RADARDEPOK.COM - Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) di Kota Depok, memasuki tahapan terakhir : zonasi. Kamis (23/6), puluhan siswa beserta orangtua mendatangi SMAN se-Kota Depok dengan harapan bisa masuk negeri. Sayangnya, saat pendaftaran sempat terjadi eror pada sistem.
Kepala SMAN 1 Kota Depok, Usep Kasman menyebut, pada hari pertama PPDB jalur zonasi sejumlah orangtua sempat mengeluhkan adanya kesalahan pada sistem atau eror. "Sampai hari ini belum ada kendala, tetapi sempat tadi pagi ada yang mengeluhkan servernya lemot atau eror," ungkap dia kepada Radar Depok, Kamis (23/6).
Baca Juga : Forum Anak Depok Sampaikan Aspirasi
Kemungkinan, sebut dia, server tersebut menjadi eror, karena antusias yang besar dari masyarakat saat awal pendaftaran PPDB jalur zonasi. Sehingga, banyak yang mendaftarkan diri dan membuat server tersebut menjadi eror.
"Kalau SMAN 1 itu memang luar biasa ya, mendaptakan antusias dari masyarakat, untung saja daftarnya online. Kalau tidak kemungkinan disini sudah terjadi penumpukan. Kami mengantisipasinya dengan mempersiapakan perangkat alat komputer untuk pendaftaran online," tutur Usep.
Zonasi, beber Usep, merupakan jalur yang paling banyak disediakan kuotanya yakni 50 persen. Hal itu didasari amanah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). "Untuk afirmasi dan prestasi sudah selesai, termaksud kondisi khusus juga sudah selesai," ujarnya.
Di 2022, dia mengungkapkan, hanya menyediakan dua jalur PPDB. Kuotanya hany 160 murid lewat jalur zonasi. "Jalur zonasi ini akan dibuka sampai tanggal 30 Juni 2022, satu mingguan," tutur Usep.
https://www.youtube.com/watch?v=G-boHP57TCw
Senada, Ketua Panitia PPDB SMAN 2 Depok, Asep Panji Lesmana menjelaskan, sempat ada keluhan dari beberapa orangtua murid terkait adanya kesalahan pada sistem, saat hendak mendaftarkan anaknya pada sekolah tersebut. "Saat ini, kita masuk tahapan kedua yaitu zonasi, hampir tiap tahun animo masyarakat tetap sama, apalagi yang rumahnya dekat dengan SMAN 2, bahkan banyak yang bertanya kira-kira rumah saya masuk gak," terangnya.
Asep menerangkan, telah menentukan jarak maksimum antara sekolah dan rumah pendaftar, hanya boleh sejauh 380 meter. Jika, jumlah pendaftar telah melebihi kuota yang disediakan. Maka, kemungkinan jarak terjauh dapat berkurang dari angka tersebut atau sebaliknya. "Jadi dari pendaftar yang masuk kita ranking, kemudian kita cut off dari yang paling dekat sampai yang paling jauh, sampai pada kuota yang disediakan terpenuhi," tutur dia.
Sejauh ini, ungkap dia, pihaknya hanya menyediakan kuota 159 murid dari jalur zonasi. Tetapi, ada tambahan dua murid dari tahapan sebelumnya. "Jadi ada sekitar 161 orang," beber Asep.
Menurut Asep, meski hanya sedikit kuota yang disediakan. Namun, pendaftar bisa mencapai ribuan orang. Hal itu, kata dia, berkaca pada PPDB di tahun-tahun sebelumnya. "Karena itu, kendala pada sistem kemungkinan yang terjadi di hari pertama disebabkan banyaknya pendaftar," tuturnya.
Salah satu orang tua pendaftar pada SMAN 2 Depok, Efrezer mengungkapkan, dia sengaja mendaftarkan anaknya pada sekolah negeri, agar dapat mendapatkan pendidikan yang terbaik. Namun, dengan biaya hampir nol rupiah. "Antusias orangtua sangat besar untuk SMA negeri karena memikirkikan anak itu mau kemana, . Saya pribadi memilih sekolah negeri agar anak saya dapat melanjutkan ke universitas negeri," katanya.
Terkait kendala, sebut dia, kesalahan pada server tidak cukup berarti. Dia justru menyoroti persoalan pendaftaran dengan sistem online yang kerap dikeluhkan siswa, maupun orangtua yang notabene Gagal Pakai Teknologi (Gaptek). "Makanya, bagi yang tidak mengerti dapat datang langsung ke sekolah untuk mendaftarkan melalui, online," terang Efrezer.
Terpisah, pendaftar di SMAN 8 Depok, Nazwa menyebutkan, melalui sistem online dirinya lebih dimudahkan dalam mendaftar ke sekolah negeri. Kelebihannya, dia tidak perlu banyak-banyak membuang ongkos dan lebih menghemat waktu. "Bisa langusng juga untuk daftar online lewat seklah, kalau saya daftar dari rumah paling pemberkasannya nanti harus ke sekolah," tandasnya. (ger/rd)
Jurnalis : Gerard Soeharly
Editor : Fahmi Akbar