 juta hingga Rp 12 juta per malam. Hotel ini dilengkapi sejumlah fasilitas, mulai dari WiFi, TV, shower, AC, bathtub, balkon, working space, private swimming pool, hingga mini bar.
Penulis bersama Arifin dan Wapimred Radar Bekasi Miftakhudin di kamar 1118. “Akhirnya kita bisa tertidur nenyak ya,” kata Mifta.
Tim pun tak henti-hentinya berfoto ria dengan keistimewaan hotel ini. Dari hotel indahnya pulau-pulau di Labuan Bajo begitu indah, terlihat juga kapal-kapal pinisi yang bersandar di bibir pantai.(hmi)